Saturday, 7 May 2016

My top five of the week (First week of May)

Dear Everyone.

Alhamdulillah, hari ini saya merasa positif. Sepertinya diri saya yang positif telah 80% kembali. Sejak seminggu yang lalu, saya merasa progress kesembuhan saya berjalan sangat baik. Kabar baik dari LPDP yang menyetujui perpindahan PhD saya benar-benar mengangkat beban berat yang saya tanggung selama ini. Selain itu, obat escitalopram yang diberikan dokter juga di dobel dosisnya sehingga mempercepat pergerakan kesembuhan saya. So, here I am, jam 8 pagi waktu Auckland, menulis hal yang saya syukuri seminggu ini.

One, my health
Alhamdulillah, kondisi saya mulai membaik. Saya tidak lagi merasa mual, pingin muntah, atau melayang layang. Kondisi saya benar-benar 80% telah kembali. Ya, kadang kadang masih berat untuk bangun pagi, tapi setidaknya hati saya sudah bisa mensyukuri hal-hal kecil, kualitas diri saya yang sempat hilang akibat depresi. Penyakit ini sangat mengerikan ternyata. Saya pikir ini hanya penyakit mental yang tidak akan menyerang fisik, namun ternyata saya salah. Depresi bisa berakibat fatal pada kesehatan. Dan itu sudah saya rasakan. Saya seperti tenggelam dalam samudera kesedihan dan susah untuk berenang ke permukaan. Namun, alhamdulillah, hal itu telah 80% terlewati. Meski masih dengan dukungan obat dengan dosis dobel, namun pelan pelan dokter dan konselor akan menyesuaikan dosis ini hingga akhirnya saya bisa lepas dari obat. Setidaknya saat ini saya bisa senyum dengan hembusan angin, atau melihat langit, sesuatu yang sejak saya depresi tidak saya rasakan lagi di hati saya. Itu sebenarnya yang saya sedihkan dari depresi saya. Saya tidak sedih karena tidak bisa bangun pagi atau kepala yang berputar-putar. Saya sedih karena kehilangan kemampuan bersyukur. Itu adalah kualitas diri saya yang paling utama dalam menghadapi berbagai kesulitan dalam hidup sendiri saya. Namun, alhamdulillah, hal itu telah kembali. Kesehatan saya mulai membaik dan semoga saya siap bekerja lagi.

Two, LPDP
Ini hal kedua yang saya syukuri. Sejak minggu lalu sebenarnya, LPDP telah resmi menerima surat perpindahan jurusan yang saya ajukan. Ini sebenarnya saya lakukan di tengah kepala saya yang pusing, saya berjuang agar kehadiran saya di Auckland tidak sia sia. Saat itu saya hanya berpikir bagaimana bernegosiasi dengan sponsor yaitu LPDP agar mau membiayai saya di jurusan yang baru yaitu di education. INI JUGA UNTUNGNYA MEMILIKI DUA GELAR MASTER. Saya sengaja tebalkan dan caps lock kalimat itu, karena benar-benar saya ditolong oleh dua gelar master saya. Sekali lagi, saya melihat bahwa jika kita berilmu, maka ilmu yang akan menjaga kita. Ijazah, meski hanya selembar kertas, itu besar nilainya. Dan di Auckland sini, saya menemukan lagi the power of ilmu. Saat PhD saya tidak sesuai harapan di Kimia, saya bisa membelokkan jurusan karena saya punya gelar master pendidikan. Namun, tentu tidak cukup dengan itu saja. Saya harus punya supervisor yang baru, dan saya tidak kenal siapa siapa selain Jon. Dan dengan kepala yang pusing, mulailah saya bergerilya dengan email dari kamar saya. Mengirimkan beberapa email ke supervisor yang potensial menerima saya. Dan berkat bantuan Jon, saya menemukan seorang supervisor lagi yang ahli di bidang pendidikan kimia.
Setekah itu, apa perjuangan saya selesai? NOOO. Saya berjuang lagi menemui tiga supervisor yang berniat mewawancarai saya. Akhirnya saya memilih dua diantara tiga supervisor yang berkenan menerima saya. Hehe, bayangkan, dengan kepala depresi, saya yang memilih supervisor saya yang baru. Benar-benar pengalaman ajaib.
Apakah masalah selesai? Hoho, beluuumm. Tentu LPDP tidak akan berkenan menerima permohonan saya jika tidak ada bukti yang menyatakan bahwa kesehatan saya memang terganggu. Perlu ada alasan kuat kenapa saya memilih pindah. Lalu saya menemui dokter, konselor, Jon dan dua supervisor di education untuk menulis surat rekomendasi untuk saya. Perlu ada alasan kuat bahwa Jon selaku supervisor saya yang lama mengetahui keinginan saya untuk pindah dan menyetujui itu. Perlu ada dua supervisor baru yang siap menerima saya di education dan perlu ada bukti surat dokter dan konselor yang memperkuat alasan kepindahan saya. Dan, yes, setelah semua terkumpul, mulailah saya menulis email permohonan dengan banyak memohon maaf pada LPDP atas masalah yang terjadi di luar kontrol saya. Terus terang saya belajar ber negosiasi saat di India. Disitulah saya belajar bahwa saat ber negosiasi penting sekali untuk menyatakan semuanya dengan tertulis. Dan jika harus mundur beberapa langkah untuk maju lebih cepat dalam bernegosiasi, lakukanlah. Dan itu yang saya lakukan. Saya tidak gegabah menulis email dengan bukti kosong ke LPDP, tapi saya menulis email terstruktur, dengan alasan kuat dan bukti cukup untuk pindah.
1. Saya direkomendasi oleh Jon.
2. Saya direkomendasi oleh dokter dan konselor.
3. Saya didukung oleh dua supervisor yang baru di education.
Setelah semua siap, lalu saya upload semua dokumen itu dan menulis kalimat di akhir email saya bahwa jika memang ada rejeki saya untuk PhD maka LPDP akan menyetujui ini. Karena jujur saya benar-benar sudah pasrah akan semua hal yang telah terjadi di Auckland ini. Saya benar-benar tidak menyangka akan terkena depresi dan semua tidak berjalan sesuai yang saya harapkan. But anyway, alhamdulillah, tepat tanggal 25 April, saya menerima balasan LPDP MENYETUJUI perpindahan program studi saya. Sejak saat itu, meski beban masih banyak di pundak saya, setidaknya satu beban telah terangkat. Hari itu, Russell menelpon saya sesaat mendengar kabar itu dan kami sangat bahagia karena tahu saya tidak akan pulang lebih cepat, seperti yang kami kira sebelumnya. Alhamdulillah, meski dengan resiko tahun terakhir harus saya tanggung sendiri, setidaknya saya masih ada sponsor hingga tiga tahun ke depan.

