Hello there. It is me again, with my silly writing. Amm sebenarnya mau posting minggu lalu tapi karena kejadian LOCK OUT selama 6 jam itu akhirnya hanya bisa masuk kamar dan tertidur saat itu. Jadilah my TOP FIVE OF THE WEEK nya batal hehehe.
Amm...minggu ini sdh minggu kelima saya di Auckland. So I must have more and more things to be grateful of, or not, I dont know. Yang jelas, saya selalu berusaha mensyukuri hal hal kecil yg terjadi dalam hidup saya setiap harinya. That keep me alive. It does.
Well, without being here and there, inilah my top five of this 5th week in Auckland.
One, A Warm Welcome Friends in Lab
Sebenanrnya sih msh sama, cuma karena sekarang saya sudah semakin dekat dengan teman teman di lab, kami sdh seperti ONE TEAM gitu, THE SPERRY GROUP. Mereka selalu menanyakan kabar saya, reaksi saya, meskipun masing masing sibuk dengan reaksinya. Bulan depan kami akan pesta lagi di restoran dan dengan ramahnya mereka kembali megikutkan saya. Bahkan ada beberapa yg mulai mengajak kerjasama untuk publish penelitian minimal yg berabu literature review. Alhamdulillah, saya punya banyak orang orang yg begitu "membesarkan hati" saya yang sering ciut ini karena saya tidak punya apa apa yg bisa dibanggakan. Untuk Ram, Kyriakus, Emma, Lachlan, Josh, Andrew, Ashley, Lidya, Emmily, Alan dan Jess yg akan segera bergabung, I am truly blessed punya teman teman di lab yang begitu suportif dan tidak kompetitif.
Two, I found a nice barbeque chicken and cumi cumi hehehe
Sudah lama saya tidak makan ayam hehhe. Pertama karena duit beasiswa blm cair saat itu dan kedua masih bingung yg mana yg halal. And...yup, I found it. Yummy banget akhirnya bisa makan ayam dg bumbu barbeque yg asyik bgt. Energi saya bertambah dan bahkan kmrn ketemu cumi cumi akhirnya yayyy, dengan harga yg masih terjangkau dengan kantong saya yg tipis ini hehehe. This is something I should be grateful of.
Three, teman baik di hostel.
Amm, yang ini mungkin antara grateful ama confused ya. Mungkin sudah banyak yg observe status saya akhir akhir ini. Ada satu new zealander yg lagi ehem pedekate dengan selimut "friend" sebetulnya jadi saya masih nggak mau terlalu frontal menolaknya. Jujur, saya masih belum ingin membangun apa apa lagi saat ini selain mimpi akademik saya. Mungkin banyak yg bilang saya msih belum move on, no, saya emang gak move on, saya move forward. Itulah kenapa saya mungkin tdk akan mencoba lagi di lapangan yg sama. Saya sadar saya bukan pemain yg tepat untuk itu, jdi saya memilih minggir saja dari the game called as LOVE. Mungkin saya memang tidak ditakdirkan untuk bersama orang orang yg saya cintai, jadi saya memilih sendiri.
Orang ini terus terang begitu gencar menawarkan bantuan dengan status "teman". Dan karena ia masih sangat sangat sopan, saya juga tidak berhak untuk kasar. Terlebih lagi, ia selalu menyebut saya sebagai "teman" dan saya pikir mungkin itu caranya memperlakukan "teman". Sudahlah, yg jelas saat ini saya punya orang di hostel yg 24 jam siap sedia membantu saya. Yang selalu menyediakan waktunya untuk berkomunikasi dengan saya, menanyakan reaksi, menanyakan sdh makan apa belum, hal hal kecil yg membuat saya merasa, saya ada. Dan untuk di level ini, saya pikir saya harus mensyukuri keberadaan "teman" ini.
Four, a nice evening coffee
Ini hal baik yg terjadi minggu ini. Saya bertemu adik si "teman" yg bernama Angie. Saya diajak ke beberapa tempat sebenarnya di Auckland oleh si kakak, namun dengan halus saya selalu menolak dengan NO THANK YOU saya yg sepertinya kurang ampuh di NZ hehehe. So, hari ini kami ngopi lagi, saya pesan kopi yg sama dengan Angie (intinya sih karena saya gak tau mau pesan apa hehehe). Dan kopi itu datang dengan bentuk yg bagus banget, ada daunnya di krim heheh saya jadi segan mengaduknya. Lalu kami pun bercerita tentang PhD saya, tentang saya yg bisa sampai ke NZ, etc yg intinya sih tentang saya, saya dan saya. Bayangkan, saya yang bukan siapa siapa di Indonesia ini, didengarkan oleh dua bule sekaligus di sebuah coffee shop mahal di NZ hahaha. What a life story.
