Saturday, 4 June 2016

MY TOP FIVE OF THE WEEK (FIRST WEEK OF JUNE)

Hello everyone.
Selamat hari Minggu yaaa. Di Auckland sudah jam 1 saat ini dan suhu masih di bawah 10 hehe, 7 actually, saat ini. Brr banget buat saya, tapi alhamdulillah dengan dua heater di kamar saya, I am warm enough. Dan seperti biasa, jika tidak keluar dengan RC saya lebih senang menghabiskan waktu saya di depan laptop di kamar saya yang hangat dan nyaman. So here I am, typing to you, my blog readers, wherever you are.

Ok, seperti biasa, setiap hari Minggu saya akan posting tentang 5 hal yang saya syukuri minggu ini. Tentunya saya punya lebih dari itu, alhamdulillah, tapi untuk memudahkannya, saya me list 5 hal yang saya rasakan paling menyenangkan minggu ini. Here goes the list:

One, my great Fiance
Ia adalah seorang yang mungkin sangat saya syukuri saat ini. Ia adalah seorang laki laki gentle yang begitu mendukung, mencintai dan memuliakan saya. Ia begitu mencintai saya, itu yang sering saya tidak habis pikir. Come on, lihatlah, saya bukan seorang yang perfect tentu saja. Saya Cuma wanita sendiri yang pernah gagal dan bahkan masih berusaha membenahi PhD saya di University of Auckland. Tapi ia begitu memuja saya. Bahkan saat menyetir, ia seringkali berkata untung ada lampu merah sehingga ia bisa menghabiskan waktu menunggu lampu merah untuk mengagumi betapa cantiknya saya di matanya. Anda bisa bayangkan, betapa bahagianya saya. Tidak termasuk berbagai hal yang dibelikannya untuk saya. Saya bahkan tidak bisa menghitung lagi saat ini berapa banyak hal yang sudah ia berikan untuk saya. Russell Church definitely adalah seseorang yang begitu baik dan menyayangi saya. Ia truly a great fiance.

Two, my LOA
Setelah saya mendapatkan kabar dari Graduate Centre bahwa aplikasi saya sukses di education, saya pun mendapatkan LOA unconditional dari University of Auckland. Jon sudah mengetahui hal ini dan bahkan ia yang meng email saya karena email dari Graduate Centre sampai ke dirinya lebih dulu sebagai supervisor saya. Dan dengan email itu, akhirnya  minggu ini LOA saya resmi publish.
Sebagai seorang WNA di negara lain, saya benar-benar bersyukur akan keberhasilan saya mentransfer PhD saya ke education. Saya pikir ini adalah sebuah pencapaian dari seorang yang dengan kepala depresinya masih bisa menghadiri interview, menulis proposal hingga akhirnya resmi diterima. Saya benar-benar mensyukuri kekuatan diri saya saat ini. Saya benar-benar kuat. Tidak mudah tetap bisa berpikir waras di negara orang dengan aturan berlapis ini. Saya benar-benar akhirnya bisa melewati kesulitan besar yang melumpuhkan saya di NZ  ini. Keberhasilan ini membuat saya sedikit demi sedikit bisa bangkit dari depresi yang saya rasakan 2 bulan ini.

Tidak banyak orang yang berhasil melewati depresi saat mereka berada di negara lain. Tidak banyak juga yang berhasil mendapatkan LOA unconditional dari universitas dengan rangking 100 besar dunia. Juga tidak banyak yang bisa meraih hati supervisor dan melewati seleksi universitas dengan proposal yang dibuat dengan kepala depresi. Bahkan dengan ijazah master yang diselesaikan 7 tahun lalu. Itulah yang mebuat saya sangat bersyukur dengan pencapaian saya memindahkan PhD saya dan melobby LPDP selaku sponsor. Sekali lagi, meski ini hanya pencapaian kecil, namun bagi seorang yang depresi, ini adalah hal terbaik yang bisa terjadi. Saya menyelesaikan masalah saya dan melewati depresi secara bersamaan. Bahkan untuk pencapaian ini, konselor saya bahkan merekomendasikan saya untuk jadi model kandidat sebagai A DEPRESSION WARRIOR. Menakjubkan. 

Three, my LOG
Begitu LOA saya dapat, hal berikutnya yang saya lakukan adalah meng upload itu ke sponsor saya, yaitu LPDP. Saya perlu surat bukti finansial lagi untuk mengurus visa. Visa saya memang harus diperbaharui, berdasarkan perubahan bidang studi, meski masih berada di universitas yang sama. Dan saya bersyukur sekali dengan support yang diberikan LPDP. Bagi saya, LPDP bukan hanya sponsor beasiswa, tapi adalah sebuah dukungan kuat bagi saya, seorang wanita yang tidak punya apa apa ini, untuk bangkit dan meraih kekuatan saya kembali. Meski LPDP tidak memperpanjang kontraknya dengan saya, which is understandable, saya tetap didukung untuk pindah jurusan karena memang tidak memungkinkan bagi saya untuk meneruskan PhD saya di Kimia.

Dan yang paling membuat saya tertolong adalah kinerja LPDP yang sangat memuaskan. Hanya email mungkin yang perlu menunggu agak lama, karena memang email biasanya perlu dipertimbangkan. Tapi penerbitan LOG, LOS dari LPDP itu hanya memerlukan waktu SATU HARI, saudara-saudara. Begitu cepatnya proses persuratan di LPDP, itu adalah hal terbaik dari sebuah sponsor beasiswa yang jauh dari negara dimana saya berada saat ini. Sehingga Selasa saya dapat LOA dari universitas, sore saya upload, Rabu mereka proses dan resmi, Kamis pagi, saya dapat LOG dari mereka. Wow, what a great job, LPDP. Alhamdulillah, begitu besar dukungan mereka untuk anak bangsa sederhana seperti saya ini. Saya benar-benar bersyukur memilih LPDP sebagai sponsor saya. Begitu LOG sudah di tangan saya, berangkatlah saya memasukkan semua berkas ke imigrasi New Zealand melalui international office dan meminta kebijaksanaan mereka agar saya bisa stay di visa lama saya. jika pun saya harus membayar sebagai bagian dari resiko saya pindah jurusan, itu masih lebih baik daripada pulang dengan gagal ke Indonesia. Itu menurut saya. Memang, perjuangannya masih panjang, namun dengan semua dukungan ini, saya pikir insya Allah saya akan baik-baik saja.

Four, my Friday shopping date
Seperti yang Anda ketahui, tunangan saya yang bernama Russell Church itu, sangat senang membawa saya belanja. Kadang kami belanja setiap Sabtu atau kalau ia sedang off dari kegiatan menyetirnya, Jumat adalah hari favorit kami. Dan minggu ini, ia mengambil day off hari Jumat, dan kami pun pergi shopping hari Jumat.

Biasanya kami akan bertemu somewhere di kota sepulangnya ia dari shalat Jumat. Karena biasanya kami lebih suka naik bis karena parkir yang susah di kota. Namun Jumat lalu kami pergi ke St Luke Mall, tempat dimana ia berjanji akan membelikan saya perhiasan. Perhiasan, adalah hal yang paling ia sukai juga untuk saya. Selain pakaian untuk saya. Ah, tunangan saya ini memang sangat sangat baik hati. Ia selalu memanjakan saya. Benar-benar beruntung memilikinya setelah banyak hal yang terjadi pada saya. Saya hanyalah wanita gagal yang tidak punya apa apa. Saya hanya berpindah tempat dari satu negara ke negara lain dan hidup dari duit beasiswa dengan harapan bisa membeli rumah untuk tempat tinggal saya suatu saat nanti. Saya benar-benar tidak punya apa apa untuk dibanggakan atau untuk ia kejar. Tapi itulah Russell Church, selalu berusaha menyenangkan hati saya.

Dan kami benar-benar berkeliling toko perhiasan Jumat lalu. Karena gelang itu habis terjual, ia akhirnya menyuruh saya membeli banyak hal hingga budgetnya untuk gelang berlian itu habis. Saya benar-benar dipuaskannya. Total ada 3 kalung, 6 cincin, dan satu gelang yang cantik yang kami borong hari itu. Setelah itu, ia masih memanjakan saya lagi dengan makan di restoran dan belanja isi kulkas saya. Ya Allah, saya benar-benar dimanjakan olehnya. Alhamdulillah.

Five, my New Sparkle Collection
Saat saya di India, saya sudah senang dengan perhiasan. Sejak saya sendiri, saya lebih bebas membelanjakan uang saya. Jika dulu saya bekerja untuk Najwa, saat ini saya lebih banyak mencurahkan perhatian untuk diri saya. Di India dulu, saya sering membeli pakaian, atau perhiasan murah untuk diri saya. Namun saat itu, saya masih membeli dengan uang saya dari sisa-sisa beasiswa saya. Dan alhamdulillah, pelan-pelan saya mulai merubah gaya berpakaian saya.

Sejak saya bertemu dengan Russell Church, kebiasaan membeli perhiasan semakin menggila. Tidak hanya kualitas, harganya pun semakin melonjak karena disini semua dihargai dengan dollar. Dan koleksi koleksi perhiasan saya semakin bertambah banyak. Hampir setiap weekend, ia akan mulai melihat iklan online, lalu membelikan saya hal yang mungkin saya sukai. Dan berbeda dengan India, perhiasan yang saya beli disini berkualitas tinggi. Setelah ia menyelipkan sebuah cinci berlian dengan emas putih di jari manis saya April lalu, ia terus membelikan saya berbagai perhiasan. Safir, topaz, ruby dan kemarin, ia melengkapi koleksi saya dengan jamrud yang cantik sekali. Tidak termasuk perhiasan silver yang ia tahu, begitu saya sukai.




