Masih gelap di Auckland saat ia mulai mengetik di tuts keyboardnya. Sambil menikmati
sunrise yang muncul malu malu di ufuk timur sana, ia mulai menulis kalimat demi
kalimat, menyalurkan hobby menulisnya.
Ia bersyukur. Ada banyak rahmat Allah yang dirasakannya sejak ia memilih
hidup sendiri. Di kota besar ini, ia hidup di sebuah apartemen keren dari
kampus, ia masih mampu bayar sewa, masih mampu menabung dan masih mampu
menjalankan PhD dan pekerjaannya. Kadang ia tak percaya betapa kuatnya ia
bekerja. Entah karena ia ingin kebal dari luka atau hanya karena ia memang gila
kerja. Dan satu yang ia syukuri, ia tak gengsi dengan pekerjaan. Bukan hanya
karena ia seorang dosen di negaranya, ia lalu pilih pilih hal apa yang ia
hendak kerjakan. Ia juga menghargai proses. Ia tak suka langsung pakai
shortcut, apalagi pakai koneksi sana sini, pakai backing an, diterima hanya
karena ia kenal dengan pejabat A atau karena anaknya si B. No, ia lebih suka
membangun dinasti dengan tangannya sendiri. Hingga saat ini pun, meski ia sudah
punya seorang laki-laki yang menemani, ia tetap bekerja keras. Mengumpulkan dollar
demi dollar untuk tuition fee PhDnya. Karena seperti yang ia pernah bilang ke
laki-laki itu “this is my PhD and only MINE”. Ia tidak ingin di belakang nanti
ada yang menyebut nyebut jasa karena sudah membantunya membayar SPP PhD nya. Nope,
lebih baik bekerja keras, berhemat, agar bisa tetap menabung, mengumpulkan dana
untuk PhDnya ketimbang di kemudian hari disebut-sebut.
Ia juga bersyukur ia tak hilang iman hingga saat ini. Meski ia sudah
merantau ke beberapa negara dengan islam sebagai minoritas, ia tetap teguh
dengan amalan subuh nya, amalan maghribnya, tetap khusyuk tengah malam saat
orang lain lelap dalam tidurnya, tetap kasak kusuk shalat dhuha, shalat hajat,
tetap kasak kusuk sholat 5 waktu diantara jadwal kerjanya. Dan tak pernah
menyalahkan Allah atas takdir hidup yang menimpanya. Ia tak pernah hilang
keyakinan bahwa Allah Maha Baik dan akan selalu Memberi yang terbaik untuk
hamba-Nya. Dalam kondisi seperti dirinya yang selalu disalahkan lingkungan,
sebenarnya mudah saja jika ingin hilang iman, buka jilbab, minum, atau nge
drugs, hanya sekedar melepaskan luka dan mengkonfirmasi penghakiman lingkungan
terhadapnya. Mudah kan, bilang aja pada lingkungan, YES I AM A BAD GIRL dengan
brutally melakukan hal yang tak semestinya dilakukan mereka yang mengaku
beriman. Tapi NO, dimanapun ia berada,
maghrib ia selalu sudah di rumah, aman, terhindar dari kriminal ataupun ancaman
di luar sana.
Ia ingat saat dulu di kos ia tidur dengan pisau di bawah bantalnya. So jika
ada pencuri mendobrak pintu kamarnya, ia siap mempertahankan dirinya. Ia juga
(dulu) sering membawa larutaan asam yang ia simpan di botol parfum dan
diselipkannya di kaos kaki. Jika ada apa apa di jalan, ia selalu bisa
menyemprotan asam itu ke siapapun yang hendak membahayakannya. Akhirnya asam
itu diambil oleh teman-temannya saat ia di sains dan diyakinkan bahwa ia aman
di New Zealand. Hehe, nyengir sendiri ingat hal itu. Tapi itulah, ia harus
realistis. Dunia ini bukan cerita negeri dongeng. Ada banyak orang yg suka
ngibulin, suka memanfaatkan, orang-orang jahat yang tak segan menyakiti, belum
termasuk mereka yang kejam, terlihat baik padahal menikam. Yeah, ia sudah biasa
dengan IT’S A REAL WORLD itu. Dan ia selalu realistis dan siap akan segala
kemungkinan. Waspada, jaga diri. Tidak ingin menyakiti orang lain tapi juga tak
ingin disakiti.
