Dear Najwa.
Happy birthday. Kemarin kau genap berusia 10 tahun. Sebenarnya aku ingin menulis kemarin malam, namun apa daya energiku habis saat menangis di tempat tidurku di Unilodge. Penting bagiku untuk melepaskan tangisku setiap tanggal 17 Mei, karena selama 364 hari berikutnya aku akan selalu berusaha tampak "aku baik baik saja".
Sebenarnya tidak selamanya aku baik baik saja. Kehilangnmu itu adalah sesuatu yang sangat menyakitkan yang jika dirasakan kepedihannya akan mematikan setiap sel dalam tubuhku. Setiap kali aku ingat betapa sakitnya terpisah darimu itu, aku tidak bisa lagi bangkit. Aku menangis, dan setiap butir sel dalam tubuhku akan meraung dan ingin mati rasanya. Namun, bukankah kita tidak ingin mati konyol dengan takdir hidup? Bukankah sebagai hamba kita harus mengedepankan ikhlas, apapun takdir untuk kita. Ikhlas, itulah yang membuatku mampu menjalani hari berikutnya.
Dear Najwa,
Terus terang aku bangga padamu. Kau memang bukan anak yang sangat pintar di kelas, dan seringkali aku melihat kau di bully teman-temanmu. Kadang saat aku masih ada di sana, kau memelukku dan berkata teman-temanmu mengolok seragammu yang jelek atau kulitmu atau dirimu yang terlihat tidak punya sebanyak yang lain. You know what, itu mengiris hatiku sebenarnya. Karena seandainya semua pihak bisa berdamai lalu bertemu di titik tengah untuk kebaikan dirimu, maka kau tidak akan begitu menderita akan perpisahan ini. Jika semua pihak bisa berkepala dingin, maka aku masih bisa mengajarimu Bahasa Inggris, Matematika, IPA dan banyak pelajaranmu yang insya Allah bisa ku kuasai. Tapi yah, anakku, sekali lagi, takdir tidak berpihak pada kebersamaan kita untuk sementara ini. Jadilah kau di bully teman-temanmu karena banyak hal yang tidak kau miliki.
Tapi satu hal, sayangku, bagaimana pun mereka mem bully dirimu, jangan pernah merasa bersalah karena kau adalah dirimu. Jadilah dirimu sendiri, jadilah original, pertahankan apa yang membuatmu nyaman, dan jadilah percaya diri. Aku tak pernah memaksamu untuk pintar matematika, atau ranking 10 besar di kelas, aku paham bahwa orang berhasil tidak ditentukan dari rankingnya di kelas. Aku bangga, meski kau tidak menjuarai apapun. Aku bangga, meski kau banyak diremehkan teman-temanmu. Dan tulisan ini akan mengungkap hal apa saja yang ku banggakan darimu dari kebersamaan singkat kita tahun lalu.
Satu, keceriaanmu
Najwa, kau begitu ceria. Bagaimana pun hidup memperlakukanmu, kau bertahan dengan keceriaanmu. Kau paham bahwa aku tak lagi bersamamu dan tentu sebagai anak normal, kau merasa sedih melihat temanmu yang lain diantar jemput ibu mereka. Namun kau tidak menangis. Kau tetap bahagia dengan kesendirianmu. You know what, aku bangga padamu. Kau mewarisi kekuatanku, kau mewarisi kecuekanku. Terus terang sifat itu ada juga di diriku. Bagaimana pun orang lain menghujat aku, aku tetap memilih mencari alasan untuk bahagia. Dan kau, mewarisi itu, aku bangga pada keceriaanmu.
Pernah suatu hari kau bahkan tidak bisa menyelesaikan soal matematika, kau datang padaku dan dengan wajah kusut kau bercerita bagaimana susahnya soal itu. Lalu aku menemanimu dan kita mengerjakan soal itu bersama sama hingga selesai. Kau tetap ceria meskipun aku harus meninggalkanmu setelah jam istirahat. Kau tetap melambaikan tangan dan bersemangat mengikuti pelajaran. Itu sangat membanggakan, sayangku.
Teruslah ceria, itu adalah kualitas diri yang paling hakiki untuk menghadapi hidupmu ke depan, anakku.