Dan lihatlah, begitu banyaknya perhiasan saya saat ini. Sebagai seorang wanita, tentu saya bahagia. Siapa yang tidak bahagia melihat begitu banyaknya sparkling collection yang saya miliki? Itu tidak termasuk yang sudah saya bawa dari koleksi saya di India. Ah, lihatlah semua ini, ini saya dapatkan semuanya hanya saat hari Jumat lalu. Anda bisa bayangkan, betapa banyaknya koleksi saya saat ini. Oh, Allah, betapa besarnya karuniaMu untuk saya di NZ ini. Dimulai dengan bertemu Jon,lalu kuliah di universitas dengan rangking 100 besar dunia, lalu saat ini bertunangan dengan seorang Kiwi bernama Russell Church yang begitu membanggakan saya. Betapa Mudahnya Allah Memutarbalikan nasib seseorang. Jika dulu saya hanyalah seorang anak kos, yang hidup dengan kesendirian saya, saat ini saya sudah punya seseorang yang begitu mencintai saya. Meski saya percaya, tidak ada hal yang abadi, namn setidaknya hingga saat ini kami masih bersama. Dan semoga untuk selamanya.

Well, itulah happy people, beberapa hal yang saya syukuri minggu ini. Saya yakin, Anda punya jauhhh lebih banyak dari saya dan pastinya Anda akan jauh lebih bersyukur. Semoga Ramadan kita tahun ini barokah, dan semoga tulisan saya kali ini bisa memberikan manfaat buat Anda semua, pembaca setia saya. Stay happy, stay healthy.

Auckland, 5 Juni 2016,

-NK-

Friday, 3 June 2016

LET GO (THE POWER OF BEING IKHLAS)


Dear everyone.

Kembali lagi bertemu dengan tulisan konyol saya dari sebuah negara yang jauuuhhh di bagian selatan bernama New Zealand. Hari masih pagi saat ini, apalagi saat winter, biasanya kami baru bisa melihat matahari setelah jam 7 24 pagi. Kebayang kan sudah jam 7 gitu tapi masih gelap? Ya itulah suasana winter di Auckland, New Zealand, tempat dimana saya posting tulisan ini, saat ini.
LET GO. Kata-kata ini pertama kali saya dengar dari film Harry Potter saat Harry berkelahi dengan Voldemort dan dibantu oleh ayah dan ibunya. Saat itu, ibunda Harry yang bernama Lily berkata mereka hanya bisa melindungi Harry dari mantra jahat tongkat Voldemort hanya beberapa saat saja dan Harry harus melepaskan koneksi energi tersebut dari Voldemort. Saat itulah saya mendengar kata-kata “LET GO, LET GO”.

Lalu kata-kata ini famous kembali di film Frozen. Tapi ditambah dengan kata IT, jadilah LET IT GO. Lagu ini cukup booming dan akhirnya kata-kata LET IT GO pun jadi terkenal. Selain kata-kata LET IT FLOW yang sudah biasa diucapkan banyak orang meski yang tidak terlalu paham bahasa Inggris.
Kenapa saya membahas kata-kata ini pagi ini? Well, kadang dalam hidup, kita keukeuh jumekeh dengan hajat kita. Fokus dan kita tidak mendengar kata-kata orang lain dan kita berkeras untuk mempertahankan apa yang kita punya atau apa yang kita upayakan. Bagi banyak pihak, teguh dan STICK TO IT itu memang bagus, bahkan ada banyak orang hebat yang justru lahir dari ke “kepala batu” an mereka. Biasanya karena mereka keras kepala, akhirnya mereka jadi original dan berbeda dengan orang lain hingga mereka bisa menghasilkan karya. Namun ada juga yang akhirnya mati konyol dengan ke keras kepalaannya itu hehe. Yah, semua orang sudah ada takdirNya.

Namun terkadang, ada saatnya kita harus LET GO. Kita harus rela melepas apa yang selama ini kita miliki atau apa yang selama ini kita perjuangkan. Seperti PhD saya saat ini. Tentu sakit melepas PhD saya di Kimia yang sudah saya perjuangkan mati-matian sejak setahun yang lalu. Belum termasuk resiko menanggung SPP di tahun terakhir dan biaya penggantian visa. Tentu rumit sekali dan membutuhkan waktu lama. Banyak orang yang mungkin mengira saya gila, melepaskan PhD yang sudah di hadapan mata, untuk belok jurusan ke education. Namun, jika pun saya bertahan, saya sudah melihat bahwa kegagalan itu sudah di depan mata dan saya tidak bahagia menjalaninya. Bahkan akhirnya saya terjerumus ke dalam depresi.

Ingin rasanya tetap bertahan. Namun seperti halnya memegang mawar berduri, studi saya itu menyakiti saya, jika saya terus menggenggamnya. Entah bagaimana, saya seprti salah masuk jurusan dan itu menyakiti saya. tentu melepaskan bunga mawar yang indah itu sakit, belum lagi bekas luka di tangan kita karena ber bulan bulan berusaha mempertahankannya. Tapi percayalah, saat kita LET GO, kita rela, ikhlas, melepas apa yang memang bukan untuk kita, ternyata jalan untuk menerima hal yang baru lebih terbuka. Akhirnya saya berhasil belok ke jurusan yang mungkin lebih cocok untuk saya dan kemungkinan saya berhasil lebih besar yaitu di education. Meski berdarah-darah, lecet karena harus ulang PhD lagi dari awal, jatuh dalam depresi, namun akhirnya saya berhasil LET GO. Ikhlas melepas studi saya di Kimia dan memulai lagi dari awal di education. Meskipun saya juga belum tahu bagaimana nasib saya disana.

Yang kedua adalah masa lalu saya. bertahun tahun saya hidup ibarat hanya dengan sebuah lilin yang hampir redup. Berkali kali saya berusaha keras melindungi lilin itu agar tidak padam, karena saya pikir hanya itu sumber kekuatan saya. jika lilin itu padam, maka saya akan kegelapan dan tidak tahu jalan menuju keluar. Meski pun perih, dan nyala lilin itu tidak memenuhi syarat untuk melihat dengan jelas, sebenarnya, namun ketakutan akan berada dalam gelap membuat saya bertahan keras untuk mempertahankan nyala lilin itu dari hembusan angin di sekitar saya. Meskipun akhirnya tangan saya terbakar karena melindunginya, namun ketakutan akan berada dalam gelap mengalahkan kepedihan itu.

Hingga akhirnya saya berani. Bukan angin yang akhirnya meniup nyala lilin saya namun saya sendiri yang akhirnya meniupnya sambil berkata “thank you, but I will survive by myself”. Awalnya, yah, pekat, gelap, mata saya tidak bisa melihat jalan mana yang harus saya lalui. Namun dalam kegelapan dan kepekatan itu, akhirnya  mata saya terbiasa, indra saya yang lain lebih tajam dan akhirnya saya bisa berjalan dalam gelap. Mungkin awalnya dengan meraba dinding, namun akhirnya saya terbiasa berjalan dalam gelap. Dan akhirnya, saya melihat cahaya di ujung terowongan saya. yang berarti saya akan keluar dari kegelapan ini, sebentar lagi. Saya akan berada di tempat yang luas, indah dan saya akan menikmatinya. Saya melepaskan satu-satunya cahaya lilin yang saya punya dan akhirnya survive.

So, jika saat ini Anda punya pasangan misalnya. Dan Anda merasa hubungan Anda dengannya lebih banyak merugikan Anda dan menyakiti hati Anda, LET GO. Meskipun iya, sedih karena Anda harus sendiri untuk sementara waktu, namun luka karena sendiri itu jauh lebih mudah diobati daripada luka yang dibuat orang yang salah yang ada di sekitar Anda. Atau Anda punya sahabat yang sudah tidak ingin bersahabat dengan Anda, yo wis, LET GO. Jangan berpikir jika Anda kehilangan sahabat yang ini, maka Anda tidak akan punya sahabat lagi. Percayalah, setiap orang itu ada pasangannya. Tentu hal ini tidak saya sarankan untuk yang sudah menikah. Ada banyak hal yang harus dipertimbangkan saat hubungan Anda sudah menjadi hubungan serius berupa hubungan pernikahan. Ada keluarga besar di sana, ada anak disana, jadi untuk hal ini kemungkinan yang harus Anda lakukan adalah HOLD ON, bertahan, jika memang masih memungkinkan!

Jika pun Anda saat ini tengah berebut sesuatu dengan orang lain, seperti saya misalnya, yang harus kehilangan Najwa. Saya menghabiskan banyak waktu untuk mencoba bernegosiasi dengan pihak sana, namun tetap jalan buntu yang saya temui. Akhirnya saya LET GO, saya ikhlas akan ketentuan Allah ini dan akhirnya berusaha menata hidup saya seorang diri. Saya percaya jika saya terus bersangka baik akan ketentuan Allah, maka hanya hal baik yang akan terjadi dalam hidup saya. LET GO, lepaskaanlah, jika itu terlalu menyakitkan. Berhentilah berkutat dengan hal yang hanya menyakiti Anda dan mulailah menerima kekalahan Anda, lalu berusahalah membangun kemenangan di tempat lain. Itu yang mestinya kita lakukan, LET GO AND MOVE ON!

Bukan perkara mudah untuk LET GO, you know. Anda harus pelan-pelan menerima perihnya rasa kehilangan itu dan membiasakn diri hidup tanpa hal yang Anda perjuangkan. Sesaat setelah Anda mampu menerima itu, lalu Anda mulai DETACH, melepaskan diri dari ikatan emosional Anda dengan hal tersebut. Dan akhirnya Anda pun mulai ringan, karena tidak lagi terikat oleh rasa sakit hati akibat hubungan yang menyakitkan. Dan akhirnya Anda LET GO.

Dan percayalah, Tuhan itu tidak pernah menzalimi kita. Setiap apa yang Diambil dan kita ikhlaskan akan Diganti dengan yang lebih baik. Jika Anda kehilangan harta, Anda akan mendapat gantinya yang lebih baik. Jika Anda dicaci maki atau dihujat, suatu saat Anda akan dimuliakan. Jika Anda kehilangan pasangan, mungkin suatu saat Anda akan menemukan orang yang lebih cocok dengan Anda. Ingat, bukan lebih baik, tapi lebih cocok. Dan percayalah, jika kita terus menerus bertahan dengan ke keras kepala an kita bertahan pada suatu hal, maka Tuhan tidak mempunyai ruang untuk kita agar bisa diberi hal baru olehNya. Kita harus mengosongkan diri, melapangkan hati dan tangan kita, agar kita memberi kesempatan pada Tuhan untuk memberikan hal baru dan mengganti hal yang telah hilang dari kita. Percayalah.

