Monday, 2 October 2017

New Zealand, New Hope, New Land: A List of Gratefulness

Hi there,

Pagi ini tia-tiba saja saya ingin menulis setelah sekian lama blog ini vakum tanpa new posts. well, sebenarnya sih lebih karena tidak ada kerjaan hehe. Saya akan supervision meeting hari ini sehingga ambil off day di kampus.

What would I write? Ammm, kayaknya sih lebih ke peaceful life. Saat ini hidup saya benar-benar damai. Well, sejak dulu juga saya selalu berhasil merasakan kedamaian meski pontang panting bekerja menghidupi diri di Samarinda. Tapi kali ini semuanya benar-benar Dicukupi oleh Allah SWT. What are they? Here are the list of my gratefulness.

1. Life
Ini list pertama yang saya syukuri. Hidup benar-benar up and down buat saya, ya dari pecah rumah tangga, lalu kena badai finansial, lalu kena depresi dan sekarang sedang berjuang untuk menyelesaikan PhD di Auckland ini. Tapi saat ini saya benar-benar merasakan bahwa hidup sedang cruising. Kapal saya sedang berlayar di laut tenang. Yeah saya tahu beberapa minggu ke depan saya akan menghadapi dua hal besar di Samarinda, tapi setidaknya saat ini saya sedang menikmati laut biru tenang meski saya tahu badai mungkin sedang menghadang di depan sana. Tapi ya nikmati saja dulu yg sekarang, badai nanti dihadapi saat sdh di hadapan saja hehe. Saat ini PhD saya sudah selangkah lebih maju-saya sudah di tahap data collection dan sudah melulusi tahun pertama saya di University of Auckland, alhamdulillah. Meski agak terlambat, setidaknya kemungkinan akan gagal PhD ini jauh lebih kecil dibanding saat saya di sains. Alhamdulillah, saya benar-benar merasakan kedamaian hidup saat ini. Saya punya waktu belajar, beribadah, jalan-jalan, shopping, semuanya tercukupi. Luar biasa rasa syukur saya pada Allah SWT.

2. Health
Yak kesehatan itu penting sekali, apalagi saya pernah kena penyakit perut yang luar biasa menyiksa sepanjang 2006-2011. Yah sekali sekali saya kena demam atau agak pusing sebagai bagian dari depresi saya yang (masih mungkin) muncul, tapi selalu saya tackle dengan olahraga dan alhamdulillah itu lumayan berhasil. Saya juga mulai hidup lebih sehat, menghindari minyak, gula dan banyak minum air putih. I think that is a good investment untuk selalu berusaha hidup sehat. Penyakit jauh, berat badan terkontrol dan kita bisa tetap menikmati hidup yang indah ini. Just my opinion though.

3. Love
Yup, ini adalah hal lain yang snagat saya syukuri dalam hidup saya. I am not a clingy woman yang maunya dimanjakan terus and I know I can live by myself. Tapi tetap sangat menyenangkan memiliki seseorang yang selalu bersama kita plus jika ia begitu memanjakan dan menyayangi. Yes, si kiwi man ini benar-benar luar biasa dalam mencintai wanita. Dan I am honored bahwa wanitanya kali ini adalah saya. Imagine, setiap kali ia tiba di pekerjaan ia akan SMS "one minute early today darling, have a good day at your work I love you". Lengkap dengan emoticon smile, love nya hehe. Lalu saat makan siang, ia akan SMS lagi "how is your day Darling?". Atau kadang telpon. Lalu sore hari ia akan SMS lagi, terusss sepanjang hari ia menemani. On weekend ia akan mengajak jalan-jalan atau shopping segala hal yang saya perlukan. So, bagaimana hidup tak terasa damai jika partner yang dimiliki sebegitu setia, tanggung jawab, penuh kasih sayang seperti dirinya? Apalagi jika ia mau bertahan untuk wanita rumit seperti saya ini. Wah, itu sungguh luar biasa ajaib menurut saya. Yeah, jika Anda bilang of course ia bertahan untuk saya karena ia yang sudah menginjak usia 51 tahun sedang saya masih 37 ini, betul, maybe that is one of the factors. Tapi jangan lupa, wanita mah bukan saya saja hehe. Ia bisa saja berpasangan dengan a kiwi woman yang sepantaran dengannya, atau yang muda dan ingin dimanjakan bule juga banyak laaah tak cuma saya saja hehe. So, seburuk apapun anggapan orang pada gap usia kami, yang jelas I am happy. That is enough.

