Monday, 27 January 2014

Dear Ma, be strong Ma...

Dear Ma.

Aku tahu tak ada yg bisa kulakukan saat ini kecuali mengiringi sakitmu dengan untaian doa, doa dan doa. Anakmu jauh disini menuntut ilmu, berusaha mengalihkan kekacauan hidupnya pasca perceraian yg pedih itu dengan sekolah. Pedih, sepedih aku yg terpisah Najwa, pasti itu juga yg engkau rasakan, Ma.

Dear Ma.
Aku tahu aku bukan anak yg membanggakan untukmu. Mungkin bisa dikatakan tidak ada setitik pun hal yg bisa engksu banggakan dari eksistensiku di dunia ini. Untuk itu aku mohon maaf, Ma. Hingga usiaku 32 tahun ini, aku masih saja membebanimu dengan masalah masalah hidupku. Ampuni aku akan itu, Ma.

Dear Ma.
Aku mohon maaf tak bisa mendampingimu saat kau sakit saat ini. Kesedihan yg kurasakan jauh lebih dalam dibanding saat penyakit perut tak berkesudahan menyerangku 2008 lalu selama tiga tahun. Karena aku tahu, aku adalah pejuang, dan jika bukan aku yg say good bye dg oenyakit itu, maka aku yg akan dibawa penyakit itu say good bye dg dunia fana ini. Tapi berkat Allah, aku menang, Ma. Penyakit itu sdh jauh dariku. Aku sekarang jauh lebih sehat. Aku ingat saat itu, kau selalu memberikan semangat bahwa Allah akan menolongku. Aku tahu kau selalu mendoakanku, selalu menyayangi aku, meskipun aku anak yg sama sekali tdk bisa membanggakanmu.

Dear Ma.
Kuat ya Ma. Agustus aku akan pulang, aku akan stay, dan dengan statusku saat ini yg tanpa anak, tanpa suami, aku akan lebih mudah merawatmu. Tak perlu lagi hrs pulang ke rumah atau memikirkan izin suami, aku akan selalu di sampingmu, Ma, di sela sela perjuanganku untuk menemui Najwa di sekolahnya dan pekerjaanku utk sekedar menopang hidupku yg sendiri. Mungkin hanya ini yg bisa kuberikan utkmu aras segala perjuanganmu melahirkan aku, membesarkan, menyekolahkan, mendoakan. Be strong Ma, izinkan aku pulang merawatmu. Dont give up Ma, penyakit itu hanya musuh yg harus kita lawan each and everyday. Jika pun penyakit itu terlalu kuat utk dilawan, maka jadikan ia teman, Ma, hidup harmoni dengannya. Buatlah perjanjian dgn penyakit seperti yg kulakukan dulu. Janjikan bahwa sakit boleh bersarang di tubuh kita namun beri juga ruang untuk kita, si inang, untuk tetap hidup. Itu yg dulu kulakukan Ma. Aku berkompromi dg penyakit perut itu dulu. Aku janjikan aku akan jadi inamg yg baik, namun sakit juga harus berkompromi saat aku bekerja, agar ada uang untuk membeli obat. Kita bisa melawan penyakit dengan pikiran, Ma. Pikiran manusia cukup kuat untuk itu. Lawan, atau jadikan teman, Ma. Saat itu, saat penyakit jadi teman, ia akan lebih jinak dengan kita dan akhirnya ia jadi bagian dari kita dan tanpa disadari kita sembuh!

Dear Ma.
Mungkin menurutmu aku adalah anak teraneh di dunia. Tapi aku tahu aku menyayangimu Ma. Aku takut kehilanganmu. Belum ada baktiku padamu, Ma. Betapa sedikit kebahagiaan yg kuberikan padamu. Mhn izinkan aku merawatmu, Ma. Aku tak punya apa apa lagi kecuali tenaga dan waktu. Kuat lah Ma. Agustus aku pulang. Jgn menyerah Ma. Terus berjuang, untuk aku, Ma, seperti aku yg berjuang tetap hidup untuk Najwa. Tunggu aku, Ma. Jangan menyerah. Aku tahu itu sakit sekali dan seandainya penyakit itu bisa ditransfer padaku, aku akan menyandangnya untukmu. Aku tahu aku tak punya apa apa untukmu. Tak asa yg bisa kuberikan padamu sbg balasan kebaikanmu padaku. Hanya doa, sujud tiap malam untukmu yg bisa kulakukan ribuan km darimu, Ma.

Dear Ma.
Bertahanlah. Tunggu aku agustus, Ma. Izinkan aku merawatmu, dengan statusku yg sendiri saat ini. Beri aku kesempatan itu. Bertahanlah, kuatlah, Ma. Doa anakmu selalu menyertai di sujud sujud panjangku. Tunggu aku Ma, jgn menyerah, kuat Ma.

Mysore, 27 Januari 2014.

Anakmu...

No comments:

Post a Comment