Hari ini tanggal 20 Mei, hari Kebangkitan Nasional di negaranya. Dan menandai
hari ini, ia menulis beberapa momentum kebangkitannya. Ada banyak sekali momen
dimana ia di knock out oleh hidup tapi ia selalu berusaha BANGKIT lagi. Ia tak
patah semangat, meski sendiri saat itu. Bayangkan, di tahun 2012, hidupnya
diporak porandakan oleh seorang laki-laki yang dulu ia cintai tapi kini jadi
seteru abadi. Nama baiknya dihancurkan, kariernya dirusak, anaknya diambil, harta
yang ia punya diambil tanpa jelas pembagiannya, buku-bukunya tak bisa ia ambil,
bahkan ijazahnya hampir tak dikembalikan, intinya ya MENANG SENDIRI. Laki-laki
itu telah membuat HIS OWN LAW tanpa pengadilan. Dan ia Cuma terhenyak betapa
manusia bisa begitu kejamnya bagaimana pun ia telah mengabdikan dirinya. Saat
ia tak lagi mau menuruti keinginannya, maka hanya luka dan tikaman yang akan
diterimanya.
Yes ia hancur. Lebur saat itu. Ia menghilang ke India. Meski masih terus
menerus bertanya kenapa ia Dibawa Allah kesana, ia tetap tawakkal. Tak pernah
hilang keyakinan bahwa ini adalah yang terbaik. Dan ternyata negara itu telah
mengajarinya BANYAK HAL. Ia belajar kuat, belajar negosiasi, untuk pertama
kalinya ia merasa I AM PRETTY, ia masih ingat saat pertama kali mencoba jeans
saat seorang kawan dari Rwanda membawanya shoping di mall, ia menjerit “Jeanette,
my legs are shown”. Lalu si Rwanda itu bertanya “Shown where? It is fully
covered!”. Hehe maksudnya adalah ia kaget betapa ketatnya jeans itu membalut
betisnya dan ia merasa seperti “telanjang” saja. Namun Jeanette menjelaskan
memang begitu perempuan pakai jeans. Dan sejak itu, ia tahu rasanya belanja ke
mall, memilih baju yang pas dan bahagia. Ia punya 2 jeans pertamanya setelah
bertahun-tahun dilarang laki-laki masa lalu itu. Ia berpikir “this is not bad.
I feel free and pretty”.
Sejak itu ia tahu apa itu SHOPPING. Sesuatu yang dulu tertahan karena
memikirkan anak, memikirkan ingin membantu suami, mengumpulkan rupiah demi
rupiah meski tak pernah dihargai. Dulu ia membuat kebahagian orang lain sebagai
prioritasnya dan berharap orang itu akan ingat jasanya dan baik padanya. Naif,
yeah. Sejak kehancuran hidupnya, ia membuat kebahagiaan dirinya sebagai
PRIORITAS. Ia belajar jika ia tidak happy bagaimana ia bisa membahagiakan orang
lain. Dan di India lah ia mengenggam kekuatan demi kekuatan menghadapi tantangan
selanjutnya.
Kembali ke tanah air, ia dihadapkan dengan pemotongan gaji. Lalu ia mulai
kasak kusuk mencari job tambahan. Ia masih ingat saat ia datang ke salah satu
unit di tempat kerjanya. Ia mengikuti seluruh rangkaian tes, menulis CV, ikut interview.
Saat itu ia bahkan berkata pada pimpinan unit tersebut, “berilah saya pekerjan
Pak, meski Cuma gulung kabel, yang penting ada tambahan buat saya bayar kos”. Dan
mereka sih berjanji melibatkannya. Dan ia masih naif mengira bahwa mungkin karena
dulu gelarnya, mungkin dulu karena penyakitnya, mungkin dulu karena ia
berkeluarga, sehingga ia tak diberi job. Tapi ternyata bukan itu. Ya kalau
memang gak diberi job ya gak diberi job aja meski ia mampu. Supervisornya di NZ
sini selalu berkata “there are many people in this world that are too afraid to
give somebody a chance because they know she is powerful and will beat them
someday. But don’t worry dear, a diamond will always shine”.