So, LET GO. Lepaskan, ikhlaskan. Agar Tuhan bisa Memberi kita hal baru yang lebih membahagiakan. Insya Allah.

Auckland, 4 Juni 2016

-NK-


Sunday, 29 May 2016

ABOUT LIVING IN AUCKLAND

Hey Everyone.

Karena saat ini saya sedang menunggu semua proses saya berjalan, saya punya banyak waktu untuk menulis dan sepertinya semangat saya menulis sangat kencang di Auckland hehehe. Adaa aja yang bisa ditulis, dan kebetulan di luar dingin dan saya lebih sennag di kamar dibanding nge hang out. Kecuali jika si RC ngajakin saya nge date baru deh saya go out.
Amm, kali ini saya ingin menulis tentang living in Auckland. Mungkin tulisan saya mah cemen banget dibanding mereka yang sudah bertahun tahun disini. Saya mah masih anak bawang hehehe, baru juga datang 2015 Oktober kemarin. Sudah berani berani nulis tentang Auckland hehehe. But you know me laah, mau di demo orang se kampung, kalau saya senang ya tetap saya tulis. That is my right hehehe.
Ok, sebagai pelajar yang pernah tinggal di India selama 2 tahun lalu saat ini akan tinggal di Auckland selama 4 tahun (insya Allah), tentu ada banyak hal yang saya rasakan. Mungkin ada laah nyelip nyelip sedikit saya nge bandingin India ma NZ meski pun biasanya gak adil nge bandingin tiap negara. Kalau menurut saya, tiap negara itu punya keunikan sendiri. Kita gak bisa bandingin A versus B karena masing masing negara itu ada kelebihan dan kekurangannya. Jadi well, mohon maaf ya jika mungkin dalam tulisan saya ini ada nyelip dikit dikit perbandingan itu. Murni hanya perspektif pribadi dan tidak bermaksud menjelek jelekkan satu negara dengan lainnya.
Okay, here we go, ada beberapa hal yang akan saya soroti tentang Auckland, ada yang saya suka dan ada yang mungkin tidak. Sengaja tidak saya bagi pros and cons gitu, tapi lebih ke mix aja, hanya beberapa point yang saya soroti tentang kota ini.
Peta perjalanan dari Balikpapan ke Auckland

One, BRRRRR!
Yup, DINGIN! Itu yang mungkin saya suka sebel hehehe. Tangan saya sering keram disini meski pun dalam kamar dan heater on. Awal awal lebih parah, perut saya sering dangdutan karena dingin. Sering kena mencret dan gak kuat banget keluar kamar. Sekarang udah lumayan, meski saat ini sudah fall dan hampir musim dingin, saya masih bisa keluar Cuma dua lapis baju. Kalau dulu wih kalau nggak 3 lapis, nggak kuat deh hehehe. Tapi dibanding kota lain di NZ, Auckland termasuk yang paling hangat dan paling banyak penduduknya. Saya nggak bisa bayangkan seandainya saya ditakdirkan ke Cristchurch atau Dunedin atau Alexandria, itu saat ini sudah hampir nol aja tuh padahal belum masuk musim dingin. Hanya satu kata buat NZ: Brrrrr.

Suhu di Auckland saat saya baru tiba
Meski saat saya dulu di Mysore, India juga termasuk kota yang dingin, namun tidak se menggigit ini. Paling rendah suhu yang saya rasakan hanya 12 derajat. Itu pun sudah kalang kabut saya pakai jaket hehehe. Bayangkan saja, saat ini saya harus berada di suhu 13 bahkan bisa dibawah 10 derajat nantinya.

Two, FOOD!
Satu hal yang saya sukai di Auckland adalah bahan makanan yang lengkap. Saya ingat saat saya di India, saya harus bawa Indomie dari indonesia hehehe karena tidak ada di Mysore. Mungkin karena Mysore itu bukan kota besar seperti Bangalore atau New Delhi makanya banyak bahan makanan yang tidak ada disana. Kebanyakan sih bahan makanan dari Thailand yang ada. Itu pun bukan yang cocok di lidah saya. sehingga jadilah indomie disana adalah bahan makanan yang paling mahal menurut saya dan selalu dihemat supaya nggak habis.
Di Auckland, semuanya ada. Saya bisa dapat Indomie, sarden, terasi, sambal ABC, kecap manis, hal yang paling langka saat saya di India. Alhamdulillah, hobby memasak saya sangat diakomodir di Auckland. Selain itu saya juga suka dengan banyaknya bumbu-bumbu instan seperti garlic crushed, lalu ada garlic powder, ada chilli crushed, ada juga garlic granule. Selain itu kalau pingin masak steak juga ada gravy yang siap olah tinggal di masukkin ke air mendiidh saja. Mungkin satu satunya yang saya inginkan dan tidak ada di Auckland, adalah agar agar, bukan jelly. Kalau jelly sih banyak. Ini agar-agar dengan lambang burung yang ada di Indonesia itu. Saya biasanya suka rasa plain lalu saya masukkin telur, gula merah dengan santan. Tapi disini nggak ada yang rasa plain. Hehehe. Ya sudahlah, diterima saja yang jelly rasa buah itu.
Me and Ice cReam
Selain bumbu instan, saya juga suka dengan kue kue di Auckland. Seperti muffin dan croissant. Kalau saat di India, ada sih namanya puff, Cuma 10 rupee harganya untuk yang veg, ya setara 2,000 rupiah. Tapi untuk croissant dan muffin, jarang saya ketemu dengan harga murah seperti yang di supermarket disini. Tapi di Auckland, muffin, croissant itu ada yang pak an saudara saudara. Yay, dengan kualitas pastry yang lumayan oke di lidah saya. Harganya juga lumayan oke menurut saya, hanya 3.5 dollar bisa buat makan seminggu untuk sarapan muffin.
Selain itu, yang saya sukai lagi dari food in Auckland adalah coklat. Coklat disini kualitasnya oke banget. Saat saya di India, saya juga suka dengan kualitas coklat dan susu mereka. Tapi disini jauh lebih baik lagi hehehe. Selain itu varian coklatnya banyaaakkk banget. Ada coklat selai, ada coklat batang, ada coklat saus, semuanya yum banget. Selain itu, yang saya suka berikutnya adalah susu coklatnya yang tinggal tuang seperti susu coklat di Indo tapi lebih yummy menurut saya. sebagai coklat lover, kualitas coklat di NZ benar benar memanjakan lidah saya.
Kopi juga ok banget disini meski Cuma yang instan. Kalau untuk ukuran lidah mereka, kopi instan itu yag paling rendah kualitasnya hehehe. Tapi kalau menurut saya, itu sudah lezat banget. Karena saya bukan pencinta kopi banget, ya paling saya suka cappuccino nya. Iu dengan bubuk coklat yang meski sebanyak apapun dituang ya kok gak habis habis. Saya ingat kalau di Indo, coklatnya di sachet gitu, sedikit aja ditabur mah sudah habis. Disini bubuk coklatnya di tabung kecil yang ya itu gak habis habis hehehe. Saat ini kopi saya sudah yang pak kedua, saya masih pakai tabung coklat dari pak yang pertama karena gak habis habis coba. Yum banget.

Muffin and Cappuccino Instan
Es krim juga yang paling saya sukai disini. Bahkan meski Cuma es krim supermarket, itu enak banget. Saya paling suka yang cone dan kalau lagi jalan dengan RC, dessert ice cream itu yang wajib. Kadang kami makan es krim mahalan dengan banyak sausnya, kadang Cuma es krim biasa. Kadang juga Cuma es krim supermarket. Apapun itu, kami selalu menikmati es krim time milik kami hehehe.

Three, PRICE!
Yup, harga! Amm, kalau untuk bahan makanan sih saya nggak komplain ya. Seminggu kadang saya Cuma habis 20 dollar, tanpa ayam. Kalau dengan ayam ya bisa 30 dollar. Saya pikir bahan makanan sih masih rasional harganya, meski jika dikalikan ke rupiah ya jadi mahal ya hehehe. Itu kalau masak sendiri lho ya, semua jadi murah. Tapi kalau makan di luar ya jadi mahal. Terus terang saya jarang banget jajan di luar kalau nggak dengan si RC. Sekali makan minimal 12 dollar boo, itu kalau sendirian lho. Huh, mahal banget untuk saya. 12 dollar itu buat saya bisa makan seminggu hehehe. Seminggu tanpa ayam lho yaaa. Ya kalau Cuma telur, nggak masak daging daging an, cukup tuh 12 dollar.
Yang parah itu, TEMPAT TINGGAL. Yup, tempat tinggal itu paling MUAHAL di sini. Saya jadi ingat tempat tinggal saya waktu di India dulu, Cuma 3000 rupee sebulan alias 600 ribu. Terus saat pulang ke Indo pun, kamar kos saya Cuma 700 ribu sebulan, itu sudah termasuk toilet di dalam. Kalau mau elit dikit kamarnya pakai AC paling jatuhnya 1 juta sebulan. Masih gak nyekik banget lah.
Sementara di Auckland, kamar ecek ecek yang toilet shared aja harganya 200 dollar per minggu. Per minggu saudara saudara. 2 juta seminggu coba. Jadi sebulan itu kamar ecek ecek itu harganya 8 juta. Hahaha, gileee. Apalagi saat ini saya di unilodge dengan studio apartemen, sebulan sekarang jadi 12 juta huahahaha. Uang beasiswa yang 2,000 dollar sebulan itu jadi keciiillll banget nilainya hehehe. Yah sudahlah, insya Allah mah barokah Allah ada aja heheheh.

