Friday 19 May 2017

A WOMAN WITH VICTORY: BANGKIT, INI 20 MEI!


Masih gelap di Auckland saat ia mulai mengetik di tuts keyboardnya. Sambil menikmati sunrise yang muncul malu malu di ufuk timur sana, ia mulai menulis kalimat demi kalimat, menyalurkan hobby menulisnya.
Ia bersyukur. Ada banyak rahmat Allah yang dirasakannya sejak ia memilih hidup sendiri. Di kota besar ini, ia hidup di sebuah apartemen keren dari kampus, ia masih mampu bayar sewa, masih mampu menabung dan masih mampu menjalankan PhD dan pekerjaannya. Kadang ia tak percaya betapa kuatnya ia bekerja. Entah karena ia ingin kebal dari luka atau hanya karena ia memang gila kerja. Dan satu yang ia syukuri, ia tak gengsi dengan pekerjaan. Bukan hanya karena ia seorang dosen di negaranya, ia lalu pilih pilih hal apa yang ia hendak kerjakan. Ia juga menghargai proses. Ia tak suka langsung pakai shortcut, apalagi pakai koneksi sana sini, pakai backing an, diterima hanya karena ia kenal dengan pejabat A atau karena anaknya si B. No, ia lebih suka membangun dinasti dengan tangannya sendiri. Hingga saat ini pun, meski ia sudah punya seorang laki-laki yang menemani, ia tetap bekerja keras. Mengumpulkan dollar demi dollar untuk tuition fee PhDnya. Karena seperti yang ia pernah bilang ke laki-laki itu “this is my PhD and only MINE”. Ia tidak ingin di belakang nanti ada yang menyebut nyebut jasa karena sudah membantunya membayar SPP PhD nya. Nope, lebih baik bekerja keras, berhemat, agar bisa tetap menabung, mengumpulkan dana untuk PhDnya ketimbang di kemudian hari disebut-sebut.
Ia juga bersyukur ia tak hilang iman hingga saat ini. Meski ia sudah merantau ke beberapa negara dengan islam sebagai minoritas, ia tetap teguh dengan amalan subuh nya, amalan maghribnya, tetap khusyuk tengah malam saat orang lain lelap dalam tidurnya, tetap kasak kusuk shalat dhuha, shalat hajat, tetap kasak kusuk sholat 5 waktu diantara jadwal kerjanya. Dan tak pernah menyalahkan Allah atas takdir hidup yang menimpanya. Ia tak pernah hilang keyakinan bahwa Allah Maha Baik dan akan selalu Memberi yang terbaik untuk hamba-Nya. Dalam kondisi seperti dirinya yang selalu disalahkan lingkungan, sebenarnya mudah saja jika ingin hilang iman, buka jilbab, minum, atau nge drugs, hanya sekedar melepaskan luka dan mengkonfirmasi penghakiman lingkungan terhadapnya. Mudah kan, bilang aja pada lingkungan, YES I AM A BAD GIRL dengan brutally melakukan hal yang tak semestinya dilakukan mereka yang mengaku beriman.  Tapi NO, dimanapun ia berada, maghrib ia selalu sudah di rumah, aman, terhindar dari kriminal ataupun ancaman di luar sana.
Ia ingat saat dulu di kos ia tidur dengan pisau di bawah bantalnya. So jika ada pencuri mendobrak pintu kamarnya, ia siap mempertahankan dirinya. Ia juga (dulu) sering membawa larutaan asam yang ia simpan di botol parfum dan diselipkannya di kaos kaki. Jika ada apa apa di jalan, ia selalu bisa menyemprotan asam itu ke siapapun yang hendak membahayakannya. Akhirnya asam itu diambil oleh teman-temannya saat ia di sains dan diyakinkan bahwa ia aman di New