Saturday 9 April 2016

WHAT'S MEANT TO BE: THE ENGAGEMENT STORY

Hello everyone. Good morning.

Hari ini hari minggu, meski saya masih juga belum sehat sepenuhnya, saya mencoba menulis. Kali ini tulisannya tentang WHAT'S MEANT TO BE. Alias takdir.

Seperti yang Anda tahu, saat ini saya sedang di Auckland, NZ untuk mengikuti program doktoral di bidang kimia organik sintesis. Luar biasa perjuangan dan perjalanan yg telah saya lewati untuk tiba disini. Dengan kesulitan keuangan tahun lalu itu, saya berjuang bekerja di dua tempat sambil merangkai rencana demi rencana untuk berangkat sekolah. Saya bekerja tanpa kenal lelah mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk biaya hidup saya, sedikit untuk orang tua saya, Najwa dan beberapa tiket pesawat dan akomodasi untuk mengikuti berbagai seleksi beasiswa dan visa. Dan yah, saya lulus 2 beasiswa sekaligus, LPDP dan NZAS. Namun saya berangkat dengan beasiswa LPDP kesini.

Saat itu, sepertinya takdir sudah jelas. Saya akan menghabiskan 4 tahun hidup saya di NZ untuk mengikuti program doktoral. Namun, benar-benar tidak disangka begitu terjalnya jalan yg harus saya lewati disini. Awal saya datang, semua masih ramah, semua masih mengajari, meski dengan kecepatan mereka dan kadang saya pun masih tidak menangkap apa yg mereka ajarkan. Dengan tekanan pekerjaan dari Jon, supervisor saya, seorang yg sangat perfeksionis dan ingin kami bekerca cepat tapi juga tepat. Dan hari demi hari saya semakin merasakan siksaan di lab itu. Awalnya hanya dari Jon, karena ia ingin saya bekerja lebih cepat, lalu dari teman teman satu lab. Itu benar-benar menekan dan menyakiti saya. Sejak januari saya pulang dengan menangis sendirian di kamar. Entah karena dimarahi Jon, reaksi yg kacau, NMR reading yg buruk, atau dibentak dan ditertawakan teman satu lab, atau bahkan kombiansi semuanya. Saya merindukan hidup saya yg dulu. Bekerja di EF, bertemu mahasiswa dan siswa, diterima dan tdk dianggap lamban, bodoh atau menjengkelkan.

Dan ternyata takdir lain menunggu saya. Takdir yang sebenarnya seringkali saya hindari. Entah mengapa, sejak saya memilih sendiri, saya selalu didekati laki laki. Namun umumnya mereka akan lari tunggang langgang saat tahu masa lalu saya yang kelam. Jarang sekali ada diantara mereka yg memilih bertahan dengan saya. Entah karena pribadi saya yg rumit, atau karena masa lalu saya yg memang sulit untuk diterima. Beberapa ada yg melamar, bahkan saat saya di India, namun kesungguhan mereka biasanya saya ragukan. Umumnya mereka tidak mampu bertahan dengan saya dan akhirnya berlalu begitu saja.

It takes a strong man to handle a broken woman. Itu benar sekali. Perlu seorang pejantan tangguh untuk bisa terus mengejar saya dan meyakinkan saya bahwa ia serius dengan saya. Dan itu yg tidk saya sangka terjadi di NZ. Terus terang saya tidak pernah berniat menarik perhatian laki laki. Ya, saya berdandan, pakai baju yg sopan dan rapi, tapi tidak ada niat sedikitpun untuk menarik perhatian. Saya cenderung cuek, tidak akan menegur jika tidak ditegur, tapi jika mereka menegur saya akan membalas dengan sopan. Dan datanglah ia, si bule yg bernama Russell yg sedari awal sdh begitu menunjukkan ketertarikannya pada saya. Namun saya tidak percaya dan masih terus menghindar. Satu, saya malas melibatkan orang lain dalam hidup saya yg rumit, dua, karena saya paham betapa beratnya keluarga Banjar saya menerima bule western seperti dia untuk masuk dalam keluarga kami. Apa coba kata tetangga, apa kata sepupu, ah, sudahlah, saya bingung kalau sudah memikirkan ini.

