Saturday, 28 May 2016

MY TOP FIVE OF THE WEEK (LAST WEEK OF MAY)

Hello everyone.

Kembali lagi saya dengan tulisan tulisan saya hehehe. Mungkin Anda bosan baca tulisan saya, tapi nggak papa, kalau bosan, berhentilah sejenak, habis tu ya baca lagi tulisan saya, hehehe. Selamat hari Minggu yaaa, saya sudah hampir jam 11 disini, Anda semua mungkin baru bangun, atau ada yang sudah punya rencana dengan hari ini, semoga sukses yaa hari Minggunya. Kalau lagi gak ada kerjaan, terus baring baring, silahkan deh baca tulisan saya. siapa tahu bisa membuat Anda semangat buat esok hari.
Minggu ini lumayan ceria untuk saya. penantian saya untuk masuk ke School of Education finally sampai pada episode yang membahagiakan. Saya resmi diterima di School of Education di universitas yang sama, University of Auckland. Selain itu, ada kebahagiaan lain seperti mammogram yang ditanggung asuransi dan banyak hal postif lain yang terjadi. Here are the story of this week:

One, THE MAMMOGRAM
Ini merupakan hal yang baru sekaligus menakutkan buat saya. Siapa yang tidak takut akan diperiksa payudaranya untuk benjolan yang belum jelas itu apa. Banyak laah ketakutan, seperti kira kira sakit nggak ya, atau benjolan itu apa ya, takut jelas. Namun bukankah hidup itu harus dijalani dengan terus berbaik sangka pada takdirNya. Dan alhamdulillah, ia bersedia menemani saya, meninggalkan pekerjaannya, dan menguatkan saya dengan pemeriksaan saya. Pemeriksaan ini cukup menyakitkan karena payudara kita diletakkan di lempeng besi gitu terus ditekan dengan alat lain sehingga menjadi pipih baru disinar. Kalau yang kiri ya tidak terlalu sakit karena memang tidak ada benjolan tapi yang kanan wuih sakit banget pas ditekan gitu karena harus persisi di ataa benjolannya. Saya meringis beberapa kali, namun si suster berulang kali mengatakan “you are doing good, you are strong, don’t worry” untuk menyemangati saya.
Setelah itu saya di USG lagi dan dengan teknologi 4D mereka, terlihatlah jaringan di payudara saya. Kemudian kembali disinar dengan titik yang lebih tepat untuk payudara saya. Lebih sakit lagi karena tekanannya kuat banget. Dan akhirnya saya bertemu Dr Eletha Taylor yang menyarankan saya untuk biopsi. Melalui pemeriksaan dokter ini pula, saya menemukan bahwa saya ternyata punya dua benjolan dan dua duanya harus di biopsi.


Two, THE INSURANCE
Terus terang, karena episode hidup yang saya temui di Auckland agak berbeda dengan yang ditemui mahasiswa kebanyakan, maka urusan saya dan orang-orang yang saya temui juga agak berbeda. Saya mensyukuri hal ini, karena meski tidak ada seorang pun yang ingin sakit di negara orang, atau PhDnya hampir gagal, tapi ternyata dengan kejadian-kejadian yang di luar dari yang biasa ditemui mahasiswa lain, itu menjadikan pengalaman untuk saya. Saya jadi lebih kenal banyak orang.
Seperti asuransi. Saya akhirnya berkenalan dengan petugas klaim yang bernama Selina Johansen, meski hanya lewat telpon. Ia yang menangani klaim saya, sejak keluar dari rumah sakit Januari lalu. Lalu mamogram saya dan akhirnya biopsi yang masih dalam proses. Terus terang komunikasi saya dengan Selina ini lumayan baik dan karena ia juga yang mengurusi klaim klaim saya, jadi komunikasi saya lebih mudah. Hingga saat ini, pemeriksaan saya yang hingga 8 juta rupiah itu masih gratis. Saat ini saya tengah me lobby asuransi untuk biopsi. Terasa sekali nyamannya memiliki asuransi di NZ. saya cukup upload dokumen klaim saya lengkap dengan invoice, dua hari kemudian, tagihan dibayar. Bebas ribet, bebas ngantri, cukup dari kamar, dengan jaringan internet, urusan beres. Alhamdulillah, itu adalah hal yang paling saya syukuri di NZ.

Three, LOA, YAY!
Pastinya, ini adalah hal yang sangat membahagiakan saya minggu ini. SAYA BERHASIL DITERIMA DI UNIVERSITY OF AUCKLAND SCHOOL OF EDUCATION! Yay, jujur saya tidak menyangka akan diterima di education. Satu, master pendidikan saya itu lulusnya 6 tahun yang lalu. Dua, proposal yang saya bikin itu hanya proposal dengan durasi 5 hari belajar dan kepala yang nyung nyung. Tiga, ijazah itu dari dalam negeri, bukan dari India seperti ijazah MSc saya. Tapi itulah, ilmu itu tidak pernah sia sia. Se sederhana apapun, gelar yang kita selesaikan itu tidak akan sia sia. Saya sudah banyak merasakan manfaatnya. Banyak yang bertanya buat apa saya master ke India toh sudah punya master pendidikan. Tapi saya bergeming saat itu. Ternyata, ijazah india saya membawa saya ke Auckland, lalu ijazah master pendidikan saya menyelamatkan PhD saya yang hampir karam. Meski saya sempat tidak pede, akhirnya masalah rumit yang saya hadapi di Auckland ini, pelan pelan mulai terangkat. Meski berat, tidak mudah apalagi mengingat hari hari kelam saat saya kena depresi itu. Untuk mengambil obat saja, saya tidak mampu bergerak. Kepala say a pusing, mual muntah. Dan hari ini, saya melihat episode itu sebagai episode kelam, namun membuka kesempatan lain untuk saya. saya bertemu banyak supervisor baru, berkenalan dengan petugas di international office, di graduate center dan melobby LPDP. Dengan kesendirian saya, semuanya akhirnya teratasi. Saat ini saya hanya tinggal menunggu izin imigrasi untuk memulai kerja saya di education. Semoga lah visa saya bisa saya pertahankan sehingga saya tidak perlu bayar lagi. Dan meski saya belum tahu apa yang saya hadapi di education, namun setidaknya ini tempat kerja baru. Belum lagi resiko  menanggung pendidikan di tahun terakhir. Semoga lah saya bisa selesai sebelum kontrak saya berakhir. Amiin.