Dapur saya di Unilodge, 300$ per week!
Four, CLOTHES
Awal saya datang tu, saya mikir mikir mau beli baju hehehe. Meski baju yang saya bawa dari Indonesia itu rata rata sudah lumayan tebal dan lebih banyak sweater dibanding baju tipis, tapi tetap saja, ternyata saya perlu beli baju lagi disini hehehe. Ternyata bahan pakaian sini beda dengan yang kita bawa dari Indonesia, apalagi yang saya bawa dari India hehehe. Untuk sweater, bahan yang saya bawa dari India masih bisa diandalkan karena memang suhu lumayan dingin di Mysore, sehingga wool dari sweaternya masih lumayan ok. Tapi yang saya bawa dari indonesia tipis banget untuk dipakai di kondisi luar rumah di NZ. jadi hanya mempan untuk dipakai di dalam ruangan hehehe.
Awal saya lihat harga baju, alamak harganya minimal 10 dollar. Kalau mau yang di bawah 10 dollar ya baju dalam aja hehehe. Mikir mikir mau beli tuh. Setelah itu coba putar otak liat baju bekas, yah sama aja harganya juga di atas 10 dollar malah lebih parah menurut saya, karena sudah bekas an orang lain. Jadi ingat saat di Mysore, harga baju meski yang di mall muraaaah banget. Paling mahal 500 rupee alias 100 ribu rupiah. Itu pun sudah bahan panjang gitu yang model kurtha. Tapi disini, huh jangan harap punya baju panjang dengan harga 10 dollar hehehhe.

Kurtha India dengan Auckland harbour sebagai latarnya
Keadaan berubah saat saya bertemu RC. Awalnya ia mengkritik sepatu saya hehehe. Saya pakai sepatu karet karena itu sepatu ter murah yang saya temui dan saya pikir akan sangat berguna saat hujan. Tapi namanya sepatu karet ya gak sebagus sepatu kulit tampilannya hehehe.
Saat itu ia berkata “you don’t suit with that shoes. It looks cheap on you and you deserve something better”. Saya mikir yo wis gak papa, wong memang saya gak punya banyak masa mau look “expensive” hehehe.
Ternyata ia tidak Cuma bicara. Sejak saat itu, ia mendandani saya, itu istilah saya. ia membelikan banyak pakaian, yang dari wol NZ sehingga cocok untuk dipakai di luar ruangan. Namanya bahan termal dari wool merino. Saya awalnya tu nggak percaya, ah masa sih hangat. Gitu batin saya. tapi ternyata memang hangat dan cocok dibawa keluar ruangan. Dengan sponsor RC akhirnya gaya pakian saya mulai berubah. Bukan karena ingin naik level, bukaaan, tapi karena menyesuaikan dengan cuaca. Saya masih simpan kok, pakaian pakaian india saya, Cuma itu tidak cocok untuk musim dingin saat ini dan bisa dipakai lagi saat musim panas tiba heheheh.


My style, now
Five, BOOTS!
Yay, yang ini yang paling saya suka dari Auckland juga. Meski harganya lumayan mahal untuk kantong saya, tapi minat saya dengan sepatu boots sejak saya di Indonesia akhirnya terpuaskan. Saya suka boots se mata kaki minimal dan harus flat, saya nggak suka dengan heels. Sementara di Indo, biasanya saya nemu boots yang se mata kaki gitu biasanya mah ada heel nya. Selain itu kalau mau yang flat ya ambil yang sneaker sekalian. Kalau pun ada boots dengan model se mata kaki itu, musti nggak sesuai harganya ma kantong saya hehehe.
Namun di Auckland, yay, banyak banget boots model gitu. Bahkan boots karet saya itu aja sudah masuk kriteria saya meski harganya Cuma 9 dollar. Boots tinggi, se mata kaki minimal dan alasnya flat.

Setelah bertemu RC, ya sepatu sepatu saya tambah menggila koleksinya. Hal ini lebih karena ia mempertimbangkan kehangatan kaki saya, saat saya berjalan. Sehingga ia inginnya saya pakai yang bahan kulit dan minimal se mata kaki atau bahkan se lutut. Itulah sebabnya banyak yang bilang style saya berubah saat ini. Sebenarnya bukan berubah, itu lebih kepada adaptasi. Nggak mungkin kan saya pakai boots tinggi saat cuaca hampir 30 derajat saat di India dulu. Atau pakai sendal jepit disini dengan alas kaki terbuka. Nggak mungkin banget karena suhu yang harus ditahan jauh di bawah suhu yang biasa kita rasakan di negara tropis. Itu sebabnya, saya berubah style.

Kalau untuk style, ya memang sedikit berubah ya. Kalau India style nya lebih kepada heboh, glamour nya karena sparkling. Kalau di western kan lebih suka simple, tapi elegan. Kalau ditanya saya suka yang mana, ya saya suka dua duanya. Kadang orang western senang liat betapa hingar bingarnya warna dari bahan pakaian India. Namun juga kadang kadang kita ingin yang silent, warna gelap yang elegan. Semuanya mah sama saja, tergantung suasana dan selera. Saya tetap menyukai India dan pasti ingin kembali ke sana, tapi juga saya senang dengan Auckland yang meski pun dinginnya bikin nyumpah nyumpah, tapi tetap banyak hal yang baik yang terjadi disini.


My style, from time to time
Six, PEOPLE!
Orang-orang di Auckland tentu jauh beda dengan India atau pun Indonesia. Saat di India dulu saya ingat saya selalu ditegur orang yang melihat saya. Entah karena jilbab saya, atau karena kulit saya yang memang berbeda dengan orang India kebanyakan, tapi pasti ada aja lah someone to talk. Tapi kalau disini, semua orang dengan headsetnya atau dengan bukunya atau dengan gadgetnya. Kalau diajak ngomong sih nyahut aja ya, Cuma ya seperlunya. Tapi dibanding westerner lain, menurut banyak orang sih, mereka masih lebih ramah dibanding negara lain. Jadi menurut saya, orang-orang di Auckland ini masih lebih oke.

Seven, ENTERTAINMENT!
Sebagai kota terbesar di NZ, Auckland punya banyak hal menurut saya. Mau hiburan murahan adaaa. Pergi aja ke berbagai festival atau pun duduk di taman yang banyak dan indah banget di Auckland. Mau hiburan mahal an seperti Hobbiton, juga adaaa. Mau helikopter ride, adaaaa. Mau naik ke sky tower bisaaa. Mau konser mahalan adaaa. Jadi semuanya lengkap. Dan yang paling saya sukai dari Auckland adalah TV. Sejak saya di Unilodge, saya senang banget nonton tv. Dan meski Cuma mni series lokal an yang situasi settingnya di Auckland, saya tetap suka. Karena saya memang sennag dengan mini seri western. Selalin itu, ada juga mini seri terkenal seperti Grey’s anatomy atau  pun friends. Jadilah TV jadi hiburan saya.
Selain itu, karena kontur Auckland  yang unik, gunung ada, pantai juga ada, nggak susah mah nyari spot buat fot foto. Bahkan tinggal jalan dikit sudah bisa liat pelabuhan, Auckland harbour dan bisa nyebrang ke devonport pakai ferry. Naik dikit ada mount John, tempat favorit saya dengan RC untuk duduk duduk. Mau yang flowery dikit, ada Albert Park. Pokoknya banyak lah yang bisa dilihat di Auckland.
Hobbiton 
 Me and Mt St John
Me and One Tree Hill, Cornwal Park
Me and Mission Bay
Hiburan lain juga ada semisal teater seperti Phantom of the Opera. Atau Disney on Ice yang bakal saya tonton di bulan Agustus. Selain itu, hiburan lain seperti mall, bumper car, amusement park, mini golf, planetarium, ya banyak juga. Tergantung uangnya aja, mau yang murahan atau yang mahalan hehehe.

The Albert Park
After all, semua kota pasti ada seni nya. Ada plus nya ada minusnya. Mereka bukan untuk dibandingkan terus di ranking, tapi untuk dinikmati, sebagai bagian dari epiosde hidup hehehe.

Selamat hari Senin yaaa. Semoga harinya barokah amiin. See you in my next writing atau update an tentang hal yang saya sukai dari Auckland.

Auckland, 30 Mei 2016


-NK-

Saturday, 28 May 2016

MY TOP FIVE OF THE WEEK (LAST WEEK OF MAY)

Hello everyone.

Kembali lagi saya dengan tulisan tulisan saya hehehe. Mungkin Anda bosan baca tulisan saya, tapi nggak papa, kalau bosan, berhentilah sejenak, habis tu ya baca lagi tulisan saya, hehehe. Selamat hari Minggu yaaa, saya sudah hampir jam 11 disini, Anda semua mungkin baru bangun, atau ada yang sudah punya rencana dengan hari ini, semoga sukses yaa hari Minggunya. Kalau lagi gak ada kerjaan, terus baring baring, silahkan deh baca tulisan saya. siapa tahu bisa membuat Anda semangat buat esok hari.
Minggu ini lumayan ceria untuk saya. penantian saya untuk masuk ke School of Education finally sampai pada episode yang membahagiakan. Saya resmi diterima di School of Education di universitas yang sama, University of Auckland. Selain itu, ada kebahagiaan lain seperti mammogram yang ditanggung asuransi dan banyak hal postif lain yang terjadi. Here are the story of this week:

One, THE MAMMOGRAM
Ini merupakan hal yang baru sekaligus menakutkan buat saya. Siapa yang tidak takut akan diperiksa payudaranya untuk benjolan yang belum jelas itu apa. Banyak laah ketakutan, seperti kira kira sakit nggak ya, atau benjolan itu apa ya, takut jelas. Namun bukankah hidup itu harus dijalani dengan terus berbaik sangka pada takdirNya. Dan alhamdulillah, ia bersedia menemani saya, meninggalkan pekerjaannya, dan menguatkan saya dengan pemeriksaan saya. Pemeriksaan ini cukup menyakitkan karena payudara kita diletakkan di lempeng besi gitu terus ditekan dengan alat lain sehingga menjadi pipih baru disinar. Kalau yang kiri ya tidak terlalu sakit karena memang tidak ada benjolan tapi yang kanan wuih sakit banget pas ditekan gitu karena harus persisi di ataa benjolannya. Saya meringis beberapa kali, namun si suster berulang kali mengatakan “you are doing good, you are strong, don’t worry” untuk menyemangati saya.
Setelah itu saya di USG lagi dan dengan teknologi 4D mereka, terlihatlah jaringan di payudara saya. Kemudian kembali disinar dengan titik yang lebih tepat untuk payudara saya. Lebih sakit lagi karena tekanannya kuat banget. Dan akhirnya saya bertemu Dr Eletha Taylor yang menyarankan saya untuk biopsi. Melalui pemeriksaan dokter ini pula, saya menemukan bahwa saya ternyata punya dua benjolan dan dua duanya harus di biopsi.