But you know,  what's meant to be. Takdir itu tidak akan bisa dihindari. Dan here I am, tinggal seminggu lagi menuju ke pertunangan saya dg si bule. Hari ini cincin saya rencananya akan diambil dan disiapkan. Ia juga sedang mempersiapkan lamaran romantis antara kami berdua sebelum bertemu keluarganya minggu depan. Bukankah ini sesuatu yg sangat tdk saya sangka tapi akhirnya terjadi juga. Saya sudah mengabarkan ini pada keluarga saya, namun saya masih bingung dengan penerimaan Abah saya. Saya paham apa yg beliau pikirkan. Siapa yg akan pindah. Bagimana kami mengkompromikan perbedaan dua negara ini. Jika saya yg pindah bagiaman dengan tanggung jawab saya di Indonesia. Jika ia yg pindah, akan sampai berapa lama di Samarinda. Saat ini rencana kami berdasarkan negosiasi alot adalah, ia akan mengikuti saya hingga lima tahun, lalu kembali ke Auckland dan menetap disini hingga tua. Saya juga sudah sepakat untuk berpindah kewarganegaraan menjadi a kiwi. Tapi mungkin itu akan terjadi saat saya sudah tinggal dan menetap di Auckland. Tapi lihatlah, bagaimana semua cerita yg tdk disangka bisa terjadi. Awal datang hendak S tiga eh malah dilamar jadi istri. Awal datang hendak bertahan 4 tahun, eh mungkin harus pulang lebih cepat dan kemudian kembali lagi dan menetap lebih lama. Heh, benar-benar tidak disangka.

Tapi itulah takdir. Kita semua hanya bisa berusaha terbaik yg kita bisa. Mengenai hasil dari usaha kita itu Allah yg menentukan melalui takdirNya. Proses pertunangan dan pernikahan ini pun masih tanda tanya apakah kami bisa bersatu dan akhirnya bersama. Karena kita tidak akan pernah tahu apa yg akan terjadi di depan sana. Mungkin kenjutan lain telah menunggu saya, atau bahkan hal lain yg akan terjadi. Allah lah penentuNya.

So, jika sesuatu bukan takdir kita, bagaimana pun dikejar, sekuat apapun kita berusaha, itu tidak akan jadi takdir kita. Namun jika itu memang sdh menjadi takdir kita, sekuat apapun kita menghindar, menjauh maka akhirnya akan terjadi juga.

Saya telah belajar banyak tentang hal ini. Kegagalan sekolah saya saat di farmasi, lalu perceraian saya, lalu kehilangan Najwa, lalu berangkat ke Auckland, kena depresi dan akhirnya berencana menikah lagi, hanyalah gambaran betapa up and down hidup yg saya jalani. Namun sekali lagi, what's meant to be. Apa yg telah ditakdirkan untuk kita, pasti terjadi. Dan apa yg tidak, pasti tidak akan terjadi.

Selamat hari minggu. Stay happy and healthy.

Auckland, 10 April 2016

-NK-


Sunday 3 April 2016

Auckland, aku mengizinkanmu menemaniku... (the proposals story from Auckland)

Auckland, April 2016

Dear you.

Ini adalah postingan dari orang yang tidak bisa tidur lalu akhirnya memutuskan menulis di blognya. Mungkin karena segelas cola yg kita share tadi sore, mungkin karena kerumitan yg kini mengeliling hidup, mungkin karena rencana masa depan kita begitu exciting dan membuat aku tak bisa tidur karenanya. Entahlah, yang jelas, here I am typing in front of my laptop, almost midnight in Auckland time.

Aku ingin menulis bahwa aku bahagia bersamamu. Terlepas dari kerumitan yg mengelilingi hidupku, kau memberikan rumah untuk jiwaku yg tak pernah beristirahat sejak aku kehilangan kapal rumah tanggaku. Kau menerima masa laluku, berusaha membuatku bahagia, kau melamarku berkali-kali, hingga akhirnya aku menerima mu.

Saat ini sebenarnya aku bingung apa rahasia Allah mengirimku kesini. My PhD kelihatannya tidak berjalan baik, meski bagaimanapun aku berusaha. Dan entah mengapa aku memulai semua perjalanan PhD ku itu tahun lalu. Lalu tiba tiba merubah rencana keberangkatanku dari Februari 2016 menjadi Oktober 2015 yang akhirnya membuat aku transit di Rockland. Seandainya aku berangkat Februari 2016, aku pasti akan langsung masuk unilodge dan tidak akan pernah transit di Rockland. Dan entah mengapa juga, di minggu ketiga aku disana, aku memasak untuk buka puasaku dan kau menemukanku disana. Di dapur, saat kau juga sedang memasak.

