Dear everyone.
Kembali lagi bertemu dengan
tulisan konyol saya dari sebuah negara yang jauuuhhh di bagian selatan bernama
New Zealand. Hari masih pagi saat ini, apalagi saat winter, biasanya kami baru
bisa melihat matahari setelah jam 7 24 pagi. Kebayang kan sudah jam 7 gitu tapi
masih gelap? Ya itulah suasana winter di Auckland, New Zealand, tempat dimana
saya posting tulisan ini, saat ini.
LET GO. Kata-kata ini pertama
kali saya dengar dari film Harry Potter saat Harry berkelahi dengan Voldemort
dan dibantu oleh ayah dan ibunya. Saat itu, ibunda Harry yang bernama Lily
berkata mereka hanya bisa melindungi Harry dari mantra jahat tongkat Voldemort
hanya beberapa saat saja dan Harry harus melepaskan koneksi energi tersebut
dari Voldemort. Saat itulah saya mendengar kata-kata “LET GO, LET GO”.
Lalu kata-kata ini famous kembali
di film Frozen. Tapi ditambah dengan kata IT, jadilah LET IT GO. Lagu ini cukup
booming dan akhirnya kata-kata LET IT GO pun jadi terkenal. Selain kata-kata
LET IT FLOW yang sudah biasa diucapkan banyak orang meski yang tidak terlalu
paham bahasa Inggris.
Kenapa saya membahas kata-kata
ini pagi ini? Well, kadang dalam hidup, kita keukeuh jumekeh dengan hajat kita.
Fokus dan kita tidak mendengar kata-kata orang lain dan kita berkeras untuk
mempertahankan apa yang kita punya atau apa yang kita upayakan. Bagi banyak
pihak, teguh dan STICK TO IT itu memang bagus, bahkan ada banyak orang hebat
yang justru lahir dari ke “kepala batu” an mereka. Biasanya karena mereka keras
kepala, akhirnya mereka jadi original dan berbeda dengan orang lain hingga
mereka bisa menghasilkan karya. Namun ada juga yang akhirnya mati konyol dengan
ke keras kepalaannya itu hehe. Yah, semua orang sudah ada takdirNya.
Namun terkadang, ada saatnya kita
harus LET GO. Kita harus rela melepas apa yang selama ini kita miliki atau apa
yang selama ini kita perjuangkan. Seperti PhD saya saat ini. Tentu sakit
melepas PhD saya di Kimia yang sudah saya perjuangkan mati-matian sejak setahun
yang lalu. Belum termasuk resiko menanggung SPP di tahun terakhir dan biaya
penggantian visa. Tentu rumit sekali dan membutuhkan waktu lama. Banyak orang
yang mungkin mengira saya gila, melepaskan PhD yang sudah di hadapan mata,
untuk belok jurusan ke education. Namun, jika pun saya bertahan, saya sudah
melihat bahwa kegagalan itu sudah di depan mata dan saya tidak bahagia
menjalaninya. Bahkan akhirnya saya terjerumus ke dalam depresi.
Ingin rasanya tetap bertahan. Namun
seperti halnya memegang mawar berduri, studi saya itu menyakiti saya, jika saya
terus menggenggamnya. Entah bagaimana, saya seprti salah masuk jurusan dan itu
menyakiti saya. tentu melepaskan bunga mawar yang indah itu sakit, belum lagi
bekas luka di tangan kita karena ber bulan bulan berusaha mempertahankannya. Tapi
percayalah, saat kita LET GO, kita rela, ikhlas, melepas apa yang memang bukan
untuk kita, ternyata jalan untuk menerima hal yang baru lebih terbuka. Akhirnya
saya berhasil belok ke jurusan yang mungkin lebih cocok untuk saya dan
kemungkinan saya berhasil lebih besar yaitu di education. Meski berdarah-darah,
lecet karena harus ulang PhD lagi dari awal, jatuh dalam depresi, namun
akhirnya saya berhasil LET GO. Ikhlas melepas studi saya di Kimia dan memulai lagi
dari awal di education. Meskipun saya juga belum tahu bagaimana nasib saya
disana.
Yang kedua adalah masa lalu saya.
bertahun tahun saya hidup ibarat hanya dengan sebuah lilin yang hampir redup. Berkali
kali saya berusaha keras melindungi lilin itu agar tidak padam, karena saya
pikir hanya itu sumber kekuatan saya. jika lilin itu padam, maka saya akan
kegelapan dan tidak tahu jalan menuju keluar. Meski pun perih, dan nyala lilin
itu tidak memenuhi syarat untuk melihat dengan jelas, sebenarnya, namun
ketakutan akan berada dalam gelap membuat saya bertahan keras untuk
mempertahankan nyala lilin itu dari hembusan angin di sekitar saya. Meskipun
akhirnya tangan saya terbakar karena melindunginya, namun ketakutan akan berada
dalam gelap mengalahkan kepedihan itu.
