Hello everyone.
Kembali lagi saya dengan tulisan
tulisan saya hehehe. Mungkin Anda bosan baca tulisan saya, tapi nggak papa,
kalau bosan, berhentilah sejenak, habis tu ya baca lagi tulisan saya, hehehe. Selamat
hari Minggu yaaa, saya sudah hampir jam 11 disini, Anda semua mungkin baru
bangun, atau ada yang sudah punya rencana dengan hari ini, semoga sukses yaa
hari Minggunya. Kalau lagi gak ada kerjaan, terus baring baring, silahkan deh
baca tulisan saya. siapa tahu bisa membuat Anda semangat buat esok hari.
Minggu ini lumayan ceria untuk
saya. penantian saya untuk masuk ke School of Education finally sampai pada
episode yang membahagiakan. Saya resmi diterima di School of Education di
universitas yang sama, University of Auckland. Selain itu, ada kebahagiaan lain
seperti mammogram yang ditanggung asuransi dan banyak hal postif lain yang
terjadi. Here are the story of this week:
One, THE MAMMOGRAM
Ini merupakan hal yang baru
sekaligus menakutkan buat saya. Siapa yang tidak takut akan diperiksa
payudaranya untuk benjolan yang belum jelas itu apa. Banyak laah ketakutan,
seperti kira kira sakit nggak ya, atau benjolan itu apa ya, takut jelas. Namun bukankah
hidup itu harus dijalani dengan terus berbaik sangka pada takdirNya. Dan alhamdulillah,
ia bersedia menemani saya, meninggalkan pekerjaannya, dan menguatkan saya
dengan pemeriksaan saya. Pemeriksaan ini cukup menyakitkan karena payudara kita
diletakkan di lempeng besi gitu terus ditekan dengan alat lain sehingga menjadi
pipih baru disinar. Kalau yang kiri ya tidak terlalu sakit karena memang tidak
ada benjolan tapi yang kanan wuih sakit banget pas ditekan gitu karena harus
persisi di ataa benjolannya. Saya meringis beberapa kali, namun si suster
berulang kali mengatakan “you are doing good, you are strong, don’t worry”
untuk menyemangati saya.
Setelah itu saya di USG lagi dan
dengan teknologi 4D mereka, terlihatlah jaringan di payudara saya. Kemudian
kembali disinar dengan titik yang lebih tepat untuk payudara saya. Lebih sakit
lagi karena tekanannya kuat banget. Dan akhirnya saya bertemu Dr Eletha Taylor
yang menyarankan saya untuk biopsi. Melalui pemeriksaan dokter ini pula, saya
menemukan bahwa saya ternyata punya dua benjolan dan dua duanya harus di
biopsi.
Two, THE INSURANCE
Terus terang, karena episode
hidup yang saya temui di Auckland agak berbeda dengan yang ditemui mahasiswa
kebanyakan, maka urusan saya dan orang-orang yang saya temui juga agak berbeda.
Saya mensyukuri hal ini, karena meski tidak ada seorang pun yang ingin sakit di
negara orang, atau PhDnya hampir gagal, tapi ternyata dengan kejadian-kejadian
yang di luar dari yang biasa ditemui mahasiswa lain, itu menjadikan pengalaman
untuk saya. Saya jadi lebih kenal banyak orang.
Seperti asuransi. Saya akhirnya
berkenalan dengan petugas klaim yang bernama Selina Johansen, meski hanya lewat
telpon. Ia yang menangani klaim saya, sejak keluar dari rumah sakit Januari
lalu. Lalu mamogram saya dan akhirnya biopsi yang masih dalam proses. Terus terang
komunikasi saya dengan Selina ini lumayan baik dan karena ia juga yang
mengurusi klaim klaim saya, jadi komunikasi saya lebih mudah. Hingga saat ini,
pemeriksaan saya yang hingga 8 juta rupiah itu masih gratis. Saat ini saya
tengah me lobby asuransi untuk biopsi. Terasa sekali nyamannya memiliki
asuransi di NZ. saya cukup upload dokumen klaim saya lengkap dengan invoice,
dua hari kemudian, tagihan dibayar. Bebas ribet, bebas ngantri, cukup dari
kamar, dengan jaringan internet, urusan beres. Alhamdulillah, itu adalah hal
yang paling saya syukuri di NZ.
Three, LOA, YAY!
Pastinya, ini adalah hal yang
sangat membahagiakan saya minggu ini. SAYA BERHASIL DITERIMA DI UNIVERSITY OF
AUCKLAND SCHOOL OF EDUCATION! Yay, jujur saya tidak menyangka akan diterima di
education. Satu, master pendidikan saya itu lulusnya 6 tahun yang lalu. Dua, proposal
yang saya bikin itu hanya proposal dengan durasi 5 hari belajar dan kepala yang
nyung nyung. Tiga, ijazah itu dari dalam negeri, bukan dari India seperti
ijazah MSc saya. Tapi itulah, ilmu itu tidak pernah sia sia. Se sederhana
apapun, gelar yang kita selesaikan itu tidak akan sia sia. Saya sudah banyak
merasakan manfaatnya. Banyak yang bertanya buat apa saya master ke India toh
sudah punya master pendidikan. Tapi saya bergeming saat itu. Ternyata, ijazah
india saya membawa saya ke Auckland, lalu ijazah master pendidikan saya
menyelamatkan PhD saya yang hampir karam. Meski saya sempat tidak pede,
akhirnya masalah rumit yang saya hadapi di Auckland ini, pelan pelan mulai
terangkat. Meski berat, tidak mudah apalagi mengingat hari hari kelam saat saya
kena depresi itu. Untuk mengambil obat saja, saya tidak mampu bergerak. Kepala say
a pusing, mual muntah. Dan hari ini, saya melihat episode itu sebagai episode
kelam, namun membuka kesempatan lain untuk saya. saya bertemu banyak supervisor
baru, berkenalan dengan petugas di international office, di graduate center dan
melobby LPDP. Dengan kesendirian saya, semuanya akhirnya teratasi. Saat ini saya
hanya tinggal menunggu izin imigrasi untuk memulai kerja saya di education. Semoga
lah visa saya bisa saya pertahankan sehingga saya tidak perlu bayar lagi. Dan meski
saya belum tahu apa yang saya hadapi di education, namun setidaknya ini tempat
kerja baru. Belum lagi resiko menanggung
pendidikan di tahun terakhir. Semoga lah saya bisa selesai sebelum kontrak saya
berakhir. Amiin.