Two, THE INSURANCE
Terus terang, karena episode hidup yang saya temui di Auckland agak berbeda dengan yang ditemui mahasiswa kebanyakan, maka urusan saya dan orang-orang yang saya temui juga agak berbeda. Saya mensyukuri hal ini, karena meski tidak ada seorang pun yang ingin sakit di negara orang, atau PhDnya hampir gagal, tapi ternyata dengan kejadian-kejadian yang di luar dari yang biasa ditemui mahasiswa lain, itu menjadikan pengalaman untuk saya. Saya jadi lebih kenal banyak orang.
Seperti asuransi. Saya akhirnya berkenalan dengan petugas klaim yang bernama Selina Johansen, meski hanya lewat telpon. Ia yang menangani klaim saya, sejak keluar dari rumah sakit Januari lalu. Lalu mamogram saya dan akhirnya biopsi yang masih dalam proses. Terus terang komunikasi saya dengan Selina ini lumayan baik dan karena ia juga yang mengurusi klaim klaim saya, jadi komunikasi saya lebih mudah. Hingga saat ini, pemeriksaan saya yang hingga 8 juta rupiah itu masih gratis. Saat ini saya tengah me lobby asuransi untuk biopsi. Terasa sekali nyamannya memiliki asuransi di NZ. saya cukup upload dokumen klaim saya lengkap dengan invoice, dua hari kemudian, tagihan dibayar. Bebas ribet, bebas ngantri, cukup dari kamar, dengan jaringan internet, urusan beres. Alhamdulillah, itu adalah hal yang paling saya syukuri di NZ.

Three, LOA, YAY!
Pastinya, ini adalah hal yang sangat membahagiakan saya minggu ini. SAYA BERHASIL DITERIMA DI UNIVERSITY OF AUCKLAND SCHOOL OF EDUCATION! Yay, jujur saya tidak menyangka akan diterima di education. Satu, master pendidikan saya itu lulusnya 6 tahun yang lalu. Dua, proposal yang saya bikin itu hanya proposal dengan durasi 5 hari belajar dan kepala yang nyung nyung. Tiga, ijazah itu dari dalam negeri, bukan dari India seperti ijazah MSc saya. Tapi itulah, ilmu itu tidak pernah sia sia. Se sederhana apapun, gelar yang kita selesaikan itu tidak akan sia sia. Saya sudah banyak merasakan manfaatnya. Banyak yang bertanya buat apa saya master ke India toh sudah punya master pendidikan. Tapi saya bergeming saat itu. Ternyata, ijazah india saya membawa saya ke Auckland, lalu ijazah master pendidikan saya menyelamatkan PhD saya yang hampir karam. Meski saya sempat tidak pede, akhirnya masalah rumit yang saya hadapi di Auckland ini, pelan pelan mulai terangkat. Meski berat, tidak mudah apalagi mengingat hari hari kelam saat saya kena depresi itu. Untuk mengambil obat saja, saya tidak mampu bergerak. Kepala say a pusing, mual muntah. Dan hari ini, saya melihat episode itu sebagai episode kelam, namun membuka kesempatan lain untuk saya. saya bertemu banyak supervisor baru, berkenalan dengan petugas di international office, di graduate center dan melobby LPDP. Dengan kesendirian saya, semuanya akhirnya teratasi. Saat ini saya hanya tinggal menunggu izin imigrasi untuk memulai kerja saya di education. Semoga lah visa saya bisa saya pertahankan sehingga saya tidak perlu bayar lagi. Dan meski saya belum tahu apa yang saya hadapi di education, namun setidaknya ini tempat kerja baru. Belum lagi resiko  menanggung pendidikan di tahun terakhir. Semoga lah saya bisa selesai sebelum kontrak saya berakhir. Amiin.



Four, My Health
Kesehatan saya juga adalah hal yang paling saya syukuri minggu ini. Saya sudah biasa nge gym 30 menit tiap hari. Lari di treadmill itu sudah biasa banget untuk saya. Dan mungkin dengan olahraga ini, dan dengan bantuan obat, saya pun mulai membaik.
Ah, depresi itu memang mengerikan saudara saudara. Itu seperti penyakit hantu menurut saya. iya, hantu, karena kita tidak tahu apa penyebabnya. Kita sakit kepala, pusing, tidak bisa berdiri dengan stabil, mual, muntah, bahkan bangun dari tempat tidur saja tidak bisa. Semakin kita panik dan ingin segera sembuh, semakin tersedot lah kita ke pusaran depresi itu. Jadi ya harus sabar, menerima kelemahan diri saat itu. Kata buku yang saya baca sih, depresi itu cara alam untuk menyadarkan kita bahwa kita sudah zalim ke tubuh kita sendiri. Ya dengan over working, atau terlalu memaksakan ekspektasi yang berlebihan. Sehingga tubuh kita pun men shut down dirinya sendiri.
Dan tentunya saat kena depresi itu, kita tidak percaya. Masa sih saya gak bisa bangkit seperti biasanya. Itu yang awal awal saya rasakan. Saya tu sampai teriak lho di kamar, marah kenapa nggak bisa berjalan ke lab. Sampai mukul mukul diri sendiri karena kesal kok gak bisa baca jurnal lagi. Tapi ya nggak mempan, tubuhnya memang sudah mandeg gak mau kerja lagi. Mau dipaksa gimana pun, baca jurnal akhirnya ya saya muntah. Pernah saya tidak bangun bangun lho hingga jam 3 sore. Saya tidur dari malam hingga jam 3 sore. Itu pun karena mekanik uniloldge datang memperbaiki pintu saya dan akhirnya menolong saya mengambil obat. Coba Anda banyangkan, sampai segitunya depresi melumpuhkan saya.
Akhirnya saya belajar dari buku yang saya baca, bahwa depresi itu tidak ada short cut. Intinya ya harus sabar ber proses. Tubuh kita sudah ngambek dan gak mau lagi dipaksa. Itu intinya. Jadi harus bisa mengikuti arus depresi ini tanpa tersedot lebih jauh ke dasarnya. Jadi ikuti dulu, hingga kita bisa berenang berbalik arah dan akhirnya bisa berenang lagi ke permukaan. Ada banyak juga yang meyakinkan saya, jika saya berhasil melewati ini, biasanya saya akan tumbuh jadi orang yang lebih baik. Dan sepertinya, saya mulai merasakan hal itu. Terutama sejak masalah saya pelan pelan teratasi. Semakin banyak masalah yang berhasil teratasi, maka kepercayaan diri saya pun bisa kembali lagi. Itulah yang selalu dikatakan konselor dan dokter pada saya. dan tampaknya, saya pelan pelan mulai merasakan apa yang mereka katakan. Saya kembali percaya diri, dan mulai merasa bertenaga. Jadi ini adalah hal yang harus saya syukuri minggu ini. Kesehatan saya yang mulai membaik. Alhamdulillah.

Five, RC
Ia tentunya masih menjadi hal baik yang selalu saya syukuri keberadaannya di Auckland sini. Tanpanya, mungkin saya juga akan baik baik saja. Namun tentu dengan keberadaannya, hidup saya jadi lebih semarak disini. Ya ada yang nge bawa nge date, ada yang ngantarin, ada yg nelpon, ada yang bawa makanan, ada yang nemanin saya ke dokter. Intinya ada orang yang menjaga dan mencintai saya. rasanya tidak habis habis kebahagiaan saya ditemani olehnya. Ia adalah tunangan yang baik hati, rendah hati, senang membawa saya jalan, membahagiakan saya, mencintai saya dengan seluruh cinta yang ia bisa. Ketulusannya itu, yang mmungkin tidak bisa tergantikan. Halah siapa sih saya ini, Cuma wanita yang pernah gagal dalam rumah tangga. Tapi ia dengan bangganya membawa saya jalan, memperkenalkan saya ke keluarganya, mendandani saya agar saya terlihat cantik, ia adalah orang yang begitu memuliakan saya, seolah olah saya ini adalah seorang gadis bujangan yang pantas dihormati hehehe.
Well, itulah beberapa hal baik yang saya syukuri minggu ini. Saya yakin, Anda juga pasti punya banyak hal yang bisa Anda syukuri. Mari bersyukur, karena bukan bahagia yang menjadikan kita bersyukur, tapi syukur itu yang menjadikan kita bahagia.



Auckland, 29 Mei 2016

-NK-

Thursday, 26 May 2016

BENT, NOT BROKEN!

Dear Everyone.

Kembali saya menyapa Anda semua dari dinginnya Auckland di awal musim dingin ini. Belum terlalu drop sih suhunya hari ini masih 19 dan kalau over night masih drop di 12, belum di bawah 10 lah intinya. Tapi untuk saya sih, itu sudah dingin banget hehehe. Entahlah semoga saya bisa survive di winter. Ini aja hidung saya meler terus dan selalu bersin di kamar saya di unilodge. Insya Allah semuanya akan terlewati, amin.

Saat ini seperti yang telah saya kabarkan di wall FB saya, alhamdulillah, saya berhasil melewati masalah rumit yang saya hadapi di negeri orang ini. Tidak gampang, rumit sekali masalah yang saya hadapi sejak awal tahun 2016 ini. Berbeda dengan gemilangnya pencapaian saya di 2015, 2016 terasa sedikit terseok seok. Namun bukan menyerah, saya selalu berusaha memecahkan apa yang saya hadapi. Well, saya menghadapi masalah berlapis. Saya di bawah kontrak beasiswa, berada di tahun pertama saya sebagai PhD student di Kimia, dan merasa tidak mampu meneruskannya. Pilihannya sudah jelas, SAYA GAGAL. Lalu saya tenggelam dalam depresi berat yang membuat saya berdiri saja susah. Kepala saya pusing, tidak nafsu makan, mual dan muntah. Benar-benar hal yang saya hadapi di negara orang ini, tidak mudah.

Ok, mari saya bagi tulisan ini berdasar timeline. Penting sekali untuk melihat ini sebagai tulisan dengan plot agar Anda semua bisa melihat bagaimana saya akhirnya melewati rintangan satu demi satu hingga tiba di hari ini.