Zealand. Hehe, nyengir sendiri ingat hal itu. Tapi itulah, ia harus realistis. Dunia ini bukan cerita negeri dongeng. Ada banyak orang yg suka ngibulin, suka memanfaatkan, orang-orang jahat yang tak segan menyakiti, belum termasuk mereka yang kejam, terlihat baik padahal menikam. Yeah, ia sudah biasa dengan IT’S A REAL WORLD itu. Dan ia selalu realistis dan siap akan segala kemungkinan. Waspada, jaga diri. Tidak ingin menyakiti orang lain tapi juga tak ingin disakiti.
Hari ini tanggal 20 Mei, hari Kebangkitan Nasional di negaranya. Dan menandai hari ini, ia menulis beberapa momentum kebangkitannya. Ada banyak sekali momen dimana ia di knock out oleh hidup tapi ia selalu berusaha BANGKIT lagi. Ia tak patah semangat, meski sendiri saat itu. Bayangkan, di tahun 2012, hidupnya diporak porandakan oleh seorang laki-laki yang dulu ia cintai tapi kini jadi seteru abadi. Nama baiknya dihancurkan, kariernya dirusak, anaknya diambil, harta yang ia punya diambil tanpa jelas pembagiannya, buku-bukunya tak bisa ia ambil, bahkan ijazahnya hampir tak dikembalikan, intinya ya MENANG SENDIRI. Laki-laki itu telah membuat HIS OWN LAW tanpa pengadilan. Dan ia Cuma terhenyak betapa manusia bisa begitu kejamnya bagaimana pun ia telah mengabdikan dirinya. Saat ia tak lagi mau menuruti keinginannya, maka hanya luka dan tikaman yang akan diterimanya.
Yes ia hancur. Lebur saat itu. Ia menghilang ke India. Meski masih terus menerus bertanya kenapa ia Dibawa Allah kesana, ia tetap tawakkal. Tak pernah hilang keyakinan bahwa ini adalah yang terbaik. Dan ternyata negara itu telah mengajarinya BANYAK HAL. Ia belajar kuat, belajar negosiasi, untuk pertama kalinya ia merasa I AM PRETTY, ia masih ingat saat pertama kali mencoba jeans saat seorang kawan dari Rwanda membawanya shoping di mall, ia menjerit “Jeanette, my legs are shown”. Lalu si Rwanda itu bertanya “Shown where? It is fully covered!”. Hehe maksudnya adalah ia kaget betapa ketatnya jeans itu membalut betisnya dan ia merasa seperti “telanjang” saja. Namun Jeanette menjelaskan memang begitu perempuan pakai jeans. Dan sejak itu, ia tahu rasanya belanja ke mall, memilih baju yang pas dan bahagia. Ia punya 2 jeans pertamanya setelah bertahun-tahun dilarang laki-laki masa lalu itu. Ia berpikir “this is not bad. I feel free and pretty”.
Sejak itu ia tahu apa itu SHOPPING. Sesuatu yang dulu tertahan karena memikirkan anak, memikirkan ingin membantu suami, mengumpulkan rupiah demi rupiah meski tak pernah dihargai. Dulu ia membuat kebahagian orang lain sebagai prioritasnya dan berharap orang itu akan ingat jasanya dan baik padanya. Naif, yeah. Sejak kehancuran hidupnya, ia membuat kebahagiaan dirinya sebagai PRIORITAS. Ia belajar jika ia tidak happy bagaimana ia bisa membahagiakan orang lain. Dan di India lah ia mengenggam kekuatan demi kekuatan menghadapi tantangan selanjutnya.