Lalu saat pulang kami melihat burung. Dan si adik terus menerus mengundang saya bertamu ke rumahnya, bertemu anak anaknya. What a pleasant experience. Belum lagi tawaran pesta BBQ, nonton kembang api dan setiap saya berkilah akan sesuatu, misalnya dingin, etc, mereka akan menangkis itu dengan hal lain yg menyamankan hati saya either dengan ucapan we will have blanket for you, you will be fine.
Yang lebih mengagetkan tu si Angie dengan ramahnya mengecup pipi saya saat pulang tadi. Ia benar benar sangat ramah. Saya seperti dapat keluarga baru disini. Terlepas tu kakak emang punya "hidden agenda"atau nggak. Yg jelas dua orang ini benar benar ramah. Dan saya benar benar bersyukur untuk itu.
Five, My five weeks of life in Auckland
Untuk yg ini, saya hanya bisa meneteskan air mata. Terus terang saya berjuang dengan diri saya disini. Kadang saya rindu Najwa, keluarga saya di Indonesia, tanpa punya teman berbagi. Hidup hanya saya bawa dengan bersyukur, bersyukur, bersyukur, sekecil apapun itu. Setiap hari saya mencoba reaksi dengan harapan akan berhasil dan saat pulang kadang sedikit kecewa karena apa yg saya baca di jurnal itu belum juga membuahkan hasil. Ini bukan perjuangan sederhana, saudara saudara. Saya BENAR BENAR sendiri, really. Saya pulang ke kamar, lalu bercerita dengan beberapa buku di kamar saya, Yeah, it still did not work. Saya hanya punya Allah SWT yang terus saya percaya akan SELALU memberikan hal baik dalam hidup saya. Dan iman ini, yang saya syukuri. Saya tidak pernah putus asa akan rahmat Allah. Allah Maha Baik, saya masih survive di minggu kelima di Auckland. Alhamdulillah, terima kasih ya Rabb.
Well, those are my Top five of the week, Folks. What are yours? Mari bersyukur akan sekecil apapun hal baik yang terjadi dalam hidup kita. Dengan itu, hal hal besar akan datang di masa depan untuk kita.
Penerimaan, itu yg saya syukuri di NZ. Saya tidak pernah menyangka akan BEGITU diterima oleh orang orang disini. I am truly blessed for that.
Selamat tidur dari Auckland. Saya bisa tidur dengan senyum disini, Anda, yg punya jauh lebih banyak dari saya, harus bisa tidur dengan senyum yg lebih damai disana.
Hugs,
Auckland, 8.11.2015,
Nurul Kasyfita
Amm...minggu ini sdh minggu kelima saya di Auckland. So I must have more and more things to be grateful of, or not, I dont know. Yang jelas, saya selalu berusaha mensyukuri hal hal kecil yg terjadi dalam hidup saya setiap harinya. That keep me alive. It does.
Well, without being here and there, inilah my top five of this 5th week in Auckland.
One, A Warm Welcome Friends in Lab
Sebenanrnya sih msh sama, cuma karena sekarang saya sudah semakin dekat dengan teman teman di lab, kami sdh seperti ONE TEAM gitu, THE SPERRY GROUP. Mereka selalu menanyakan kabar saya, reaksi saya, meskipun masing masing sibuk dengan reaksinya. Bulan depan kami akan pesta lagi di restoran dan dengan ramahnya mereka kembali megikutkan saya. Bahkan ada beberapa yg mulai mengajak kerjasama untuk publish penelitian minimal yg berabu literature review. Alhamdulillah, saya punya banyak orang orang yg begitu "membesarkan hati" saya yang sering ciut ini karena saya tidak punya apa apa yg bisa dibanggakan. Untuk Ram, Kyriakus, Emma, Lachlan, Josh, Andrew, Ashley, Lidya, Emmily, Alan dan Jess yg akan segera bergabung, I am truly blessed punya teman teman di lab yang begitu suportif dan tidak kompetitif.
Two, I found a nice barbeque chicken and cumi cumi hehehe
Sudah lama saya tidak makan ayam hehhe. Pertama karena duit beasiswa blm cair saat itu dan kedua masih bingung yg mana yg halal. And...yup, I found it. Yummy banget akhirnya bisa makan ayam dg bumbu barbeque yg asyik bgt. Energi saya bertambah dan bahkan kmrn ketemu cumi cumi akhirnya yayyy, dengan harga yg masih terjangkau dengan kantong saya yg tipis ini hehehe. This is something I should be grateful of.
Three, teman baik di hostel.