Maret 2016
Inilah saat saya sudah tidak kuat lagi. Saya menangis, menelpon konselor emergency di kampus dan hampir bunuh diri. Yup, BUNUH DIRI. Seperti yang Anda tahu, saya merasa bahwa hanya akademik lah yang bisa saya lakukan di hidup ini. Saya sudah gagal dalam rumah tangga, kehilangan anak saya, jadi apalah saya ini, selain hanya seorang wanita sendiri yang akhirnya hidup dari satu beasiswa ke beasiswa lain. Nah, saat akademik pun saya gagal, disitulah saya merasa IT IS THE END OF THE WORLD. Saya ingin mati. Habis sudah hajat hidup saya, itu pikiran saya. buat apa hidup kalau semua hal dalam hidup saya tidak bisa lakukan. I am a BIG F. BIG FAILURE! Itu yang saya pikirkan tentang diri saya saat itu. Pastinya itu bagian dari depresi saya. Saya tidak lagi menghargai diri saya. Kepercayaan diri yang terbangun saat saya sekolah di India, habis begitu saja. Untunglah, saya masih punya iman, yang membuat saya bertahan. Istilahnya biar sejelek jeleknya nasib di dunia, jangan sampai pulang ke akhirat, apes juga. Kalau bunuh diri yah neraka lah akhirnya. Itulah pikiran yang menyelamatkan saya.

Di  maret ini, saya resmi tumbang. Itu pun, saya masih berusaha. Saya ke international office dan menemui Dr Viv yang akhirnya memberi saya obat escitalopram dan obat tidur yang masih saya konsumsi hingga hari ini. Obat tidurnya sudah tidak rutin lagi, namun escitalopram masih setiap hari. Satu yang saya tahu, SEROTONIN SAYA HABIS! Saya tidak bisa bahagia lagi tanpa obat. Otak saya mandeg, linglung, terganggu fungsinya. Barulah saya tahu, apa itu depresi.

Sambil melayang-layang, di bulan ini saya mulai putar arah. Sebenarnya ide putar arah ini sudah disarankan dari dulu oleh beberapa teman yang sering melihat saya menangis di musholla saat shalat zuhur. Namun karena saya tidak tahu siapa siapa disini ditambah ketakutan apakah LPDP akan menyanggupi permohonan pindah saya, visa yang mungkin berubah, intinya ya itu lah, terlalu rumit. Lebih baik besok coba lagi di lab, begitu pikiran saya.

Selain dokter dan konselor, yang saya temui adalah Graduate Center. Ini adalah tempat dimana kita bisa konsultasi tentang berbagai masalah akademis yang kita temui termasuk pindah PhD. Dan saya benar-benar kaget dengan jawaban mereka. SAYA HARUS MENGULANG SEMUA PROSES JIKA INGIN PINDAH PhD KE FAKULTAS LAIN. Intinya ya daftar ulang lagi dari awal. Ya upload dokumen, nyari supervisor, nulis proposal, minta rekomendasi, huhu pingin nangis rasanya. Proses ini kan tidak sebentar. Dan siapa yang mau menerima saya? Saya juga tidak kenal siapa siapa. Bagaimana ini?

Tapi ya itu, dengan kepala depresi, saya putar otak. Tidak akan ada yang bisa membantu saya, jika saya sendiri tidak berusaha. Saya harus bergerak. Apapun hasilnya, saya akan berusaha. Dan jika usaha terakhir ini masih stuck, saya akan pulang ke Indonesia dengan ikhlas. Itu tekat saya.
Dan...mulailah saya menulis PROPOSAL. Saya cari topik yang paling saya akrabi saja tentang pendidikan kimia. Yang penting, bisa masuk, ada supervisor yang menerima. Itu tekat saya. selain itu, saya mulai membuka website education dan melihat daftar dosen mereka. Lalu mengemail mereka, satu per satu.

Tiga diantara banyak yang saya email, akhirnya setuju menemui saya. dan alhamdulillah, tiga tiganya berminat membimbing saya dan meminta saya memilih. Dan tentu saja, saya memilih dua diantara mereka dan dengan sopan memhon maaf dengan yang satu. Saat itu, saya ingat, rasa melayang layang di kepala saya sedikit berkurang. Mungkin karena saya merasa, satu pintu sudah terbuka.

Saat ini juga saya merasa saya seperti LOMPAT. Saya sudah tidak tahu lagi jalan apa yang harus saya lakukan karena PhD saya yang buntu di Kimia. Akhirnya, saya memilih melompat, karena prinsip saya, Allah tidak akan membiarkan saya jatuh. Antara dua yang terjadi, Ia akan menangkap saya sebelum saya jatuh atau Ia akan mengajari saya TERBANG! Saya percaya itu, sangat percaya. Setelah banyaknya masalah hidup yang saya lewati, tidak ada alasan untuk tdak percaya hal ini. 



April 2016
Pertanyaan berikutnya adalah, apakah LPDP mau saya belok jurusan? Satu yang saya pikir, saya harus punya ALASAN DAN BUKTI KUAT untuk pindah. Dan itu harus saya dapatkan dari 4 pihak: doketr, konselor, supervisor saya sebelumnya dan supervisor saya yang berikutnya. Tapi saya tidak boleh langsung daftar tanpa persetujuan LPDP, karena itu menyalahi aturan. Itu lah pikiran saya.
Setelah mendapatkan supervisor, saya pun melobby mereka untuk menulis surat dukungan untuk saya. Berbeda dengan strategi mahasiswa PhD lain yang biasanya menyembunyikan study mereka sebelumnya, saya dengan terus terang menyebut bahwa saya telah bekerja 6 bulan di Kimia dan tidak berhasil. Memang ini sangat be resiko, salah salah, supervisor baru ini bisa men cap saya sebagai ya itu manusia gagal. Namun, alhamdulillah, mereka berdua melihat tindakan saya sebagai TINDAKAN YANG BERANI. Berani mengakui kelemahan dan mencari solusi agar tidak sia-sia ke Auckland. Dan akhirnya, mereka berkenan menulis surat dukungan itu untuk saya.

Berikutnya, dokter, konselor dan akhirnya supervisor saya di Kimia. Setelah semua lengkap, saya pun scan semua dokumen itu dan alhamdulillah, tepat tanggal 25 April, saya mendapat balasan LPDP MENYETUJUI PERPINDAHAN SAYA. saat itu, saya ingat, saya menangis sendiri di kamar saya. Saya baru menelpon RC setelah beberapa jam melihat surat LPDP itu. Rasanya tidak percaya LPDP setuju. Dan untuk pencapaian ini, RC menghadiahi saya cincin blue safir yang indah ini hehehhe.

Sebelum LPDP resmi menyetujui ini, di bulan ini pula, saya memutuskan menerima lamaran Russell. Saya pikir itu juga terapi yang sangat baik untuk saya, karena sudah sekian lama saya menghindarinya namun ia dan kegigihannya memang tak bisa ditolak dan penting untuk seorang yang depresi untuk merasa dicintai. Tapi biarpun sudah ada cincin berlian di jari saya, tetap lah, hasrat ingin belajar, ingin ikut konferensi internasional, punya tulisan di jurnal internasional bukan Cuma di blog hehehe, itu tidak akan hilang. Saya masih seorang pembelajar bukan hanya seorang pencinta hahaha. Jadi meski saat itu dunia asmara saya sedang bagus bagusnya, tetap lah tiap malam saya memikirkan PhD saya dan kadang sedih sendiri.

Di bulan ini pula, saya mulai membaca banyak hal tentang depresi. Saat inilah saya menemukan buku inspiratif ini. Judulnya BENT, NOT BROKEN. Belok, bukan patah. Cerita tentang seorang pelacur yang akhirnya berhasil menjadi dokter. Selain itu, saya mulai membaca buku 15 STEPS TO OVERCOME DEPRESSION AND ANXIETY. Dan dari buku ini pula, saya ikuti tahapnya satu demi satu, termasuk olahraga. Bagaimana berenang melewati pusaran depresi, dan akhirnya berhasil mengapung kembali tanpa tenggelam ditarik olehnya. Bagaimanapun keadaan saya, otak saya harus aktif. Itu pikiran saya.


Mei 2016
Setelah itu, tentu pertanyaan berikutnya, apa saya bisa tembus di education? Iya sih sudah punya supervisor, tapi proposal kan juga harus mumpuni. Dan berbeda dengan di Kimia, dimana supervsiro yang men desain reaksi, di education ya mikir sendiri lah topik apa. Selain itu, ijazah Master Pendidikan saya bukan dari luar negeri. Kalau yang master of Science iya dari India. Tapi apa mungkin tembus dengan ijazah master pendidikan yang diselesaikan 6 tahun lalu itu? Tapi yo wis lah, saya pikir, bikin proposal dulu, lalu upload semua dokumen. Ya saya mengulang semua proses yang saya lakukan tahun lalu itu. Ya upload dokumen, cari rekomendasi, agak malu juga sih mengontak India lagi karena beliau beliau dulu juga yang rekomendasi saya masuk di sains, tapi dengan terus terang, saya mengakui bahwa saya tidak mampu di Kimia dan dibantu dengan rekomendasi dari Indonesia, semua syarat terlengkapi.

Terus terang, saat ini depresi saya sudah jauh membaik. Saya sudah bisa tidur tanpa obat dan sudah lebih tenang. Istilahnya sudah nothing to lose. Apapaun yang terjadi, terjadilah. Tapi tentu saja masih kepikiran lah, masuk nggak ya di education. Pasti masih khawatir dan masih nggak pede apalagi saya gagal di jurusan sebelumnya. Tapi dengan terus tawakkal dan berkomunikasi dengan Allah SWT melalui sujud dan doa, saya pikir, semua pasti sudah ada garisanNya. Kewajiban saya mah Cuma usaha, hasilnya biar Allah yang tentukan. Jika memang PhD ini baik untuk saya, pasti saya berhasil lewat rintangan ini.