Kembali ke tanah air, ia dihadapkan dengan pemotongan gaji. Lalu ia mulai kasak kusuk mencari job tambahan. Ia masih ingat saat ia datang ke salah satu unit di tempat kerjanya. Ia mengikuti seluruh rangkaian tes, menulis CV, ikut interview. Saat itu ia bahkan berkata pada pimpinan unit tersebut, “berilah saya pekerjan Pak, meski Cuma gulung kabel, yang penting ada tambahan buat saya bayar kos”. Dan mereka sih berjanji melibatkannya. Dan ia masih naif mengira bahwa mungkin karena dulu gelarnya, mungkin dulu karena penyakitnya, mungkin dulu karena ia berkeluarga, sehingga ia tak diberi job. Tapi ternyata bukan itu. Ya kalau memang gak diberi job ya gak diberi job aja meski ia mampu. Supervisornya di NZ sini selalu berkata “there are many people in this world that are too afraid to give somebody a chance because they know she is powerful and will beat them someday. But don’t worry dear, a diamond will always shine”.
Dan akhirnya ia berakhir bekerja di sebuah kursus terbesar di kotanya. Mereka yang menghargai kinerjanya. Bahkan membayar dengan harga pantas. Ia akhirnya bertemu banyak orang. Ia punya akses internet tanpa batas dan mulai menyusun rencana PhDnya. Ia bertemu Jon dan tiba-tiba ia Dibawa ke NZ. Negara dimana ia mengetik ini saat ini. Ia bahkan tak menyangka rencana PhD nya bisa terwujud begitu cepat dan mulus padahal ada banyak rintangan yang harus ia lalui. Dan hari ini, ia berterima kasih pada dirinya sendiri atas semangat pantang menyerah itu. Atas keyakinan kuat itu, atas semangat kerja keras dan tidak gengsi itu.
Ia selalu yakin bahwa jika Allah hendak Mengangkat derajat seseorang, bagaimana pun seluruh dunia hendak menjatuhkannya, tetap ia akan terangkat. Begitu pula jika Allah hendak Menjatuhkan seseorang, bagaimana pun dunia mendukungnya, pasti jatuh juga. Dan ia hanya ingat saat ia memelas minta pekerjaan dulu. Ia bahkan bilang ia siap bekerja apa saja, tapi tetap tak diberi kesempatan. Padahal jika diberi kesempatan, ia insya Alah bisa. Ia hanya pelu waktu sedikit belajar, dan terbiasa dengan pekerjaan. Ia juga ingat saat saat tak punya uang, tak punya dapur, dan harus puas dengan bakso 5,000 rupah itu. Belum lagi kadang ia makan tempe 5,000 agar ia bisa dapat lalapan tempe plus sambal. Nasi ia masak sendiri. Kadang ia pulang mengajar, banyak warung yg sudah tutup dan ia bawa saja tidur perut kosong setelah puasa seharian itu. Toh ini Cuma 24 jam, esok pasti lebih baik. Selalu itu yang ada di pikirannya. So ia tak pernah risau, apalagi menangis. Ia menangis justru saat semua kondisi membaik. Ia menangis bukan saat terjatuh, tapi saat berhasil bangkit. Dan satu lagi, ia pantang mengeluh. Menurutnya, masalah itu DISELESAIKAN bukan DIBICARAKAN. So, sejak ia memilih sendiri, ia tak pernah lagi membagi deritanya. Ia memilih menutup rapat apapun yg sedang dihadapinya lalu hanya bercerita saat ia sudah bangkit saja. Hey, the world doesn’t like si cengeng. Percayalah, saat kita share problem itu, 80% yang mendengar itu tidak perduli, sementara 20% sisanya senang saat kita ada problem. This is a real world, bukan dunia cinderella.  Dan the difference between drama queen and real queen is: while drama queen is busy TALKING about her problems, real queen is busy SOLVING them. Itu prinsipnya.