Dua, kemandirianmu
Kau begitu mandiri, Najwa sayang. Itu juga membanggakanku. Aku mendnegar bahwa kau sudah bisa bikin teh sendiri, kau bisa menyiapkan bajumu sendiri, sesuatu yang biasanya ku lakukan saat aku bersamamu. Itu sangat hebat, anakku. Kau mungkin belum menemukan manfaat kemandirianmu saat ini. Namun saat kau dewasa, sifat mandiri mu ini akan memberi banyak manfaat dalam menghadapi hidup. Aku bangga padamu. Sifat mandiri itu juga ada dalam diriku dan itu membuat kita percaya diri anakku. Kau harus tetap mandiri, meski suatu saat kau menikah. Namun jangan mau dimanfaatkan laki laki, kau harus mandiri tapi juga harus tahu kapan kau harus diperlakukan sebagai seorang lady. Hormati dirimu sendiri dan kenali siapa yang berpotensi memanfaatkan kemandirianmu. Jauhi mereka dan bertemanlah dengan mereka yang akan membawamu ke arah yang baik.
Pernah suatu hari uang jajanmu habis sementara kau lapar dan aku belum datang memberimu uang. Kau lalu menemukan ide untuk membelikan teman-temanmu apa yang mereka inginkan, istilahnya kau jadi kurirnya mereka. Dan dengan usahamu itu, kau mendapatkan upah atas jasa yang kau tawarkan pada mereka. That is BRILLIANT anakku! Anak-anak yang lain belum tentu punya ide sehebat dirimu. Dan kau tidak malu jadi kurir yang penting kau bisa jajan dan itu juga halal karena disetujui teman-temanmu. I can not say I am proud enough. Kau benar-benar hebat, anakku!
Karakter seperti ini akan membuatmu survive dimanapun, dalam keadaan apapun. Kau akan bisa beradaptasi dengan kesulitan dan menemukan solusi daripada menggerutu. Itu lebih hebat dari juara matematika anakku. Kau adalah problem solver, jarang ada orang yang sepertimu.
Tiga, keikhlasanmu
Kau, Najwa adalah anak yang begitu ikhlas. Kau tidak komplain denga takdir Allah. Kau menerima bahwa kita terpisah bahwa kau hanya memiliki Bapakmu dalam hidupmu sehari-hari. Jika pun aku tak sempat menemuimu, kau tetap survive. Kau tidak menggerutu, paling paling kau bertanya "mama tadi kemana, awa nungguin lho". Cuma itu, lalu kita akan sama sama ke kantin dan membeli apa yang kau mau. Sungguh kau adalah anak yang jauh dari cengeng dan sifat menggerutu. Kau telah tumbuh jadi gadis cilik dengan segala sifat qanaahmu. Itu hebat sekali, anakku. Jarang ada anak sepuluh tahun yang begitu mandiri, begitu ceria, begitu bahagia, meski hidup tidak adil padanya. Untuk kualitas ini, aku mengagumi mu. Kau begitu ikhlas, begitu lapang, begitu bahagia. Allah SWT selalu melimpahkan kebahagiaan padamu, anakku, meski hidup tidak selalu ramah untukmu.
Empat, kehangatanmu
Meski banyak pihak menanamkan kebencian padamu, kau tetap Najwa yang hangat. Kadang aku khawatir jika dengan berjalannya waktu, kau berubah menjadi seorang yang dingin, seorang pembenci dalam hidup. Namun hingga saat ini, bagaimana pun injeksi kebencian itu di isntall ke dalam dirimu, kau tetap Najwa yang hangat. Najwa yang tetap tersenyum saat aku datang. Atau saat Nenek datang mengunjungimu. Kau tetap sopan, ramah, meski ada banyak virus kebencian yang telah ditanamkan dalam otakmu. Kau tetap hangat, penuh cinta, tetap bisa senyum dan berkata pada kawan-kawanmu bahwa aku adalah ibumu. Itu hebat sekali anakku. Ada banyak anak-anak korban perceraian yang akhirnya tumbuh dengan kebencian lalu menghujat salah satu pihak orang tua nya. Tapi kau tidak begitu. Entah bagaimana otak mungilmu itu memahami perpisahan ini, kau tetap bisa tersenyum, tetap hangat dan sopan padaku dan nenekmu. Itu adalah kualitas yang sangat membanggakan, anakku. Kau dijauhkan dari sifat amarah, benci dan kasar. Sesuai seperti doaku. Sehingga jika aku melihat pertumbuhanmu, aku selalu percaya bahwa Allah selalu menjawab doa doa ku. Aku berdoa agar kau selalu bahagia, selalu lapang, selalu hangat, selalu penuh cinta. Dan itu yang kulihat dalam dirimu. Semoga waktu tidak akan mengubahmu, anakku. Tetaplah hangat, tetaplah ceria, tetaplah lapang dengan takdir. Sungguh, itu adalah kulitas diri yang tidak semua orang berhasil mendapatkannya di dunia ini. Dan kau memiliki itu. That is why you are lucky.