Saat ini juga, karena sudah resmi bertunangan, saya dan Russell bertambah dekat. Ia yang melihat semua progress saya. Dari depresi, sedih, menangis, hampir bunuh diri, nggak bisa bangun tempat tidur, wis sudahlah, menyedihkan banget saya saat itu hahaha. Bahkan pernah suatu hari di awal mei, saya tidak bisa bangun mengambil obat dari lemari. Bayangkan, saya tergeletak sendirian di kamar, dan tidak bisa melangkah bahakn hanya untuk ambil obat, hingga akhirnya ditolong oleh mekanik di unilodge yang datang untuk memperbaiki pintu kamar saya.

Sering saat kami makan bersama, cerita tentang apakah saya akan diterima di education itu terbetik dari mulut kami berdua. Dan ia selalu percaya, saya pasti bisa. Meski saya sendiri sudah tidak percaya dengan diri saya. waktu itu, ya worst scenarionya ya pulang, nikah dengannya, lalu melupakan mimpi PhD ini jika tidak diterima di education. Tapi pasti saya masih akan selalu memikrikan hal ini di hati saya. wong memang dasarnya pembelajar ya berat kalau disuruh gak sekolah lagi.

Dan akhirnya penantian saya berakhir. LOA itu resmi di tangan saya. aplikasi saya resmi disetujui di education. Alhamdulilllah, begitu besar rasa syukur saya kepada Allah SWT. Benar-benar saya ditolong olehNya. Belok jurusan, di bawah kontrak beasiswa, tentu tidak mudah. Ada banyak hal yang harus saya lewati.

Dan kemarin, saat saya menghadiri kelas terapi saya yang namanya ANXIETY CLASS, konselor saya sangat bangga melihat pencapaian saya. Ia melihat saya datang menangis, kuyu, tidak punya semangat, hampir bunuh diri saat itu, lalu saya datang lagi, dua bulan kemudian, dengan wajah cerah, bahagia, bersinar, penuh harapan. Saya memeluknya saat itu. Begitu pun dengan beberapa orang di international office yang melihat betapa saya berjuang. Bahkan konselor saya di kelas terapi itu berkata YOU CAN BE A MODEL CANDIDATE OF HOW TO OVERCOME DEPRESSION.

Dan hari ini, saya dan RC pun merayaka hari ini. Ia me sms saya sejak pagi bahwa ia ingin membelikan saya boots setinggi lutut agar saya tidak kedinginan saat berjalan ke bus stop. Ini juga untuk merayakan karena mulai minggu depan saya resmi mulai bekerja lagi di education. Belum full work, masih menui supervisor dan diberi daftar bacaan. Tapi setidaknya sudah ada kegiatan. Dan saat saya tiba di toko sepatu itu, tunangan saya yang baik hati ini telah berdiri di dekat sebuh boots cantik dan memilihkan itu untuk saya. Ah, bagaimana saya tidak mencintai lelaki  ini?



Dan saat saya berjalan menyusuri jalan Auckland hari ini menuju unilodge, saya tersenyum sendiri sambil menenteng kotak boots yang besar. Senang sekali sekarang saya punya knee high boots untuk kaki saya agar tidak kedinginan.  Saya juga telah berhasil melewati masalah rumit yang saya temui di negara orang ini. Saya tidak patah, saya belok. Kapal PhD saya tidak karam, Cuma sedikit lecet tapi berhasil ber manuver tanpa menabrak karang dan karam. Dan saya menatap langit, melihat birunya langit Auckland, menikmati angin, dan saya tersenyum karena melihat satu hal disana. HOPE!

Auckland, 27 Mei 2016


-NK-

Tuesday, 24 May 2016

AN IDIOT GUIDE ON HOW TO DEAL WITH DIFFICULTIES

Dear everyone.

Saat ini saya kembali duduk di depan laptop saya di unilodge. Urusan saya telah selesai hari ini. Saya memulainya sejak pagi buta untuk men scan file asuransi dan keperluan visa. Lalu saya ngantri di Graduate Centre dan international office untuk mendapat kejelasan atas hal yag saya perlukan. Alhamdulillah, by lunch time, semuanya sudah selesai.

Seperti yang Anda tahu, saya baru saja dapat kabar gembira dengan diterimanya aplikasi saya di education. Dan seperti yang Anda ketahui pula, saya melakukan semua proses itu di tengah timbul dan tenggelamnya sya dalam depresi berat yang akhirnya mematahkan perjuangan saya di jurusan sebelumnya. Di tengah kepala yang melayang layang itulah, saya terus berjuang agar saya bisa membelokkan arah PhD ini agar tidak terlalu sia sia telah jauh-jauh datang ke Auckland. Istilah saya, LANDING WITH MINIMUM IMPACT. Mendarat dengan tabrakan minimal hehehehe.

Well, kali ini saya ingin menulis tentang bagaimana kita mengatasi kesulitan. Mungkin ini bukan guidance baku wong saya juga masih belajar untuk bisa menjadi problem solver. Tapi setidaknya karena telah berbagai episode hidup saya lewati, setidaknya apa yang pernah saya lewati dan pecahkan bisa jadi acuan saat mungkin Anda terbentur pada masalah. Yang penting tulisan saya membawa manfaat lah. Itu saja heheeh.

Untuk lebih mudah melihat bagaimana saya meng crack suatu masalah, mari kita aplikasikan idiot guide ini pada masalah yang baru saya lewati, yaitu perubahan arah PhD di negara orang yang bernama New Zealand. Ok, here we go.

One, KNOW THE ROOT OF THE PROBLEMS
Hal yang paling esensial dari how o deal wth difficulties itu adalah bagaimana kita mengenal kesulitan itu sendiri dan akarnya. Seperti kemarin, akar masalahnya adalah saya kena depresi dan tidak memungkinkan untuk kembali bekerja. Intinya it is not right for me lah. Jadi akarnya itu. Depresi dan harus berubah lingkungan kerja.

Adalah penting untuk mengenal akar dari suatu kesulitan agar kita bisa merumuskan strategi untuk memecahkannya. Biasanya saya perlu berhari hari sebelum akhirnya bisa mengetahui apa yang sebenarnya yang menjadi akar masalah saya. Dan saya tidak akan berhenti berjuang hingga saya lihat, well, I can't do it anymore.

Two, ACCEPT IT; DON'T FIGHT IT
It is also important to accept difficulties. Menerima kesulitan bukan berarti kita berkompromi dengan kesulitan itu sendiri lalu berperan sebagai korban yang selalu disakiti. Tidak akan berubah keadaan suatu kaum hingga ia merubah kedaaannya sendiri. Itu prinsip dari Al Quran yang selalu say apegang teguh. Meneima sebuah kesulitan akan menjadikan kita ber sinergi dengan kesulitan itu dan akhirnya memudahkan kita untuk mengenalinya. Istilahnya kita jangan musuhan dulu dengan kesulitan kita pada saat kita baru dapat serangannya, tapi pura pura jadi sahabatnya dulu hingga kita tahu titik kelemahannya. Setelah itu, baru attack back.

Saya menerapkan ini pada depresi saya. Pasti panik lah kena penyakit aneh di negara orang. Badan melayang layang, nafsu makan hilang, dan kepala selalu pusing dan bahkan muntah. Belum lagi kepikiran dengan pekerjaan di kimia dan bagaimana jika saya ketinggalan banyak. Pasti pinginnya segera sembuh. Tapi jika kita selalumemaksa untuk sembuh, padahal belum sembuh, ya itu akhirnya malah tambah down. Akhirya saya menerima depresi ini sebagai bagian dari hidup saya saat itu. Tidur seharian, lambat bergerak, hingga akhirnya minum obat depresi dan ikut konseling. HIngga saat ini pun, saya masih ikut anxiety class, kelas untuk mengatasi rasa gelisah karena saya kadang masih suka tidak bisa tidur.

Saat saya menerima depresi ini, akhirnya saya bisa slowly mengapung ke atas dan akhirnya menemui kualitas syukur saya lagi.

Three, SOLVE WITH TACTIC
Yang berikutnya yang saya sarankan adalah, PAKAI TAKTIK. Jangan gerabak gerubuk. Lihat akar masalah, lalu rumuskan hal apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi hal itu.

Untuuk masalah saya:
1. Saya perlu sembuh dari depresi ini, tapi juka depresi ini tidak akan hilang jika saya masih dihimpit masalah, jadi saya harus terapi depresi sambil menyelesaikan masalah saya.
2. Saya punya kontrak dengan LPDP yang harus segera saya clearkan, saya perlu sponsor agar bisa tetap PhD disini.
3. Saya perlu LOA untuk bisa tetap di sponsori LPDP.
4. Saya perlu supervisor baru tanpa mengurangi rasa hormat dengan supervisor yang lama.
5. Saya perlu PROPOSAL untuk dapat supervisor.

Jadi jelas, saya perlu punya proposal dulu, lalu cari supervisor, lalu punya LOA lalu bisa tetap dibiayai LPDP. Anda bisa lihat bagaimana taktik saya. Saya tidak gegabah langsung mundur di Kimia, tapi saya telusuri pelan pelan jalan apa yang bisa saya tempuh tanpa lecet hehehe.

Pertama tama yang saya lakukan adalah MENULIS PROPOSAL.
Terus terang ini proposal dengan durasi belajar ter singkat yang pernah saya tulis. Cuma lima hari, proposal saya jadi saya buat, meski saya agak tidak pede dengan isinya, yang penting ada modal dulu untuk ngomong dengan supervisor, begitu lah pikir otak saya yang depresi saat itu.

Setelah proposal jadi, saya MENCARI SUPERVISOR
Saya bergerilya lagi meng email beberapa profesor yang mungkin berkenan menerima saya. Hingga akhirnya ada 3 supervisor yang berkenan meng interview saya. Meski dengan badan melayang-layang, saya akhirnya menemui mereka satu demi satu. Satu di antara mereka memuji semangat saya, mereka tahu saya sedang kurang enak badan, begitu istilah saya hehe, namun tetap bersemangat untuk menghadiri interview. Bahkan akhirnya, mereka yang meminta saya memilih dua diantara mereka untuk jadi supervisor saya. Intinya tiga tiganya berminat membimbing saya padahal yang diperlukan cuma dua heheheh. Salah satu diantara mereka bahkan berkata "YOU ARE A DESIRED CANDIDATE".