Dan video ini mungkin bisa sedikit menggambarkan betapa warriornya dirinya. Pantang menyerah. Pantang menangis saat kesulitan datang, menangis saat sudah menang saja, pantang meratap dan selalu berusaha mengatasi apapun yang terjadi. Video yang pantas menggambarkan betapa kerasnya hidup yang ia lihat saat ia di India telah begitu mendewasakannya dan membuatnya tumbuh menjadi tidak cengeng, menadi warrior yang siap berjuang untuk hidupnya. Ia terbiasa melihat orang-orang kejam, biasa ditinggalkan mereka yang mengaku kawan, bisa dicueki orang-orang yang mengaku perduli. Yes, ia sudah biasa dengan kekejaman dunia dan tak lagi meratapinya. Baginya semua itu hanya sekedar lewat saja, ia tetap dengan perjuangannya. 


Ia juga ingat di tahun 2012 itu bajunya hanya beberapa lembar saja yang berhasil dibawa dari kekisruhan rumah tangga yang tak lagi aman itu. Ia tak bersedih mengingat ada banyak baju dan harta bendanya yang tertinggal di rumah itu. Mungkin jika pun ia menangis, itu hanya untuk buku-bukunya yang entah dimana saat ini. Buku-buku farmasinya, doraemon kesukaannya yang ia beli sejak ia  belum menikah, buku Merck Indexnya hadiah dari sahabatnya di Amerika, buku Hembing hadiah abahnya, buku bahasa Inggris yang membantunya mengajar, entah dimana semua itu saat ini. Hanya buku, yang membuatnya menangis. Bukan uang. Terserah uang mau diambil seberapa pun, ia tak terlalu perduli. Ia hanya ingin safe, selamat. Bahkan ia hampir tak berhasil mengambil ijazahnya dan harus kasak kusuk ke kantor polisi buat surat hilang dan bikin ijazah baru hanya untuk menghindari kekejaman laki-laki itu. Yeah, itulah pengadilan tanpa pengadilan. Saat manusia lain bisa semena mena menghukum manusia lain. Adil? TIDAK, tentu saja. Tapi apakah ia akan terus berusaha berkutat dengan orang yang tak lagi mau mendengarkan dan hanya berniat menyakiti? Bodoh sekali jika selalu diam saat disakiti. Lebih baik menghindar, cari jalan yang lebih baik. Dan itu yang diputuskannya. Saat ia memilih detach dengan kebendaan dan berusaha sendiri dengan kekuatan wanitanya. Tapi lihatlah saat ini. Ia bangkit. Bajunya hendak yang mana, ia tinggal buka lemari. Itu pun masih banyak yang ada labelnya karena ia belum sempat memakainya. Meski buku bukunya tak lagi sama dan masih tak sebanyak dulu karena ia selalu berpindah pindah tapi setidaknya kini ia sudah punya buku. Alhamdulillah.
Lalu ia kolaps lagi di sains. Dan akhirnya jatuh dalam depresi. Ia merasa melayang-layang, pusing, tak nafsu makan, tak bisa bangun, selalu merasa lelah. Ia tak bisa tidur hingga diberi sleeping pill. Lalu paginya ia harus minum anti depressan. Lalu ia pusing mengurus kepindahannya ke education, belum lagi tuntutan uang SPP yang harus ditanggung sendiri akibat keputusan ini. Tapi hari ini, ia menulis dengan syukur. Ia bahagia ia dipercaya banyak pihak di education. PhDnya jauh lebih baik di education ketimbang di sains, dan sekali lagi ia BANGKIT dari keterpurukannya. Ia sekarang bukan hanya mahasiswa PhD yang siap proposal di jurusan rangking 20 top dunia, tapi juga baru diangkat sebagai staff di divisi lain di Universitas terbesar di New Zealand ini. Ia masih tak percaya hingga pagi ini.
Bangkit, ini 20 Mei. Siapapun Anda. Mau yang baru patah hati, kehilangan pekerjaan, sakit, kehilangan sahabat, anak atau siapapun itu, BANGKIT! Jangan biasakan meratap pada dunia, itu tidak menyelesaikan masalah. Start solving your problem, stop talking about it. Karena 80% orang yang mendengar masalah Anda tidak perduli, 20% sisanya senang Anda dalam kesulitan. Tak perlu lah dunia melihat saat Anda terpuruk, cukup tunjukkan saat Anda menggenggam victory. Kemenangan. Menang karena tak jadi pribadi cengeng dan suka meratap, menang karena berhasil menyelesaikan masalah, menang karena tetap mengandalkan Tuhan dalam setiap keadaan. Stop playing sebagai KORBAN TAKDIR, tapi jadilah ACTOR OF CHANGE of your own life. Karena percayalah, tak ada yang lebih manis dari kesuksesan yang dibangun dengan usaha sendiri, tanpa short cut, tanpa nepotisme, tanpa kolusi, fair play, itu kesuksesan yang MANIS. Dan bangkit dari keterpurukan itu jauh lebih gemilang dari apapun di dunia. Musuh Anda bisa saja menikam dari belakang, menghancurkan Anda dengan berbagai cara, tapi Anda juga punya PILHAN untuk stay as a loser atau berusaha jadi pemenang. Yeah, pemenang kehidupan. Dan meski Anda wanita, yang mungkin dianggap lemah, believe me, a woman with victory is SEXY. Yes, Sexy!
Selamat hari Kebangkitan Nasional.

Bangkit and be a woman, with VICTORY!

Auckland, 20 Mei 2017
-NK-




Wednesday 17 May 2017

LUKA

Sebenarnya pagi ini saya harus menyelesaikan power point untuk presentasi seminar proposal dua minggu lagi. Tapi entah kenapa membaca postingan tahun lalu tentang Najwa http://the-solitaire-queen.blogspot.co.nz/2016/05/dear-najwa.html?spref=fb ini saya jadi ingin menulis lagi untuknya.

Dear Najwa.

Pagi ini tanggal 18 di Auckland. Ku harap kau disana merayakan ulang tahun dengan bahagia. Kemarin adalah hari yang berat buatku. Saat pagi aku bangun dan ingat bahwa itu adalah hari ulang tahunmu, seluruh sel tubuhku yang biasanya penuh semangat jadi layu. Aku menulis di instagram untukmu, hanya sekedar melepaskan perih luka ku. Tapi tetap mengharu biru meski bagaimana pun aku berusaha mengangkat mood ku. Aku merasa kau dan aku semakin kabur dan tak terlihat lagi. Jika biasanya aku tahu apa kesukaanmu, kini semua itu sudah hampir kabur. Aku bahkan tak punya lagi foto kita berdua.