Sejak saat itu, kau mengejarku, dan perlu ku akui kau adalah pemburu ulung. Kau begitu fokus dengan buruanmu dan aku hampir hampir tidak mampu menolak berbagai tawaranmu. Entah hanya sekedar berbagi kue, belanja bersama ke supermarket, atau pun hal lain seperti mengunjungi tempat tempat di Auckland atau menjemputku dari kampus. Kupikir saat itu kau mesti berpikir sedang memburu seorang perawan, karena aku tak pernah membuka sisi gelap hidupku pada orang lain, terutama laki laki. Tidak, aku tidak malu atas status sendiriku, namun aku tidak mau lelaki iseng memanfaatkanku dan menganggapku wanita jablay yg murahan dan bisa diajak apa saja. Well, sebagai wanita sendirian, aku harus bisa menjaga diriku.

Tiga minggu setelah kita berkenalan di dapur itu, kau sudah melamarku melalui guru mengajimu. Aku marah saat itu. Aku pikir kau pasti lelaki tua yg kesepian dan mengira bisa mendapatkan seorang wanita Indonesia dengan lamaran murahan. Aku bahkan mem blok guru mengajimu dari facebookku, namun akhirnya aku sadar bahwa kau benar-benar ingin menghabiskan sisa hidupmu, menemaniku.

Lalu tibalah malam saat Jon habis habisan memarahiku di lab.Aku menangis di mobil saat kau menjemputku. Aku ingat Najwa dan rindu sekali padanya malam itu. Saat itu aku berterus terang padamu tentang masa laluku. Kau terkejut dan kupikir kau pasti lari dari perburuanmu. Kau akan menyesal telah menghabiskan waktumu mengejar seorang perempuan yg ternyata punya masa lalu kelam. Namun, aku salah. Kau memilih tetap bersamaku, melamarku lagi malam itu, dan memohon aku untuk menerimamu.

Lalu kau membawaku naik helikopter di sekitar Sky Tower. Kau juga melamarku di helikopter itu. Tapi masih dengan rikuh, aku menolaknu dan mengatakan bahwa aku masih nyaman sendiri dan aku tidak ingin melibatkan siapa pun dalam kerumitan hidupku. Hidupku rumit, itu benar sekali. Dan perlu seseorang yg berhati besar dan mulia untuk menerimaku lengkap dengan paket rumit di belakangku. Ah, betapa aku begitu besar hati menerimaku.

Kau melamarku lagi di Hobbiton, lalu setiap saat kita bersama, kau pasti menyelipkan betapa indahnya jika aku mengizinkanmu menemaniku. Aku masih terus menolak meskipun kau selalu berhasil membuatku tersipu malu saat kau mengatakan betapa menawannya aku di matamu.

Hingga aku masuk rumah sakit. Disitu pula, kau masih berusaha melamarku. Aku masih tak mau mengizinkanmu, aku masih berusaha kuat, meskipun aku akui perjuanganku di Auckland mulai menanjak dan aku mulai lelah dengan segala hal yang menekanku di lab. Yang aku takjub adalah keyakinanmu bahwa aku, adalah takdir Allah untuk mu. Atas keislaman mu, aku adalah kado Allah untukmu. How can you be so sure?

Hingga akhirnya aku jatuh dalam depresi ini. Dengan segala kekuatanmu, kau melamarku lagi. Dan akhirnya aku mengiyakanmu. Aku menerima mu dan kau begitu bahagia saat itu. Dan mulailah rencana masa depan itu kita rancang, meski dengan segala kerumitan yang mengelilingiku.

