Hi everyone.
Masih pagi di Auckland dan saya lagi ingin menulis. Hmm kali ini tulisan
tentang sweet revenge. Balas dendam yg manis. Yup, balas dendam yg manis hehe.
Saat ini saya sedang santai. Proposal tesis saya sudah submit 30 menit yang
lalu ke supervisor. Meski PhD saya di sains tidak berjalan baik beberapa waktu
lalu, namun kali ini saya sudah back on feet. Senang sekali sekarang saya sudah
bisa mengimbangi workload dengan have a life. Ah, saya jadi ingat saat saya
terkena depresi, sendiri di Auckland. Berat sekali hari-hari yang saya lalui
saat itu. Saya terbaring, sendirian di kamar, bahkan tidak mampu membuka tirai
kamar untuk sekedar melihat matahari. Namun saat ini saya sudah berhasil
memindahkan PhD saya ke education, sudah berhasil menemukan riset topik yang
membuat saya sangat sangat bersemangat dan sedang bersemangat dengan kisah
asmara saya dengan seorang kiwi New Zealand yang super manis hehe.
Tiba-tiba saya teringat dengan suatu hari di tahun 2012. Saya duduk di
hadapan pimpinan tempat saya bekerja, terisak menangis pasca porak porandanya
rumah tangga saya. Beliau tidak mampu menolong saat itu, kecuali mendoakan saya
saat saya pamit hendak berangkat sekolah ke India. Beliau hanya berulangkali
menyebut “berlian tidak akan kehilangan sinarnya hanya karena dilempari lumpur,
suatu saat ia akan berkilau kembali”.
Beliau bahkan mungkin tidak tahu bahwa kalimat beliau itu begitu menguatkan
saya. Ada seseorang yang masih percaya bahwa saya orang baik yang ditakdirkan
memiliki hidup agak rumit, dan saat ia dihujat dan disalahkan banyak orang, itu
penting sekali. Dan berangkatlah saya mengembara, sendiri, ke India. Jauh dari
banyak pihak, membawa kepedihan saya, kehilangan hampir segalanya dalam hidup. Harta,
anak, nama baik, semua hancur, luluh lantak di tahun itu. 2012, tahun kiamat sugra
buat saya. Saat itu juga beliau menguatkan saya dengan berkata “bersabarlah,
saat ini pesawatmu sedang mengalami turbulensi, banyak goncangan hebat yang
akan terjadi, tapi apapun yang terjadi, jangan biarkan peswatamu jatuh,
mendaratlah meski dengan hentakan super keras, tapi jangan jatuh. Bersabarlah. Masa
transisi ini akan terlewati”.
Dan memang benar. Masa transisi dari seorang yang menikah hingga akhirnya
menjadi janda mandiri itu tidak mudah. Ada banyak hentakan, goncangan, dentuman
hidup yang pesawat saya lalui. Meski begitu, saya selalu ingat, pesawat saya
tidak boleh jatuh. Saya harus mampu mendaratkan pesawat ini dengan selamat. Harus.
2013, 2014, saya lalui dengan keheningan, sendirian di India. Saya belajar,
paling sesekali posting tentang kuliah atau apa yang saya pelajari di India. Lalu
saya posting saya lulus. Setidaknya satu hal kembali pada saya, kepercayaan bahwa
saya masih bisa sekolah dengan baik. Bahwameski saya tidak cukup baik untuk
berumah tangga, saya masih punya kompetensi lain yang masih bisa diusahakan. Education,
sekolah.
Pulanglah saya ke Indonesia Juli 2014. Saya berusaha beradaptasi lagi
dengan semua hal yang pernah saya tinggalkan. Di kampus, bertemu lagi dengan
sistem yang dulu akrab dengan saya. meski kocar kacir dengan pemotongan gaji,
akhirnya saya berhasil menemukan penghasilan tambahan dengan menjadi guru
Bahasa Inggris di sebuah kursus besar di Samarinda. Saya cukup mendapat tempat
di sana, karena Bahasa Inggris saya dan pengalaman mengajar yang mumpuni. Pendapatan
saya mulai membaik dan saya pun bertemu orang-orang menarik. Hingga akhirnya
saya mendengar tentang LPDP. Agak kecut hati saya mengingat status diri saya
yang tidak se normal orang lain. Apakah mau mereka membiayai saya ke luar
negeri? Perempuan, sendirian, tidak punya apa apa kecuali dirinya dan Allah SWT,
dengan status yang tidak sebaik orang-orang lain. Dan alhamdulillah, ada
seorang profesor di Auckland sini yang menerima saya. Berkat kuasa Allah dan
tangan beliau, akhirnya saya dapat surat tanda diterima di University of
Auckland, universitas rangking 82 seluruh dunia. Berbekal surat itu, akhirnya
saya lulus beasiswa. Dan berangkatlah saya. kembali mengembara dengan
kesendirian saya.