Dan akhirnya ia berakhir bekerja di sebuah kursus terbesar di kotanya. Mereka
yang menghargai kinerjanya. Bahkan membayar dengan harga pantas. Ia akhirnya
bertemu banyak orang. Ia punya akses internet tanpa batas dan mulai menyusun
rencana PhDnya. Ia bertemu Jon dan tiba-tiba ia Dibawa ke NZ. Negara dimana ia
mengetik ini saat ini. Ia bahkan tak menyangka rencana PhD nya bisa terwujud
begitu cepat dan mulus padahal ada banyak rintangan yang harus ia lalui. Dan hari
ini, ia berterima kasih pada dirinya sendiri atas semangat pantang menyerah
itu. Atas keyakinan kuat itu, atas semangat kerja keras dan tidak gengsi itu.
Ia selalu yakin bahwa jika Allah hendak Mengangkat derajat seseorang,
bagaimana pun seluruh dunia hendak menjatuhkannya, tetap ia akan terangkat.
Begitu pula jika Allah hendak Menjatuhkan seseorang, bagaimana pun dunia
mendukungnya, pasti jatuh juga. Dan ia hanya ingat saat ia memelas minta
pekerjaan dulu. Ia bahkan bilang ia siap bekerja apa saja, tapi tetap tak
diberi kesempatan. Padahal jika diberi kesempatan, ia insya Alah bisa. Ia hanya
pelu waktu sedikit belajar, dan terbiasa dengan pekerjaan. Ia juga ingat saat
saat tak punya uang, tak punya dapur, dan harus puas dengan bakso 5,000 rupah
itu. Belum lagi kadang ia makan tempe 5,000 agar ia bisa dapat lalapan tempe
plus sambal. Nasi ia masak sendiri. Kadang ia pulang mengajar, banyak warung yg
sudah tutup dan ia bawa saja tidur perut kosong setelah puasa seharian itu. Toh
ini Cuma 24 jam, esok pasti lebih baik. Selalu itu yang ada di pikirannya. So ia
tak pernah risau, apalagi menangis. Ia menangis justru saat semua kondisi
membaik. Ia menangis bukan saat terjatuh, tapi saat berhasil bangkit. Dan satu
lagi, ia pantang mengeluh. Menurutnya, masalah itu DISELESAIKAN bukan
DIBICARAKAN. So, sejak ia memilih sendiri, ia tak pernah lagi membagi
deritanya. Ia memilih menutup rapat apapun yg sedang dihadapinya lalu hanya
bercerita saat ia sudah bangkit saja. Hey, the world doesn’t like si cengeng. Percayalah,
saat kita share problem itu, 80% yang mendengar itu tidak perduli, sementara
20% sisanya senang saat kita ada problem. This is a real world, bukan dunia
cinderella. Dan the difference between
drama queen and real queen is: while drama queen is busy TALKING about her
problems, real queen is busy SOLVING them. Itu prinsipnya.
Dan video ini mungkin bisa sedikit menggambarkan betapa warriornya dirinya. Pantang menyerah. Pantang menangis saat kesulitan datang, menangis saat sudah menang saja, pantang meratap dan selalu berusaha mengatasi apapun yang terjadi. Video yang pantas menggambarkan betapa kerasnya hidup yang ia lihat saat ia di India telah begitu mendewasakannya dan membuatnya tumbuh menjadi tidak cengeng, menadi warrior yang siap berjuang untuk hidupnya. Ia terbiasa melihat orang-orang kejam, biasa ditinggalkan mereka yang mengaku kawan, bisa dicueki orang-orang yang mengaku perduli. Yes, ia sudah biasa dengan kekejaman dunia dan tak lagi meratapinya. Baginya semua itu hanya sekedar lewat saja, ia tetap dengan perjuangannya.