4. Study
Seperti saya sebut di atas, study saya di education ini juga berjalan lancar alhamdulillah. Meski sempat terseok seok di sains, akhirnya saya berhasil memindahkan jurusan PhD ini ke education dan bahkan mendapat banyak opportunity. Well, seperti saya bilang, tidak ada hal yang sia-sia dan smeua pasti ada hikmahNya. Meski saya tidak lagi di jurusan yang sulitnya tingkat dewa, tapi setidaknya saya punya waktu buat have a life. Itu pun saya masih berjuang baca banyak artikel, mengakrabkan diri dengan penelitian kualitatif yang tentu juga tak mudah adanya. Tapi alhamdulillah, ethics saya lulus, seminar proposal lulus hingga kini saya bisa merencanakan data collection saya. Semua berjalan lancar. Alhamdulillah.

5. Work
Saya juga sangat bersyukur pekerjaan saya sangat lancar di Auckland. Tiga bulan lalu saya dikontrak universitas dan ditantang mengerjakan pekerjaan baru di timetabling. Ini pekerjaan super teliti karena kami berurusan dengan banyak data dan harus memikirkan banyak hal saat mendesain jadwal untuk seluruh anak master dan undergrad. Saya jadi tambah pengalaman dan tentunya, SKILL. Saat ini saya bahkan sudah pede untuk nge ganti staff, nge cek ruangan, mendesain seberapa yang diperlukan untuk satu course, intinya sudah akrab dengan timetabling job. Dan ini bikin kualitas diri saya tambah lagi. Sekarang saya tak hanya dipanggil di reception, di student center tapi juga sangat diperlukan di timetable. Dan punya tiga skill di tiga tempat bekerja itu sangat fruitful. Minggu ini saja saya diminta bekerja di student center, timetable dan assignment center. Yang saya kira Oktober akan adem ayem saja sambil menunggu tiket pulang, tapi ternyata rejeki Allah luar biasa. Tabungan SPP saya untuk tahun terkahir PhD yang tidak di support lagi oleh beasiswa sudah fix, saya hanya tinggal memikirkan bagaimana bisa survive dengan living cost saat itu. Tapi seperti prinsip saya, nikmati saja dulu laut biru ini. Perkara di depan ada badai, nanti pada saatnya baru kita alert dan panik. Sekarang mah nikmati saja dulu ketenangan ini hehe.

So, siklus hidup di Auckland itu sekarang berkisar pada: bangun pagi, baca amalan subuh dan baca quran, siap-siap kerja, bekerja hingga jam 5, jam 5 pulang sambil di bis baca Quran lagi, tiba di apartment masak, nonton TV, belajar, tidur. Itu jadwal weekdays. Weekend akan ada undangan dinner atau shopping date atau movie date. Sambil tiap hari si kiwi terus mengirimkan SMS manis. Atau dibahagiakan dengan shopping barang yang diinginkan. Atau makan *smile*.

Saya ingat 5 tahun lalu, saya merasa seperti sedang berenang di samudera luas setelah saya kehilangan segalanya. Lalu saya berhasil membangun sebuah rakit, lalu saat ini saya merasa saya sudah berada di sebuah kapal layar (belum kapal pesiar hehe), tapi hidup sudah jauh sangat membaik ketimbang 5 tahun lalu saat semua hancur tak bersisa. Setidaknya saya tidak berenang sendiri lagi di tengah lautan luas, setidaknya saya tidak berada di atas rakit mini lagi, setidaknya saya sudah berada di atas kapal layar dengan kemampuan nakhoda yang sudah mumpuni dibanding 5 tahun lalu. Dan saat ini my ship is cruising. Sedang berlayar di laut biru tenang. Jika 2 tahun lalu saya menyebut New Zealand sebagai New Hope, New Land, itu benar adanya. Karena sepertinya negara ini akan menjadi tanah baru bagi pelabuhan kapal saya. Setelah puas mengarungi samudera hidup ini seorang diri, maka tawaran seorang lelaki kiwi untuk berlabuh di New Zealand sebagai A New Hope, New Land, memang bisa dipertimbangkan. Jika saat itu saya menyebut New Zealand sebagai A New Hope, New Land sebagai penyemangat untuk memulai perjalanan akademik baru setelah baru saja selesai di India, maka sepertinya apa yang saya sebut itu memang benar adanya. New Zealand adalah tanah baru bagi saya. For me, New Zealand could be My New Hope, New Land.

Have a blessed day, everyone.

Stay grateful. Teruslah bersyukur!

Best Regards,

-Nurul Kasyfita-

No comments:

Post a Comment