Yang membuatku terharu adalah, kau begitu memuliakanku seolah olah aku adalah perawan suci yang turun dari surga. Hari ini kau membawaku mencari cincin indah untuk jari manisku. Sepotong berlian bertahta disana, lengkap dengan berlian mungil di sekelilingnya. Kau habiskan hampir 20 juta rupiah untuk cincin itu. Ah, bahkan si pramuniaga pun begitu terharu saat mengetahui betapa kau menabung untuk membelikanku cincin yg sesuai dengan kehendakku. Itu pun saat aku memilih yang murah, kau menyuruhku memilih yg lebih mahal, karena anggaranmu belum melewati apa yg kupilih. Setelah itu kau masih memikirkan bagaimana suasana yg sesuai untukmu berlutut untukku di hadapan orang banyak agar aku tahu itulah cara seorang westerner memuliakan wanitanya. Aku masih belum tahu kejutan apa yg menantiku beberapa minggu ke depan, namun kau berjanji akan memberikanku lamaran yg jauh lebih romantis dari yg sudah kau lakukan untukku. Ah, Barokah Allah untukmu, my lovely old man, terima kasih telah begitu memuliakanku, membanggakanku meskipun aku gagal dalam sekolahku, membahagiakan wanita yg telah berjuang begitu lama sendiri.

Dan malam ini, aku tak bisa tidur lagi memikirkan betapa hebatnya kisah hidupku dirancang Allah SWT. Bertemu Jon melalui email, dibawa ke Auckland untuk PhD, dan malah bertemu denganmu, dan kita sedang merencanakan masa depan hebat bersama. Aku bahkan sudah mulai terbuka untuk memiliki bayi lagi bersamamu. Kau, begitu membahagiakanku. Terima kasih.

Dan dengan ini, Auckland, aku mengizinkanmu menemaniku. Aku ingin hidup bersamamu. Kau adalah lelaki romantis hebat yg pernah kutemui dalam hidup. Dalam sehari, jarang sekali kau memanggilku dengan namaku. Kau selalu memanggilku dengan SWEETHEART, DARLING, BABY, atau MY LOVE. Dan aku begitu kagum dengan cara bercanda khas western yg kau punya, yg membuatku bisa melupakan keteganganku. Dan hampir setiap malam, kau menelponku, sebelum kau tidur disana dan minta aku mendoakanmu. Kau berterima kasih padaku hampir setiap detik, karena aku mencintaimu, kau minta maaf malam ini jika cicnin yg kau belikan belum memenuhi seleraku dan kau masih berharap kau bisa membelikan yg lebih besar. Ah, bagaimana aku tak mencintaimu?

Malam ini, Auckland, aku nyatakan aku mencintaimu. Aku mengizinkanmu menemaniku. Dengan segala kerumitanku, maka mari kita bersama mengarungi hidup ini. Tua bersama, berlibur di tempat-tempat yg sudah kita rencanakan. Dan jika PhD ini tidak berhasil juga, maka ku tunggu kau menjemputku disana. Di sebuah tempat ribuan km jauhnya dari asalmu. Saat kita akan bertemu kembali dan merencanakan seremoni indah untuk kita berdua dihadapan keluargaku.

Auckland, I love you. Aku, mencintaimu.

With love,

-NK-

Friday 1 April 2016

Reasons to stay grateful

Dear Everyone.

Well, hidup memang sedang tidak mudah untuk saya saat ini. Di tengah perjuangan saya melawan sakit kepala, mual, muntah di negara orang ini, saya juga dihadapkan dengan kegagalan PhD saya di kimia dan kemungkinan transfer ke Pendidikan Kimia yang masih belum jelas arahnya. Intinya saya sekarang sedang dalam kepusingan dan kebingungan. Jon, selaku supervisor saya, telah nyata-nyata mengontak supervisor di bidang pendidikan dan mereka telah bertemu saya dan bersedia menerima saya. Namun jalan untuk kesana juga masih belum jelas karena menunggu izin LPDP selaku penyandang dana. Jadilah saya dalam kebingungan, di tengah pengobatan depresi saya yang masih membuat kepala saya sakit dan mual atau muntah kadang kadang. Plus, no energy. Hanya bekerja sedikit saja, saya telah begitu kelelahan. Dan, saya jauh dari keluarga, jauh dari orang-orang yg mengenal saya, dan saya sakit saat ini.

Tapi tetap selalu ada alasan untuk bersyukur. Itu yg selalu saya tumbuhkan dalam hati saya. Seberat apapun masalah saya, saya harus menemukan cara bahwa masih ada alasan untuk tetap bersyukur. Here are some of the reasons:

1. Life
Saya masih bersyukur saya masih hidup, masih ingat dengan diri saya, dan meskipun otak saya sedang kelelahan saat ini, saya masih ingat dimana saya, siapa saya. Karena mungkin saja ada pagi dimana saya bisa bangun tanpa ingat apa apa lagi, itu menurut dokter yang merawat saya, jika saya terus memaksa otak saya untuk berpikir dan melawan penyakit ini. Jadi hidup dan bangun dengan tetao waras, itu adalah hal yg harus saya syukuri hingga hari ini.

