Friday, 3 June 2016

LET GO (THE POWER OF BEING IKHLAS)


Dear everyone.

Kembali lagi bertemu dengan tulisan konyol saya dari sebuah negara yang jauuuhhh di bagian selatan bernama New Zealand. Hari masih pagi saat ini, apalagi saat winter, biasanya kami baru bisa melihat matahari setelah jam 7 24 pagi. Kebayang kan sudah jam 7 gitu tapi masih gelap? Ya itulah suasana winter di Auckland, New Zealand, tempat dimana saya posting tulisan ini, saat ini.
LET GO. Kata-kata ini pertama kali saya dengar dari film Harry Potter saat Harry berkelahi dengan Voldemort dan dibantu oleh ayah dan ibunya. Saat itu, ibunda Harry yang bernama Lily berkata mereka hanya bisa melindungi Harry dari mantra jahat tongkat Voldemort hanya beberapa saat saja dan Harry harus melepaskan koneksi energi tersebut dari Voldemort. Saat itulah saya mendengar kata-kata “LET GO, LET GO”.

Lalu kata-kata ini famous kembali di film Frozen. Tapi ditambah dengan kata IT, jadilah LET IT GO. Lagu ini cukup booming dan akhirnya kata-kata LET IT GO pun jadi terkenal. Selain kata-kata LET IT FLOW yang sudah biasa diucapkan banyak orang meski yang tidak terlalu paham bahasa Inggris.
Kenapa saya membahas kata-kata ini pagi ini? Well, kadang dalam hidup, kita keukeuh jumekeh dengan hajat kita. Fokus dan kita tidak mendengar kata-kata orang lain dan kita berkeras untuk mempertahankan apa yang kita punya atau apa yang kita upayakan. Bagi banyak pihak, teguh dan STICK TO IT itu memang bagus, bahkan ada banyak orang hebat yang justru lahir dari ke “kepala batu” an mereka. Biasanya karena mereka keras kepala, akhirnya mereka jadi original dan berbeda dengan orang lain hingga mereka bisa menghasilkan karya. Namun ada juga yang akhirnya mati konyol dengan ke keras kepalaannya itu hehe. Yah, semua orang sudah ada takdirNya.

Namun terkadang, ada saatnya kita harus LET GO. Kita harus rela melepas apa yang selama ini kita miliki atau apa yang selama ini kita perjuangkan. Seperti PhD saya saat ini. Tentu sakit melepas PhD saya di Kimia yang sudah saya perjuangkan mati-matian sejak setahun yang lalu. Belum termasuk resiko menanggung SPP di tahun terakhir dan biaya penggantian visa. Tentu rumit sekali dan membutuhkan waktu lama. Banyak orang yang mungkin mengira saya gila, melepaskan PhD yang sudah di hadapan mata, untuk belok jurusan ke education. Namun, jika pun saya bertahan, saya sudah melihat bahwa kegagalan itu sudah di depan mata dan saya tidak bahagia menjalaninya. Bahkan akhirnya saya terjerumus ke dalam depresi.

Ingin rasanya tetap bertahan. Namun seperti halnya memegang mawar berduri, studi saya itu menyakiti saya, jika saya terus menggenggamnya. Entah bagaimana, saya seprti salah masuk jurusan dan itu menyakiti saya. tentu melepaskan bunga mawar yang indah itu sakit, belum lagi bekas luka di tangan kita karena ber bulan bulan berusaha mempertahankannya. Tapi percayalah, saat kita LET GO, kita rela, ikhlas, melepas apa yang memang bukan untuk kita, ternyata jalan untuk menerima hal yang baru lebih terbuka. Akhirnya saya berhasil belok ke jurusan yang mungkin lebih cocok untuk saya dan kemungkinan saya berhasil lebih besar yaitu di education. Meski berdarah-darah, lecet karena harus ulang PhD lagi dari awal, jatuh dalam depresi, namun akhirnya saya berhasil LET GO. Ikhlas melepas studi saya di Kimia dan memulai lagi dari awal di education. Meskipun saya juga belum tahu bagaimana nasib saya disana.

Yang kedua adalah masa lalu saya. bertahun tahun saya hidup ibarat hanya dengan sebuah lilin yang hampir redup. Berkali kali saya berusaha keras melindungi lilin itu agar tidak padam, karena saya pikir hanya itu sumber kekuatan saya. jika lilin itu padam, maka saya akan kegelapan dan tidak tahu jalan menuju keluar. Meski pun perih, dan nyala lilin itu tidak memenuhi syarat untuk melihat dengan jelas, sebenarnya, namun ketakutan akan berada dalam gelap membuat saya bertahan keras untuk mempertahankan nyala lilin itu dari hembusan angin di sekitar saya. Meskipun akhirnya tangan saya terbakar karena melindunginya, namun ketakutan akan berada dalam gelap mengalahkan kepedihan itu.