Dear Najwa.
Itulah kebangaanku padamu, anakku. Kau tak perlu menjadi bintang kelas, atau jadi ahli matematika, akhlak itu yang terpenting di dunia. Jika suatu saat kau berhasil membaca tulisanku ini, meskipun saat itu mungkin aku sudah tidak ada di dunia ini, maka kau akan tahu bahwa aku selalu menemanimu dengan doaku. Aku selalu berdoa suatu saat kita akan ditakdirkan bertemu. Atau jika pun tidak, maka kau akan berkesempatan membaca tulisanku.
Tetaplah ceria anakku. Tetaplah ikhlas. Tetaplah hangat. Tetaplah mandiri. Hati hati dengan orang-orang yang akan memanfaatkanmu. Jauhi mereka tapi tak perlu membencinya. Tetaplah dengan kepercayaan dirimu anakku. Jangan balas siapapun yg membully mu. Cukup berlalu dan diam. Mereka tidak akan bertambah bahagia hanya dengan membully mu dan kau juga tidak akan kekurangan dengan bully an mereka. Percayalah, kau akan jadi wanita mandiri yang kuat dan percaya diri. Kepahitan hidup ini tidak akan menjadikanmu patah. Kau akan tumbuh. Insya Allah.
Aku menyayangimu. Sangat menyayangimu.
Love,
-Me-
Happy birthday. Kemarin kau genap berusia 10 tahun. Sebenarnya aku ingin menulis kemarin malam, namun apa daya energiku habis saat menangis di tempat tidurku di Unilodge. Penting bagiku untuk melepaskan tangisku setiap tanggal 17 Mei, karena selama 364 hari berikutnya aku akan selalu berusaha tampak "aku baik baik saja".
Sebenarnya tidak selamanya aku baik baik saja. Kehilangnmu itu adalah sesuatu yang sangat menyakitkan yang jika dirasakan kepedihannya akan mematikan setiap sel dalam tubuhku. Setiap kali aku ingat betapa sakitnya terpisah darimu itu, aku tidak bisa lagi bangkit. Aku menangis, dan setiap butir sel dalam tubuhku akan meraung dan ingin mati rasanya. Namun, bukankah kita tidak ingin mati konyol dengan takdir hidup? Bukankah sebagai hamba kita harus mengedepankan ikhlas, apapun takdir untuk kita. Ikhlas, itulah yang membuatku mampu menjalani hari berikutnya.
Dear Najwa,
Terus terang aku bangga padamu. Kau memang bukan anak yang sangat pintar di kelas, dan seringkali aku melihat kau di bully teman-temanmu. Kadang saat aku masih ada di sana, kau memelukku dan berkata teman-temanmu mengolok seragammu yang jelek atau kulitmu atau dirimu yang terlihat tidak punya sebanyak yang lain. You know what, itu mengiris hatiku sebenarnya. Karena seandainya semua pihak bisa berdamai lalu bertemu di titik tengah untuk kebaikan dirimu, maka kau tidak akan begitu menderita akan perpisahan ini. Jika semua pihak bisa berkepala dingin, maka aku masih bisa mengajarimu Bahasa Inggris, Matematika, IPA dan banyak pelajaranmu yang insya Allah bisa ku kuasai. Tapi yah, anakku, sekali lagi, takdir tidak berpihak pada kebersamaan kita untuk sementara ini. Jadilah kau di bully teman-temanmu karena banyak hal yang tidak kau miliki.