Three, Materai
Heheh, iya materai. Siapa yang menyangka saya akan memerlukan materai untuk adendum kontrak. Murah sih, cuma dua lembar materai 6000. Tapi siapa yang punya materai di Auckland sini. Itu pertanyaaannya. Hehehe, alhamdulillah, hari Rabu pagi, saya berdoa saat shalat Dhuha dan benar-benar bersujud minta pada Allah, please kirimkan saya materai. Dan saya selalu berdoa seperti orang yang meminta langsung, tanpai pakai embel-embel bahasa Arab, malah biasanya saya campur dengan bahasa Inggris, yang penting yang nyaman buat saya saja. Hehehehe. Dan akhirnya, yay, Allah Mengirimkan materai untuk saya dari Wellington. Ada staf kedutaan yang akan bertugas ke Auckland. Alhandulillah, bahkan saya tidak perlu membayar dan hanya perlu mengganti materai itu dengan materai lagi saat kiriman dari Samarinda datang untuk saya. BEnar-benar Allah itu the true provider. Allah itu Maha Menyediakan, tepat saat kita membutuhkan.

Four, Russell Church
Ia adalah orang yang begitu mendukung saya saat depresi ini melanda. Ia rela membersihkan kamar saya, wc, dapur, saat saya benar-benar tidak bisa bergerak. Ia membawakan makanan, membesarkan hati saya, menunggui saat saya ke dokter, mengantarkan kemana pun saya perlu. Ia tidak hanya seorang yang begitu mencintai saya. Ia adalah seorang sahabat baik. Ia benar-benar menemani saya dengan kasih sayangnya. Ia, adalah orang yang harus saya syukuri keberadaannya selama saya di Auckland ini. Saya benar-benar beruntung bertemu dan ditemani seseorang yang begitu setia, begitu berkomitmen, begitu berdedikasi, begitu menyayangi tanpa syarat. Apakah saya seorang mahasiswa PhD yang sukses atau seorang yang terkena depresi, baginya yang penting adalah saya tetap saya. Nurul Kasyfita.

Five, ME, yes, ME!
Ya, diri saya ini adalah my top five of the week. Anda bisa bilang saya narsis, or whatever, yang jelas tidak mudah untuk tetap survive dan waras dengan segala hal yang telah saya alami dalam hidup. Sehingga, keberadaan diri saya yang tetap menolak untuk menyerah, tetap bisa berpikir bahkan saat keadaan benar-benar tidak mendukung, masih bisa menemukan solusi di tengah kesendirian, itu adalah anugerah yang tidak terkira. Dan meski sempat kehilangan keceriaan dan rasa syukur yang biasanya tetap ada di hati saya sejak saya terkena depresi, namun setidaknya hal itu tekah kembali saat ini dan itu yang sangat saya syukuri, alhamdulillah. Semoga Allah tetap memberkahi saya dengan otak yang tetap bisa berpikir dengan hati yang penuh syukur, dan dengan semangat juang yang tak pernah putus, amiin ya rabb.

Well, those are my top five of the week. Hanya sekedar berbagi hal kecil yang saya syukuri dalam hidup. Bukan bermaksud pamer, karena walah saya tidak punya apa apa untuk dipamerkan hehehe. Hanya sekedar berbagi tips untuk tetap bersyukur. Karena Anda yang punya jauh lebih banyak dari saya, mestinya juga bisa lebih bersyukur! Amin!

Auckland, 8 Mei 2016

-NK-

No comments:

Post a Comment