2. Him
Orang yg masih merawat saya disini. Ia adalah orang yg begitu setia merawat dan mendorong kesembuhan saya meski dalam keadaan terburuk sekalipun. Ia selalu optimis, saya akan kembali ke saya yang dulu meskipun saya sudah tidak yakin lagi akan kembali seperti dulu. Ia terus menenangkan saya, membawa saya jalan untuk mencari tempat makan yang bisa membuat saya sedikit bernafsu makan, atau memenuhi kulkas saya dengan bahan makanan agar saya tidak kelaparan. Meskipun saya tidak bernafsu makan. Ia mengantarkan saya ke dokter, membei saya semangat meskipun saya sudah benar-benar loyo dengan hidup ini.

Ia benar-benar membuktikan janjinya. Ia tidak meninggalkan saya, ia bersama saya melewati ini. Ia yang memanggil saya dengan panggilan sayang Darling, Sweetheart, Honey, Gorgeous, ah, ia benar-benar seseorang yg memberikan saya semangat dan alasan untuk tetap melanjutkan hidup. Meski saya tidak se sukses kemarin lagi.

Ia yang menjadikan kebahagiaan saya sebagai misinya. Saya seringkali tersentuh dengan perhatiannya. Misalnya saat ia melihat sesuatu yg akan membuat saya senang di TV, ia akan mencarikan barang tersebut agar saya bisa happy. Atau saat ia rela berkeliling Auckland untuk mencarikan saya makanan yg saya suka. Atau saat menelpon saya, ia akan bertanya makanan apa lagi yg saya inginkan selain yg sudah saya pesan. Selalu, ia akan melebihkan apapun yg saya minta padanya. Saya merasa begitu berharga di matanya. Tidak termasuk caranya dengan bangga memperkenalkan saya pada keluarganya dan membuat saya merasa diterima.

Orang ini, yang berjanji akan membawa saya kembali ke Auckland, jika saya pulang lebih cepat.

3. Unilodge
Saya sangat bersyukur dengan tempat ini. Meskipun sewanya lumayan tinggi, namun dengan fasilitas yg mereka sediakan, saya sungguh merasa tertolong saat sakit seperti ini. Saya tidak bisa membayangkan, harus antri ke wc saat saya muntah, atau harus keluar kamar seperti saat saya di hostel. Alhamdulillah, saya punya kamar ini untuk sementara waktu, sehingga saya tidak harus keluar kamar saat muntah. Saya bisa tetap nyaman di dalam kamar dan toilet selalu tersedia untuk saya, kapanpun saya muntah. Unilodge dan segala fasilitasnya adalah hal yg benar-benar harus saya syukuri dalam hidup ini.

4. You
Ya, Anda semua yg mendoakan saya. Doa Anda adalah energi buat saya. Saya mungkin tidak akan bangun dengan waras jika Anda semua tidak mendoakan saya. Saya masih hidup dan masih bisa bergerak ini salah satunya adalah karena doa Anda, doa keluarga saya dan orang-orang yg begitu perduli dengan perjuangan dan kegigihan saya dalam hidup. Saya bukan orang kaya, semua orang tahu hal itu. Namun, memiliki banyak orang dari berbagai belahan dunia mendoakan saya yg sedang sakit ini, itu adalah anugerah yg sangat besar. Saya tidak akan bisa tetap tegar tanpa dorongan semangat dari Anda semua dari berbagai kalangan usia dan dari berbagai belahan dunia untuk saya. Untuk itu, Anda dan doa yang Anda panjatkan untuk saya, adalah hal yg harus saya syukuri. Terima kasih untuk seluruh doa itu, untuk seluruh kepedulian itu. Saya, adalah berkah kemurahan hati Anda, mendoakan saya.

Well, those are my reasons to stay grateful. Alasan untuk tetap bersyukur. Semoga hari ini barokah untuk kita semuanya, dan tulisan ini membawa manfaat bagi siapapun yang membacanya. Dari pembaringan saya di Unilodge, saya mendoakan kita semua, agar selalu menjadi hambaNya yang mampu bersyukur...

Auckland, 2 April 2016,

-NK-