Setelah itu beres, saya mulai MELOBBY LPDP
Seperti yang Anda tahu, saya melobby banyak pihak untuk menguatkan alasan kepindahan saya. Saat ini saya juga merasa beruntung telah memilih LPDP sebagai sponsor saya, karena saya pikir mungkin sponsor lain tidak akan bisa se supportif itu untuk mewujudkan mimpi PhD saya yang hampir karam dan berkenan memberikan kesempatan kedua. Alhamdulillah, semua pihak mendukung saya, baik supervisor, dokter maupun konselor. Setelah semuanya cukup, saya upload lah permohonan saya. Sambil terus berdoa semoga saya bisa disetujui permohonan untuk pindah. Dan alhamdulillah, permohonan saya disetujui! Dengan resiko tanggung sendiri jika tidak bisa selesai dalam sisa waktu kontrak. Fair enough, menurut saya meski harus hidup dengan budget super ketat, saya akan berusaha.

Dan yes, setelah itu mulailah saya submit aplikasi baru saya di School of Education. Dan itulah hasil perjuangan saya selama 2 bulan ini, terjawab kemarin sore dengan LOA unconditional di tangan saya. Meski awalnya saya tidak percaya dengan proposal yang saya buat, belum lagi master pendidikan saya yang sudah 6 tahun yang lalu dan bukan dari luar negeri. Wis minder lah saya dengan semua yang saya coba di education itu. Belum lagi trauma di kimia membuat saya takut gagal lagi. Tapi alhamdulillah, semua terlewati :-)

Selama melakukan proses ini, saya juga terus ber proses dengan depresi saya. Terus minum obat, ikut terapi, konseling dan sekarang saya tambah dengan olahraga.

Dan alhamdulillah, sejak awal Mei, saya sudah mulai membaik. Bisa bangun pagi, bisa mulai banyak membaca dan sudah mulai segar. Semuanya memang tepat pada waktuNya.

Well, that is my idiot guide on how to deal with difficulties. Saya yakin Anda pasti punya formula sendiri dan mungkin guidance ini terlalu sederhana untuk diikuti. Maka itulah namanya IDIOT GUIDE. Bimbingan yang begitu sederhana dan masih perlu banyak revisi hehehe.

Enjoy!

Auckland, 25 Mei 2016,

-NK-

Monday, 23 May 2016

THE MAMMOGRAM

Dear everyone.

Seperti yang Anda tahu, saat ini saya sedang menunggu Letter of Acceptance dari PhD saya yang baru di education. Yeah, akhirnya saya berusaha belok ke jurusan yang baru agar tidak sia sia datang ke Auckland. So, here I am, typing and reading anything I can dari kamar saya di unildoge hehehe.

Well, mungkin Anda bosan dengan tulisan-tulisan saya. Tapi inilah yang bisa saya kerjakan sambil menunggu letter of acceptance saya. What can I do. Saya di negara orang, di luar dingin, ya paling enak ngendon di kama sambil nulis dan nyeruput kopi dengan internet super cepat hehehe.

Amm, kali ini saya ingin bercerita tentang mammogram, pemeriksaan benjolan di payudara kanan saya. Saya juga awalnya tidak mengerti dengan mammogram ini dan lumayan agak malas malasan mengurus asuransinya. Namun karena saya terus bertemu Dr Viv untuk terapi depresi saya, akhirnya saya semangat mengurus asuransi untuk mammogram ini.

Oke, saya akan bagi tulisan ini menjadi beberapa bagian, dan tentu saja, si RC terlibat di dalamnya hehehe.

Before the mammogram
Terus terang saya lumayan takut dengan pemeriksaan ini karena alatnya yang belum pernah saya lihat dan saya dengar di youtube, pemeriksaan ini agak sakit. Sebenarnya sih intinya sama dengan X RAY, cuma yang disinar payudara. Sebelum mammogram ini, saya sudah mengurus asuransi terlebih dahulu sehingga saya tidak perlu khawatir akan biayanya. Dan alhamdulillah, permohonan saya disetujui.

RC telah menelpon saya sejak hari Minggu dan berkata ia akan menemani saya. Terus terang karena saya tidak tahu jalan menuju ke gedung pemeriksaan itu, ya saya setuju ia antar dan temani. Dan lebih dari itu, saya juga perlu support.

At the mammogram
Saya disinar 6 kali. Lalu setelah USG, saya disinar lagi sebanyak 4 kali. Jadi total payudara saya kanan kiri disinar sebanyak 10 kali. Lalu saya di USG dua kali kanan dan kiri dan dilihat perbandngannya dan yah terlihatlh dua benjolan itu. Satu berukuran 6 cm dan yang satu masih kurang dari 1 cm. Setelah itu, saya diminta duduk menunggu dokter.

Saat mammogram berlangsung, RC menunggu di luar karena hanya pasien yang boleh masuk. Lalu saat kami bertemu dokter, barulah ia menemani saya. Setelah disinar berkali kali dan di USG, saya diperiksa lagi oleh dokter ahli lalu kami mendiskusikan temuan hari itu.

Dokter menyebutkan mungkin ini kista, tidak bsa dipastikan karena perlu biopsi untuk itu. Dan semoga jika ini kista dengan biopsi biasanya akan hilang. Sedangkan untuk hal yang lebih berbahaya, dokter belum bisa memastikan hal itu karena perlu biopsi. Wah, karena alat alat canggih yang mereka punya, saya bahkan sempat meihat sendiri jaringan sel di payudara saya dan paham seperti apa penampakan kista dan seperti apa penampakan kanker. Lumayan, nambah ilmu.

Karena diminta biopsi lagi, akhirnya saya berusaha melobby asuransi lagi untuk membiayai saya. Benar-benar terasa manfaat asuransi di NZ karena seluruh pemeriksaan saya kemarin murni ditanggung mereka. Saya tidak keluar satu dollar pun untuk itu, alhamdulillah.

After the mammogram
Nah ini sis fun nya. Seperti biasa RC selalu berusaha menghibur saya, dan pergi bersama RC itu pasti akan ada shopping dan makan. Karena kemarin cuaca lumayan tidak stabil, sering hujan deras tiba-tiba, kami pun memilih shopping karena saya perlu underwear thermal khusus untuk msuim dingin. Yah, namanya perempuan, pas di mall liat macam macam, terus ada sponsor ya jadilah lapar mata. Belanja yang semula hanya untuk underwear, akhirnya jadi belanja swetaer, sweater wool, rok dan gloves. Wuih beneran saya pusing liat si RC kemarin. Nawarin saya terus. Mau yang ini, mau yang itu, terus bawa hanger kesana kemari kayak asisten, nemani saya belanja padahal ia pastinya capek ya hehehe. Terus di kasir bayari dengan kartu ajaibnya yang seolah olah tidak pernah habis saldonya.

Sudah lama sebenarnya saya ingin sweater wool khusus itu, namanya swetaer merino, banhannya beda dan lebih panas sehingga cocok untuk musim dingin. Namanya mahasiswa ya mikir mikir ini berapa harganya. Tapi yang ini di sponsori, jadilah kegiatan belanja saya jadi yang paling menyenangkan kemarin. Sampai kasirnya saja senyum senyum saat saya langusng memakai gloves yang dibelikannya. Si mbak sampa bilang "YOU ARE ONE LUCKY WOMAN FOR HAVING HIM". Saya juga nggak habis pikir ia menghabiskan beratus dollar kemarin untuk belanja saya. Padahal baru saja ia membelikan saya sweater uni of auckland biru itu. Tiba tiba kemarin, ia ingin membelikan saya lagi pakaian musim dingin. Ya memang saya belum punya itu semua, tapi kan baru saja ya dibelikan, eh dibelikan lagi. Saya sampai bingung kadang kadang dengan ke royal an ia memuliakan saya.


Itu juga yang membuat saya terpikir saat ini. Bisa bisa nya ya si RC yang yah mungkin agak sedikit buruk rupa saat ini, jatuh cinta mati dengan saya yang aneh ini. Iya sih, dia memang sudah tua, tapi kalau dia mencoba kan pasti ada aja cewek sini yang OK dengannya. Apalagi sampai dibelikan macam macam gitu. Tapi dia memang setia sekali sampai saat belanja itu pun, ia rela aja ngikutin saya kemana mana sambil bawakan tas, hanger, semuanya, terus komentar bagus apa nggak. Ah, entahlah, banyak sekali yang sudah ia berikan pada saya padahal kami baru sebentar bersama. Saya kadang suka takut dengan kebaikannya hehehe. Kira kira dia ingin apa ya dari saya? Tapi kayaknya sudah terlalu banyak investasinya tuh ke saya padahal saya baru bertunangan dengannya. Istilahnya sih, sudah banyak keluar modal cuma buat cewek se level saya. Dan dia memang sangat sangat ber dedikasi. Here are beberapa hal manis yang setiap hari ia lakukan ke saya:

1. Sms kalau mau kerja dan pulang kerja, bahkan saat istirahat makan siang.
2. Telpon setiap malam sebelum tidur.
3. Mengajak saya keluar saat weekend, lengkap dengan shopping dan makan.
4. Membawakan tas saya, selalu menggenggam tangan saya dan berkata "you are so pretty".
5. Ingat ukuran sepatu saya, terus suka bikin kejutan membelikannya.
6. Ingat hal hal yang saya sukai, ya warna biru, pehiasan, teh leci, lalu pada saatnya akan membawakannya untuk saya. 
7. Saying thank you, I love you tanpa henti.

Kadang saya bingung apa yang membuatnya begitu tergila gila dengan saya ini. Yah, sudahlah, Yang jelas, hari ini saat saya kembali mencoba baju baju baru untuk winter ini, saya sampai loncat sendiri di kamar. Betapa bahagianya saya melihat ini semua. Sekarang saya punya banyak barang berkualitas tinggi. Jika dulu saat di India saya beli pakaian dengan uang saya sendiri dan harganya juga murah, saat ini semua barang barang saya hampir semuanya dibelanjakan RC, dan kualitas tinggi semua. Ya perhiasan, pakaian, makanan, saya benar-benar tidak menyangka akan merasakan ini semua di NZ. Dimuliakan, dibawakan tas, dibukakan pintu mobil, dibahagiakan, dicintai segila gilanya oleh seorang Aucklander bernama RC. What a life changing! Alhamdulillah.



Auckland, 24Mei 2016

-NK-