Amm, yang ini mungkin antara grateful ama confused ya. Mungkin sudah banyak yg observe status saya akhir akhir ini. Ada satu new zealander yg lagi ehem pedekate dengan selimut "friend" sebetulnya jadi saya masih nggak mau terlalu frontal menolaknya. Jujur, saya masih belum ingin membangun apa apa lagi saat ini selain mimpi akademik saya. Mungkin banyak yg bilang saya msih belum move on, no, saya emang gak move on, saya move forward. Itulah kenapa saya mungkin tdk akan mencoba lagi di lapangan yg sama. Saya sadar saya bukan pemain yg tepat untuk itu, jdi saya memilih minggir saja dari the game called as LOVE. Mungkin saya memang tidak ditakdirkan untuk bersama orang orang yg saya cintai, jadi saya memilih sendiri.
Orang ini terus terang begitu gencar menawarkan bantuan dengan status "teman". Dan karena ia masih sangat sangat sopan, saya juga tidak berhak untuk kasar. Terlebih lagi, ia selalu menyebut saya sebagai "teman" dan saya pikir mungkin itu caranya memperlakukan "teman". Sudahlah, yg jelas saat ini saya punya orang di hostel yg 24 jam siap sedia membantu saya. Yang selalu menyediakan waktunya untuk berkomunikasi dengan saya, menanyakan reaksi, menanyakan sdh makan apa belum, hal hal kecil yg membuat saya merasa, saya ada. Dan untuk di level ini, saya pikir saya harus mensyukuri keberadaan "teman" ini.
Four, a nice evening coffee
Ini hal baik yg terjadi minggu ini. Saya bertemu adik si "teman" yg bernama Angie. Saya diajak ke beberapa tempat sebenarnya di Auckland oleh si kakak, namun dengan halus saya selalu menolak dengan NO THANK YOU saya yg sepertinya kurang ampuh di NZ hehehe. So, hari ini kami ngopi lagi, saya pesan kopi yg sama dengan Angie (intinya sih karena saya gak tau mau pesan apa hehehe). Dan kopi itu datang dengan bentuk yg bagus banget, ada daunnya di krim heheh saya jadi segan mengaduknya. Lalu kami pun bercerita tentang PhD saya, tentang saya yg bisa sampai ke NZ, etc yg intinya sih tentang saya, saya dan saya. Bayangkan, saya yang bukan siapa siapa di Indonesia ini, didengarkan oleh dua bule sekaligus di sebuah coffee shop mahal di NZ hahaha. What a life story.
Lalu saat pulang kami melihat burung. Dan si adik terus menerus mengundang saya bertamu ke rumahnya, bertemu anak anaknya. What a pleasant experience. Belum lagi tawaran pesta BBQ, nonton kembang api dan setiap saya berkilah akan sesuatu, misalnya dingin, etc, mereka akan menangkis itu dengan hal lain yg menyamankan hati saya either dengan ucapan we will have blanket for you, you will be fine.
Yang lebih mengagetkan tu si Angie dengan ramahnya mengecup pipi saya saat pulang tadi. Ia benar benar sangat ramah. Saya seperti dapat keluarga baru disini. Terlepas tu kakak emang punya "hidden agenda"atau nggak. Yg jelas dua orang ini benar benar ramah. Dan saya benar benar bersyukur untuk itu.
Five, My five weeks of life in Auckland
Untuk yg ini, saya hanya bisa meneteskan air mata. Terus terang saya berjuang dengan diri saya disini. Kadang saya rindu Najwa, keluarga saya di Indonesia, tanpa punya teman berbagi. Hidup hanya saya bawa dengan bersyukur, bersyukur, bersyukur, sekecil apapun itu. Setiap hari saya mencoba reaksi dengan harapan akan berhasil dan saat pulang kadang sedikit kecewa karena apa yg saya baca di jurnal itu belum juga membuahkan hasil. Ini bukan perjuangan sederhana, saudara saudara. Saya BENAR BENAR sendiri, really. Saya pulang ke kamar, lalu bercerita dengan beberapa buku di kamar saya, Yeah, it still did not work. Saya hanya punya Allah SWT yang terus saya percaya akan SELALU memberikan hal baik dalam hidup saya. Dan iman ini, yang saya syukuri. Saya tidak pernah putus asa akan rahmat Allah. Allah Maha Baik, saya masih survive di minggu kelima di Auckland. Alhamdulillah, terima kasih ya Rabb.
Well, those are my Top five of the week, Folks. What are yours? Mari bersyukur akan sekecil apapun hal baik yang terjadi dalam hidup kita. Dengan itu, hal hal besar akan datang di masa depan untuk kita.
Penerimaan, itu yg saya syukuri di NZ. Saya tidak pernah menyangka akan BEGITU diterima oleh orang orang disini. I am truly blessed for that.
Selamat tidur dari Auckland. Saya bisa tidur dengan senyum disini, Anda, yg punya jauh lebih banyak dari saya, harus bisa tidur dengan senyum yg lebih damai disana.
Hugs,
Auckland, 8.11.2015,
Nurul Kasyfita
No comments:
Post a Comment