Tiba di Auckland, di hostel sederhana dengan sewa 200$ per minggu. Saya masih
kocar kacir lagi dengan suhu yang dingin, suasana PhD yang jauh berbeda dengan
master saya di India. Lalu saya bertemu dengannya, Russell Church yang tergila
gila dengan saya. Ia mengejar saya tanpa henti, berjuang untuk saya meski ia
tahu status saya dan betapa rumitnya latar belakang hidup saya. Saat saya
depresi pun, ia yang merawat saya di rumah sakit hingga saya begitu tersentuh
dengan kebaikan dan kemanisannya. Ia begitu rendah hati, gentle man an
memperlakukan saya bak seorang putri, meski saya bukan perawan lagi. Ia yang
muslim, dan karena kemuslimannya, saya menerimanya. Kami pun merencanakan
pernikahan.
Dan hari ini saya berdiri di depan cermin. Saya ingat mereka yang
meninggalkan saya. Ada ia, laki-laki yang selalu berusaha mempersulit hidup saya,
ada kawan kawan yang akhirnya meninggalkan saya hanya karena status hidup saya
tidak senormal yang lain. Namun hari ini say a berdiri di depan cermin, di
kamar saya yang nyaman di unilodge, melihat betapa Allah telah begitu Mengangkat
derajat saya, alhamdulillah. Dari wanita yang di tahun 2012 menangis, pingsan,
hampir tak kuat melanjutkan hidup, hingga kini saya, mahasiswa PhD dengan
project yg akan happening banget di Kalimantan nantinya. Penampilan saya sudah
jauh berubah. Saya juga sudah menguasai beberapa teknik kickboxing yang bisa
melindungi saya jika diperlukan. Saya diantar jemput naik mobil oleh seorang
kiwi yang siap sedia menemani saya.
Dan tiba-tiba, saya teringat kata-kata pimpinan saya 4 tahun yang lalu itu. Beliau yang kini sudah
tak lagi menjabat pimpinan, tapi akan selalu saya ingat jasanya. Beliau yang
bertemu saya di akhir tahun 2015 dan kaget mendengar saya akan berangkat lagi
ke New Zealand untuk doktoral. Beliau saat itu bertemu saya kembali di tahun
2015, dan beliau takjub melihat perubahan saya. Beliau bahkan mengantarkan saya
hingga ke pintu ruangan dan berkata “kilau berlian itu telah kembali. Mau bagaimanapun
lumpur dilemparkan, kilau berlian tak akan tertukar”.
Kadang dalam hidup Anda bisa saja bertemu dengan orang-orang jahat yang
meninggalkan Anda atau menjerumuskan Anda dan kenaifan Anda sebagai manusia. Tapi
percayalah, akan ada saatnya dimana kesuksesan Anda kembali bangkit setelah
dihancurkan oleh mereka akan menjadi balas dendam yang sangat manis. atau bahkan Anda tak perlu balas
dendam. Suatu saat Allah akan Menunjukkan Kuasa Nya. Percayalah.
And you, masa lalu. Ingat saat itu keluargamu mengucilkan saya, mereka yang
berkata bahwa mereka tak sudi lagi melihat wajah saya. ingat saat itu kau
berkata saya tidak akan berhasil dimanapun. Ingat saat kau berkata saya tidak
akan mampu meraih gelar master. Ingat saat itu saya bersimpuh di kakimu memohon
agar bisa bertemu Najwa. Saat ini, jika pun kita bertemu lagi, saya mungkin
akan berterima kasih atas kekejaman mu waktu itu. Terima kasih karena berkat
penolakanmu, saat ini saya menemukan diri saya. Saya menemukan laki-laki yang
bisa menghargai saya. Saya sekolah di universitas besar dan ditempa untuk
menjadi tangguh. Tapi mungkin kau tak kan lagi mengenali saya. Saya sudah jauh
berbeda. Saya tidak cengeng lagi, saya tidak penakut lagi, saya bukan saya yang
dulu lagi. Saya telah berubah. Saya bangkit. Bukan patah. Terima kasih masa
lalu, mungkin kau tak kan lagi mengenali saya yang dulu begitu kau dan
keluargamu hina. Saya telah berubah. Mungkin jika kita bertemu kembali, saya
hanya akan menjabat tanganmu dengan manis lalu berkata “excuse me, who are you?”.
Sekali lagi, terima kasih. Kau, telah menjadikan saya siapa saya hari ini
Auckland, 12 Oktober 2016.
Perempuan yang berbahagia dengan dirinya
-NK-
No comments:
Post a Comment