Four, My Health
Kesehatan saya juga adalah hal yang paling saya syukuri minggu ini. Saya sudah biasa nge gym 30 menit tiap hari. Lari di treadmill itu sudah biasa banget untuk saya. Dan mungkin dengan olahraga ini, dan dengan bantuan obat, saya pun mulai membaik.
Ah, depresi itu memang mengerikan saudara saudara. Itu seperti penyakit hantu menurut saya. iya, hantu, karena kita tidak tahu apa penyebabnya. Kita sakit kepala, pusing, tidak bisa berdiri dengan stabil, mual, muntah, bahkan bangun dari tempat tidur saja tidak bisa. Semakin kita panik dan ingin segera sembuh, semakin tersedot lah kita ke pusaran depresi itu. Jadi ya harus sabar, menerima kelemahan diri saat itu. Kata buku yang saya baca sih, depresi itu cara alam untuk menyadarkan kita bahwa kita sudah zalim ke tubuh kita sendiri. Ya dengan over working, atau terlalu memaksakan ekspektasi yang berlebihan. Sehingga tubuh kita pun men shut down dirinya sendiri.
Dan tentunya saat kena depresi itu, kita tidak percaya. Masa sih saya gak bisa bangkit seperti biasanya. Itu yang awal awal saya rasakan. Saya tu sampai teriak lho di kamar, marah kenapa nggak bisa berjalan ke lab. Sampai mukul mukul diri sendiri karena kesal kok gak bisa baca jurnal lagi. Tapi ya nggak mempan, tubuhnya memang sudah mandeg gak mau kerja lagi. Mau dipaksa gimana pun, baca jurnal akhirnya ya saya muntah. Pernah saya tidak bangun bangun lho hingga jam 3 sore. Saya tidur dari malam hingga jam 3 sore. Itu pun karena mekanik uniloldge datang memperbaiki pintu saya dan akhirnya menolong saya mengambil obat. Coba Anda banyangkan, sampai segitunya depresi melumpuhkan saya.
Akhirnya saya belajar dari buku yang saya baca, bahwa depresi itu tidak ada short cut. Intinya ya harus sabar ber proses. Tubuh kita sudah ngambek dan gak mau lagi dipaksa. Itu intinya. Jadi harus bisa mengikuti arus depresi ini tanpa tersedot lebih jauh ke dasarnya. Jadi ikuti dulu, hingga kita bisa berenang berbalik arah dan akhirnya bisa berenang lagi ke permukaan. Ada banyak juga yang meyakinkan saya, jika saya berhasil melewati ini, biasanya saya akan tumbuh jadi orang yang lebih baik. Dan sepertinya, saya mulai merasakan hal itu. Terutama sejak masalah saya pelan pelan teratasi. Semakin banyak masalah yang berhasil teratasi, maka kepercayaan diri saya pun bisa kembali lagi. Itulah yang selalu dikatakan konselor dan dokter pada saya. dan tampaknya, saya pelan pelan mulai merasakan apa yang mereka katakan. Saya kembali percaya diri, dan mulai merasa bertenaga. Jadi ini adalah hal yang harus saya syukuri minggu ini. Kesehatan saya yang mulai membaik. Alhamdulillah.

Five, RC
Ia tentunya masih menjadi hal baik yang selalu saya syukuri keberadaannya di Auckland sini. Tanpanya, mungkin saya juga akan baik baik saja. Namun tentu dengan keberadaannya, hidup saya jadi lebih semarak disini. Ya ada yang nge bawa nge date, ada yang ngantarin, ada yg nelpon, ada yang bawa makanan, ada yang nemanin saya ke dokter. Intinya ada orang yang menjaga dan mencintai saya. rasanya tidak habis habis kebahagiaan saya ditemani olehnya. Ia adalah tunangan yang baik hati, rendah hati, senang membawa saya jalan, membahagiakan saya, mencintai saya dengan seluruh cinta yang ia bisa. Ketulusannya itu, yang mmungkin tidak bisa tergantikan. Halah siapa sih saya ini, Cuma wanita yang pernah gagal dalam rumah tangga. Tapi ia dengan bangganya membawa saya jalan, memperkenalkan saya ke keluarganya, mendandani saya agar saya terlihat cantik, ia adalah orang yang begitu memuliakan saya, seolah olah saya ini adalah seorang gadis bujangan yang pantas dihormati hehehe.
Well, itulah beberapa hal baik yang saya syukuri minggu ini. Saya yakin, Anda juga pasti punya banyak hal yang bisa Anda syukuri. Mari bersyukur, karena bukan bahagia yang menjadikan kita bersyukur, tapi syukur itu yang menjadikan kita bahagia.



Auckland, 29 Mei 2016

-NK-

No comments:

Post a Comment