Hingga akhirnya saya berani. Bukan angin yang akhirnya meniup nyala lilin saya namun saya sendiri yang akhirnya meniupnya sambil berkata “thank you, but I will survive by myself”. Awalnya, yah, pekat, gelap, mata saya tidak bisa melihat jalan mana yang harus saya lalui. Namun dalam kegelapan dan kepekatan itu, akhirnya  mata saya terbiasa, indra saya yang lain lebih tajam dan akhirnya saya bisa berjalan dalam gelap. Mungkin awalnya dengan meraba dinding, namun akhirnya saya terbiasa berjalan dalam gelap. Dan akhirnya, saya melihat cahaya di ujung terowongan saya. yang berarti saya akan keluar dari kegelapan ini, sebentar lagi. Saya akan berada di tempat yang luas, indah dan saya akan menikmatinya. Saya melepaskan satu-satunya cahaya lilin yang saya punya dan akhirnya survive.

So, jika saat ini Anda punya pasangan misalnya. Dan Anda merasa hubungan Anda dengannya lebih banyak merugikan Anda dan menyakiti hati Anda, LET GO. Meskipun iya, sedih karena Anda harus sendiri untuk sementara waktu, namun luka karena sendiri itu jauh lebih mudah diobati daripada luka yang dibuat orang yang salah yang ada di sekitar Anda. Atau Anda punya sahabat yang sudah tidak ingin bersahabat dengan Anda, yo wis, LET GO. Jangan berpikir jika Anda kehilangan sahabat yang ini, maka Anda tidak akan punya sahabat lagi. Percayalah, setiap orang itu ada pasangannya. Tentu hal ini tidak saya sarankan untuk yang sudah menikah. Ada banyak hal yang harus dipertimbangkan saat hubungan Anda sudah menjadi hubungan serius berupa hubungan pernikahan. Ada keluarga besar di sana, ada anak disana, jadi untuk hal ini kemungkinan yang harus Anda lakukan adalah HOLD ON, bertahan, jika memang masih memungkinkan!

Jika pun Anda saat ini tengah berebut sesuatu dengan orang lain, seperti saya misalnya, yang harus kehilangan Najwa. Saya menghabiskan banyak waktu untuk mencoba bernegosiasi dengan pihak sana, namun tetap jalan buntu yang saya temui. Akhirnya saya LET GO, saya ikhlas akan ketentuan Allah ini dan akhirnya berusaha menata hidup saya seorang diri. Saya percaya jika saya terus bersangka baik akan ketentuan Allah, maka hanya hal baik yang akan terjadi dalam hidup saya. LET GO, lepaskaanlah, jika itu terlalu menyakitkan. Berhentilah berkutat dengan hal yang hanya menyakiti Anda dan mulailah menerima kekalahan Anda, lalu berusahalah membangun kemenangan di tempat lain. Itu yang mestinya kita lakukan, LET GO AND MOVE ON!

Bukan perkara mudah untuk LET GO, you know. Anda harus pelan-pelan menerima perihnya rasa kehilangan itu dan membiasakn diri hidup tanpa hal yang Anda perjuangkan. Sesaat setelah Anda mampu menerima itu, lalu Anda mulai DETACH, melepaskan diri dari ikatan emosional Anda dengan hal tersebut. Dan akhirnya Anda pun mulai ringan, karena tidak lagi terikat oleh rasa sakit hati akibat hubungan yang menyakitkan. Dan akhirnya Anda LET GO.

Dan percayalah, Tuhan itu tidak pernah menzalimi kita. Setiap apa yang Diambil dan kita ikhlaskan akan Diganti dengan yang lebih baik. Jika Anda kehilangan harta, Anda akan mendapat gantinya yang lebih baik. Jika Anda dicaci maki atau dihujat, suatu saat Anda akan dimuliakan. Jika Anda kehilangan pasangan, mungkin suatu saat Anda akan menemukan orang yang lebih cocok dengan Anda. Ingat, bukan lebih baik, tapi lebih cocok. Dan percayalah, jika kita terus menerus bertahan dengan ke keras kepala an kita bertahan pada suatu hal, maka Tuhan tidak mempunyai ruang untuk kita agar bisa diberi hal baru olehNya. Kita harus mengosongkan diri, melapangkan hati dan tangan kita, agar kita memberi kesempatan pada Tuhan untuk memberikan hal baru dan mengganti hal yang telah hilang dari kita. Percayalah.

So, LET GO. Lepaskan, ikhlaskan. Agar Tuhan bisa Memberi kita hal baru yang lebih membahagiakan. Insya Allah.

Auckland, 4 Juni 2016

-NK-


No comments:

Post a Comment