Hingga akhirnya saya berani. Bukan
angin yang akhirnya meniup nyala lilin saya namun saya sendiri yang akhirnya
meniupnya sambil berkata “thank you, but I will survive by myself”. Awalnya,
yah, pekat, gelap, mata saya tidak bisa melihat jalan mana yang harus saya
lalui. Namun dalam kegelapan dan kepekatan itu, akhirnya mata saya terbiasa, indra saya yang lain
lebih tajam dan akhirnya saya bisa berjalan dalam gelap. Mungkin awalnya dengan
meraba dinding, namun akhirnya saya terbiasa berjalan dalam gelap. Dan akhirnya,
saya melihat cahaya di ujung terowongan saya. yang berarti saya akan keluar
dari kegelapan ini, sebentar lagi. Saya akan berada di tempat yang luas, indah
dan saya akan menikmatinya. Saya melepaskan satu-satunya cahaya lilin yang saya
punya dan akhirnya survive.
So, jika saat ini Anda punya
pasangan misalnya. Dan Anda merasa hubungan Anda dengannya lebih banyak
merugikan Anda dan menyakiti hati Anda, LET GO. Meskipun iya, sedih karena Anda
harus sendiri untuk sementara waktu, namun luka karena sendiri itu jauh lebih
mudah diobati daripada luka yang dibuat orang yang salah yang ada di sekitar
Anda. Atau Anda punya sahabat yang sudah tidak ingin bersahabat dengan Anda, yo
wis, LET GO. Jangan berpikir jika Anda kehilangan sahabat yang ini, maka Anda
tidak akan punya sahabat lagi. Percayalah, setiap orang itu ada pasangannya.
Tentu hal ini tidak saya sarankan untuk yang sudah menikah. Ada banyak hal yang
harus dipertimbangkan saat hubungan Anda sudah menjadi hubungan serius berupa
hubungan pernikahan. Ada keluarga besar di sana, ada anak disana, jadi untuk
hal ini kemungkinan yang harus Anda lakukan adalah HOLD ON, bertahan, jika
memang masih memungkinkan!
Jika pun Anda saat ini tengah
berebut sesuatu dengan orang lain, seperti saya misalnya, yang harus kehilangan
Najwa. Saya menghabiskan banyak waktu untuk mencoba bernegosiasi dengan pihak
sana, namun tetap jalan buntu yang saya temui. Akhirnya saya LET GO, saya
ikhlas akan ketentuan Allah ini dan akhirnya berusaha menata hidup saya seorang
diri. Saya percaya jika saya terus bersangka baik akan ketentuan Allah, maka
hanya hal baik yang akan terjadi dalam hidup saya. LET GO, lepaskaanlah, jika
itu terlalu menyakitkan. Berhentilah berkutat dengan hal yang hanya menyakiti
Anda dan mulailah menerima kekalahan Anda, lalu berusahalah membangun
kemenangan di tempat lain. Itu yang mestinya kita lakukan, LET GO AND MOVE ON!
Bukan perkara mudah untuk LET GO,
you know. Anda harus pelan-pelan menerima perihnya rasa kehilangan itu dan
membiasakn diri hidup tanpa hal yang Anda perjuangkan. Sesaat setelah Anda
mampu menerima itu, lalu Anda mulai DETACH, melepaskan diri dari ikatan
emosional Anda dengan hal tersebut. Dan akhirnya Anda pun mulai ringan, karena
tidak lagi terikat oleh rasa sakit hati akibat hubungan yang menyakitkan. Dan akhirnya
Anda LET GO.
Dan percayalah, Tuhan itu tidak
pernah menzalimi kita. Setiap apa yang Diambil dan kita ikhlaskan akan Diganti
dengan yang lebih baik. Jika Anda kehilangan harta, Anda akan mendapat gantinya
yang lebih baik. Jika Anda dicaci maki atau dihujat, suatu saat Anda akan
dimuliakan. Jika Anda kehilangan pasangan, mungkin suatu saat Anda akan
menemukan orang yang lebih cocok dengan Anda. Ingat, bukan lebih baik, tapi
lebih cocok. Dan percayalah, jika kita terus menerus bertahan dengan ke keras
kepala an kita bertahan pada suatu hal, maka Tuhan tidak mempunyai ruang untuk
kita agar bisa diberi hal baru olehNya. Kita harus mengosongkan diri, melapangkan
hati dan tangan kita, agar kita memberi kesempatan pada Tuhan untuk memberikan
hal baru dan mengganti hal yang telah hilang dari kita. Percayalah.
So, LET GO. Lepaskan, ikhlaskan.
Agar Tuhan bisa Memberi kita hal baru yang lebih membahagiakan. Insya Allah.
Auckland, 4 Juni 2016
-NK-
No comments:
Post a Comment