Tapi satu hal, sayangku, bagaimana pun mereka mem bully dirimu, jangan pernah merasa bersalah karena kau adalah dirimu. Jadilah dirimu sendiri, jadilah original, pertahankan apa yang membuatmu nyaman, dan jadilah percaya diri. Aku tak pernah memaksamu untuk pintar matematika, atau ranking 10 besar di kelas, aku paham bahwa orang berhasil tidak ditentukan dari rankingnya di kelas. Aku bangga, meski kau tidak menjuarai apapun. Aku bangga, meski kau banyak diremehkan teman-temanmu. Dan tulisan ini akan mengungkap hal apa saja yang ku banggakan darimu dari kebersamaan singkat kita tahun lalu.
Satu, keceriaanmu
Najwa, kau begitu ceria. Bagaimana pun hidup memperlakukanmu, kau bertahan dengan keceriaanmu. Kau paham bahwa aku tak lagi bersamamu dan tentu sebagai anak normal, kau merasa sedih melihat temanmu yang lain diantar jemput ibu mereka. Namun kau tidak menangis. Kau tetap bahagia dengan kesendirianmu. You know what, aku bangga padamu. Kau mewarisi kekuatanku, kau mewarisi kecuekanku. Terus terang sifat itu ada juga di diriku. Bagaimana pun orang lain menghujat aku, aku tetap memilih mencari alasan untuk bahagia. Dan kau, mewarisi itu, aku bangga pada keceriaanmu.
Pernah suatu hari kau bahkan tidak bisa menyelesaikan soal matematika, kau datang padaku dan dengan wajah kusut kau bercerita bagaimana susahnya soal itu. Lalu aku menemanimu dan kita mengerjakan soal itu bersama sama hingga selesai. Kau tetap ceria meskipun aku harus meninggalkanmu setelah jam istirahat. Kau tetap melambaikan tangan dan bersemangat mengikuti pelajaran. Itu sangat membanggakan, sayangku.
Teruslah ceria, itu adalah kualitas diri yang paling hakiki untuk menghadapi hidupmu ke depan, anakku.
Dua, kemandirianmu
Kau begitu mandiri, Najwa sayang. Itu juga membanggakanku. Aku mendnegar bahwa kau sudah bisa bikin teh sendiri, kau bisa menyiapkan bajumu sendiri, sesuatu yang biasanya ku lakukan saat aku bersamamu. Itu sangat hebat, anakku. Kau mungkin belum menemukan manfaat kemandirianmu saat ini. Namun saat kau dewasa, sifat mandiri mu ini akan memberi banyak manfaat dalam menghadapi hidup. Aku bangga padamu. Sifat mandiri itu juga ada dalam diriku dan itu membuat kita percaya diri anakku. Kau harus tetap mandiri, meski suatu saat kau menikah. Namun jangan mau dimanfaatkan laki laki, kau harus mandiri tapi juga harus tahu kapan kau harus diperlakukan sebagai seorang lady. Hormati dirimu sendiri dan kenali siapa yang berpotensi memanfaatkan kemandirianmu. Jauhi mereka dan bertemanlah dengan mereka yang akan membawamu ke arah yang baik.
Pernah suatu hari uang jajanmu habis sementara kau lapar dan aku belum datang memberimu uang. Kau lalu menemukan ide untuk membelikan teman-temanmu apa yang mereka inginkan, istilahnya kau jadi kurirnya mereka. Dan dengan usahamu itu, kau mendapatkan upah atas jasa yang kau tawarkan pada mereka. That is BRILLIANT anakku! Anak-anak yang lain belum tentu punya ide sehebat dirimu. Dan kau tidak malu jadi kurir yang penting kau bisa jajan dan itu juga halal karena disetujui teman-temanmu. I can not say I am proud enough. Kau benar-benar hebat, anakku!
Karakter seperti ini akan membuatmu survive dimanapun, dalam keadaan apapun. Kau akan bisa beradaptasi dengan kesulitan dan menemukan solusi daripada menggerutu. Itu lebih hebat dari juara matematika anakku. Kau adalah problem solver, jarang ada orang yang sepertimu.