Four, My Health
Kesehatan saya juga adalah hal
yang paling saya syukuri minggu ini. Saya sudah biasa nge gym 30 menit tiap
hari. Lari di treadmill itu sudah biasa banget untuk saya. Dan mungkin dengan
olahraga ini, dan dengan bantuan obat, saya pun mulai membaik.
Ah, depresi itu memang mengerikan
saudara saudara. Itu seperti penyakit hantu menurut saya. iya, hantu, karena
kita tidak tahu apa penyebabnya. Kita sakit kepala, pusing, tidak bisa berdiri
dengan stabil, mual, muntah, bahkan bangun dari tempat tidur saja tidak bisa. Semakin
kita panik dan ingin segera sembuh, semakin tersedot lah kita ke pusaran
depresi itu. Jadi ya harus sabar, menerima kelemahan diri saat itu. Kata buku
yang saya baca sih, depresi itu cara alam untuk menyadarkan kita bahwa kita
sudah zalim ke tubuh kita sendiri. Ya dengan over working, atau terlalu
memaksakan ekspektasi yang berlebihan. Sehingga tubuh kita pun men shut down
dirinya sendiri.
Dan tentunya saat kena depresi
itu, kita tidak percaya. Masa sih saya gak bisa bangkit seperti biasanya. Itu yang
awal awal saya rasakan. Saya tu sampai teriak lho di kamar, marah kenapa nggak
bisa berjalan ke lab. Sampai mukul mukul diri sendiri karena kesal kok gak bisa
baca jurnal lagi. Tapi ya nggak mempan, tubuhnya memang sudah mandeg gak mau
kerja lagi. Mau dipaksa gimana pun, baca jurnal akhirnya ya saya muntah. Pernah
saya tidak bangun bangun lho hingga jam 3 sore. Saya tidur dari malam hingga
jam 3 sore. Itu pun karena mekanik uniloldge datang memperbaiki pintu saya dan
akhirnya menolong saya mengambil obat. Coba Anda banyangkan, sampai segitunya
depresi melumpuhkan saya.
Akhirnya saya belajar dari buku
yang saya baca, bahwa depresi itu tidak ada short cut. Intinya ya harus sabar
ber proses. Tubuh kita sudah ngambek dan gak mau lagi dipaksa. Itu intinya. Jadi
harus bisa mengikuti arus depresi ini tanpa tersedot lebih jauh ke dasarnya. Jadi
ikuti dulu, hingga kita bisa berenang berbalik arah dan akhirnya bisa berenang
lagi ke permukaan. Ada banyak juga yang meyakinkan saya, jika saya berhasil
melewati ini, biasanya saya akan tumbuh jadi orang yang lebih baik. Dan sepertinya,
saya mulai merasakan hal itu. Terutama sejak masalah saya pelan pelan teratasi.
Semakin banyak masalah yang berhasil teratasi, maka kepercayaan diri saya pun
bisa kembali lagi. Itulah yang selalu dikatakan konselor dan dokter pada saya.
dan tampaknya, saya pelan pelan mulai merasakan apa yang mereka katakan. Saya kembali
percaya diri, dan mulai merasa bertenaga. Jadi ini adalah hal yang harus saya
syukuri minggu ini. Kesehatan saya yang mulai membaik. Alhamdulillah.
Five, RC
Ia tentunya masih menjadi hal
baik yang selalu saya syukuri keberadaannya di Auckland sini. Tanpanya, mungkin
saya juga akan baik baik saja. Namun tentu dengan keberadaannya, hidup saya
jadi lebih semarak disini. Ya ada yang nge bawa nge date, ada yang ngantarin,
ada yg nelpon, ada yang bawa makanan, ada yang nemanin saya ke dokter. Intinya ada
orang yang menjaga dan mencintai saya. rasanya tidak habis habis kebahagiaan
saya ditemani olehnya. Ia adalah tunangan yang baik hati, rendah hati, senang
membawa saya jalan, membahagiakan saya, mencintai saya dengan seluruh cinta
yang ia bisa. Ketulusannya itu, yang mmungkin tidak bisa tergantikan. Halah siapa
sih saya ini, Cuma wanita yang pernah gagal dalam rumah tangga. Tapi ia dengan
bangganya membawa saya jalan, memperkenalkan saya ke keluarganya, mendandani
saya agar saya terlihat cantik, ia adalah orang yang begitu memuliakan saya,
seolah olah saya ini adalah seorang gadis bujangan yang pantas dihormati
hehehe.
Well, itulah beberapa hal baik
yang saya syukuri minggu ini. Saya yakin, Anda juga pasti punya banyak hal yang
bisa Anda syukuri. Mari bersyukur, karena bukan bahagia yang menjadikan kita
bersyukur, tapi syukur itu yang menjadikan kita bahagia.
Auckland, 29 Mei 2016
-NK-
No comments:
Post a Comment