Ia juga ingat di tahun 2012 itu bajunya hanya beberapa lembar saja yang
berhasil dibawa dari kekisruhan rumah tangga yang tak lagi aman itu. Ia tak
bersedih mengingat ada banyak baju dan harta bendanya yang tertinggal di rumah
itu. Mungkin jika pun ia menangis, itu hanya untuk buku-bukunya yang entah
dimana saat ini. Buku-buku farmasinya, doraemon kesukaannya yang ia beli sejak
ia belum menikah, buku Merck Indexnya
hadiah dari sahabatnya di Amerika, buku Hembing hadiah abahnya, buku bahasa
Inggris yang membantunya mengajar, entah dimana semua itu saat ini. Hanya buku,
yang membuatnya menangis. Bukan uang. Terserah uang mau diambil seberapa pun,
ia tak terlalu perduli. Ia hanya ingin safe, selamat. Bahkan ia hampir tak
berhasil mengambil ijazahnya dan harus kasak kusuk ke kantor polisi buat surat
hilang dan bikin ijazah baru hanya untuk menghindari kekejaman laki-laki itu. Yeah,
itulah pengadilan tanpa pengadilan. Saat manusia lain bisa semena mena
menghukum manusia lain. Adil? TIDAK, tentu saja. Tapi apakah ia akan terus
berusaha berkutat dengan orang yang tak lagi mau mendengarkan dan hanya berniat
menyakiti? Bodoh sekali jika selalu diam saat disakiti. Lebih baik menghindar,
cari jalan yang lebih baik. Dan itu yang diputuskannya. Saat ia memilih detach
dengan kebendaan dan berusaha sendiri dengan kekuatan wanitanya. Tapi lihatlah
saat ini. Ia bangkit. Bajunya hendak yang mana, ia tinggal buka lemari. Itu pun
masih banyak yang ada labelnya karena ia belum sempat memakainya. Meski buku
bukunya tak lagi sama dan masih tak sebanyak dulu karena ia selalu berpindah pindah
tapi setidaknya kini ia sudah punya buku. Alhamdulillah.
Lalu ia kolaps lagi di sains. Dan akhirnya jatuh dalam depresi. Ia merasa
melayang-layang, pusing, tak nafsu makan, tak bisa bangun, selalu merasa lelah.
Ia tak bisa tidur hingga diberi sleeping pill. Lalu paginya ia harus minum anti
depressan. Lalu ia pusing mengurus kepindahannya ke education, belum lagi
tuntutan uang SPP yang harus ditanggung sendiri akibat keputusan ini. Tapi hari
ini, ia menulis dengan syukur. Ia bahagia ia dipercaya banyak pihak di
education. PhDnya jauh lebih baik di education ketimbang di sains, dan sekali
lagi ia BANGKIT dari keterpurukannya. Ia sekarang bukan hanya mahasiswa PhD
yang siap proposal di jurusan rangking 20 top dunia, tapi juga baru diangkat
sebagai staff di divisi lain di Universitas terbesar di New Zealand ini. Ia
masih tak percaya hingga pagi ini.
Bangkit, ini 20 Mei. Siapapun Anda. Mau yang baru patah hati, kehilangan
pekerjaan, sakit, kehilangan sahabat, anak atau siapapun itu, BANGKIT! Jangan biasakan
meratap pada dunia, itu tidak menyelesaikan masalah. Start solving your
problem, stop talking about it. Karena 80% orang yang mendengar masalah Anda
tidak perduli, 20% sisanya senang Anda dalam kesulitan. Tak perlu lah dunia
melihat saat Anda terpuruk, cukup tunjukkan saat Anda menggenggam victory.
Kemenangan. Menang karena tak jadi pribadi cengeng dan suka meratap, menang
karena berhasil menyelesaikan masalah, menang karena tetap mengandalkan Tuhan
dalam setiap keadaan. Stop playing sebagai KORBAN TAKDIR, tapi jadilah ACTOR OF
CHANGE of your own life. Karena percayalah, tak ada yang lebih manis dari
kesuksesan yang dibangun dengan usaha sendiri, tanpa short cut, tanpa
nepotisme, tanpa kolusi, fair play, itu kesuksesan yang MANIS. Dan bangkit dari
keterpurukan itu jauh lebih gemilang dari apapun di dunia. Musuh Anda bisa saja
menikam dari belakang, menghancurkan Anda dengan berbagai cara, tapi Anda juga
punya PILHAN untuk stay as a loser atau berusaha jadi pemenang. Yeah, pemenang
kehidupan. Dan meski Anda wanita, yang mungkin dianggap lemah, believe me, a
woman with victory is SEXY. Yes, Sexy!
Selamat hari Kebangkitan Nasional.
Bangkit and be a woman, with VICTORY!
Auckland, 20 Mei 2017
-NK-
😍 MashaAllah
ReplyDeleteAlahmdulillah :-)
DeleteCasinos Near Me - Oklahoma Casinos Near Me
ReplyDeleteWhat is 벳플릭스 a Casino Near Me? · 1. Tropicana Grande Casino Resort · 2. Hard 힘 숨찐 챌린지 Rock slot 뜻 Hotel & Casino Tulsa · 3. Days 캔 토토 Gone Tulsa · 4. Days 벳 인포 해외 배당 흐름 Gone Tulsa