Tiga, keikhlasanmu
Kau, Najwa adalah anak yang begitu ikhlas. Kau tidak komplain denga takdir Allah. Kau menerima bahwa kita terpisah bahwa kau hanya memiliki Bapakmu dalam hidupmu sehari-hari. Jika pun aku tak sempat menemuimu, kau tetap survive. Kau tidak menggerutu, paling paling kau bertanya "mama tadi kemana, awa nungguin lho". Cuma itu, lalu kita akan sama sama ke kantin dan membeli apa yang kau mau. Sungguh kau adalah anak yang jauh dari cengeng dan sifat menggerutu. Kau telah tumbuh jadi gadis cilik dengan segala sifat qanaahmu. Itu hebat sekali, anakku. Jarang ada anak sepuluh tahun yang begitu mandiri, begitu ceria, begitu bahagia, meski hidup tidak adil padanya. Untuk kualitas ini, aku mengagumi mu. Kau begitu ikhlas, begitu lapang, begitu bahagia. Allah SWT selalu melimpahkan kebahagiaan padamu, anakku, meski hidup tidak selalu ramah untukmu.
Empat, kehangatanmu
Meski banyak pihak menanamkan kebencian padamu, kau tetap Najwa yang hangat. Kadang aku khawatir jika dengan berjalannya waktu, kau berubah menjadi seorang yang dingin, seorang pembenci dalam hidup. Namun hingga saat ini, bagaimana pun injeksi kebencian itu di isntall ke dalam dirimu, kau tetap Najwa yang hangat. Najwa yang tetap tersenyum saat aku datang. Atau saat Nenek datang mengunjungimu. Kau tetap sopan, ramah, meski ada banyak virus kebencian yang telah ditanamkan dalam otakmu. Kau tetap hangat, penuh cinta, tetap bisa senyum dan berkata pada kawan-kawanmu bahwa aku adalah ibumu. Itu hebat sekali anakku. Ada banyak anak-anak korban perceraian yang akhirnya tumbuh dengan kebencian lalu menghujat salah satu pihak orang tua nya. Tapi kau tidak begitu. Entah bagaimana otak mungilmu itu memahami perpisahan ini, kau tetap bisa tersenyum, tetap hangat dan sopan padaku dan nenekmu. Itu adalah kualitas yang sangat membanggakan, anakku. Kau dijauhkan dari sifat amarah, benci dan kasar. Sesuai seperti doaku. Sehingga jika aku melihat pertumbuhanmu, aku selalu percaya bahwa Allah selalu menjawab doa doa ku. Aku berdoa agar kau selalu bahagia, selalu lapang, selalu hangat, selalu penuh cinta. Dan itu yang kulihat dalam dirimu. Semoga waktu tidak akan mengubahmu, anakku. Tetaplah hangat, tetaplah ceria, tetaplah lapang dengan takdir. Sungguh, itu adalah kulitas diri yang tidak semua orang berhasil mendapatkannya di dunia ini. Dan kau memiliki itu. That is why you are lucky.
Dear Najwa.
Itulah kebangaanku padamu, anakku. Kau tak perlu menjadi bintang kelas, atau jadi ahli matematika, akhlak itu yang terpenting di dunia. Jika suatu saat kau berhasil membaca tulisanku ini, meskipun saat itu mungkin aku sudah tidak ada di dunia ini, maka kau akan tahu bahwa aku selalu menemanimu dengan doaku. Aku selalu berdoa suatu saat kita akan ditakdirkan bertemu. Atau jika pun tidak, maka kau akan berkesempatan membaca tulisanku.
Tetaplah ceria anakku. Tetaplah ikhlas. Tetaplah hangat. Tetaplah mandiri. Hati hati dengan orang-orang yang akan memanfaatkanmu. Jauhi mereka tapi tak perlu membencinya. Tetaplah dengan kepercayaan dirimu anakku. Jangan balas siapapun yg membully mu. Cukup berlalu dan diam. Mereka tidak akan bertambah bahagia hanya dengan membully mu dan kau juga tidak akan kekurangan dengan bully an mereka. Percayalah, kau akan jadi wanita mandiri yang kuat dan percaya diri. Kepahitan hidup ini tidak akan menjadikanmu patah. Kau akan tumbuh. Insya Allah.
Aku menyayangimu. Sangat menyayangimu.
Love,
-Me-
No comments:
Post a Comment