Dear Najwa.
Aku ingat saat kita masih bersama. Aku adalah teman terbaikmu karena aku tak jaim bermain bersamamu. Yeah aku memang orang dewasa tapi aku tak segan bermain sebahagia anak-anak. Kita sering menonton sponge bob bersama, sering makan es krim, jalan jalan berdua naik motor, dan ah, aku merindukan wangi rambutmu dari shampo yang kau suka. Masihkah kau pakai shampo donald bebek itu anakku? Entahlah, semuanya kabur tak bermakna.

Dear Najwa.
Meski kemarin aku bersedih, aku tak ingin itu terlihat dunia. Apalagi di saat yang sama aku menghadapi ujian proposal. Bayangkan betapa sintingnya otakku ini dipaksa belajar padahal yang ku ingat hanya kenangan-kenangan bersamamu yang membuat mataku kabur akan air mata. Aku ingat saat kita nonton upin ipin lalu kau berkata "mama, kita kan geng" dan kompak bersamaku. Aku tahu aku bukan ibu yang jelek, aku mendidikmu begitu rupa. Yeah mungkin sedikit keras, tapi aku tahu itu untuk kebaikanmu semata.

Dear Najwa.
Ku pikir warnaku sudah tak ada lagi di dirimu. Semua yg ku desain saat kau masih kecil telah terkaburkan oleh warna warni orang lain yang kini bersamamu. Aku masih ingat saat kau ku didik mampu belanja sendiri. Aku memberimu uang lalu kau masuk ke supermarket, memilih barang yang kau suka, lalu membawanya ke kasir. Dan aku hanya melihatmu dari kejauhan. Dan saat itu umurmu hanya TIGA TAHUN. Kau sudah ku didik begitu mandiri. Ibu-ibu lain pasti takut melepas anaknya sendiri ke dalam lorong lorong supermarket untuk belanja sendiri. Atau mereka takut uang nya jautuh dan hilang atau takut kembaliannya salah. Tapi aku tak takut untukmu anakku. Aku tahu JIKA AKU PERCAYA KAU BISA, MAKA KAU BISA. Dan itu yang ku tanamkan padamu meski kau merengek padaku dan berkata "Awa malu ma". Nope, dengan kejamnya aku menepuk punggungmu lalu berkata "Awa bisa". Dan yah, KAU BISA. Betapa bahagianya dirimu saat itu berlari ke arahku yang menunggu di depan pintu supermarket, memberikan uang kembalian dan berkata "AWA BISA MA!". Yeah, kau bisa anakku, tidak ada yang tak mungkin di dunia ini. Dan aku tak pernah dan tak akan mendidikmu menjadi cengeng. Kau akan selalu ku didik (seolah-olah dengan kejamnya) bahwa kau bisa.

Dear Najwa.

Kemandirian itu pula yang membuatmu tumbuh jadi pribadi yang kuat dan tidak panik. Apakah kau ingat saat kau tersesat di mall Balikpapan? Kau tidak panik anakku padahal umurmu baru EMPAT tahun saat itu. Kau terpisah dariku dan yang kau lakukan adalah MENEMUI SATPAM DAN MENYEBUTKAN NAMAKU. Hebat anakku! Itu sungguh hebat. Bayangkan kau dengan otak 4 tahunmu, kau bisa berpikir strategic bahwa yang kau lakukan adalah menemui laki-laki berseragam itu lalu menyebutkan nama IBUMU. Aku sendiri baru sadar kau telah terpisah dariku saat mendengar namaku di sebut di mikrofon mall bahwa Najwa sedang menungguku di bagian informasi. Kadang aku berharap skill ini juga yang akan membawamu padaku suatu saat nanti. Kau selalu ingat nama belakangku KASYFITA dan aku adalah SATU-SATUNYA KASYFITA di dunia. Hingga jika pun kau membuka google dan mengetik nama belakang itu, HANYA AKU, IBUMU YANG AKAN DIBAWA GOOGLE KEPADAMU. Ku harap suatu saat kau akan menunggu lagi di suatu tempat begitu kau menemukan nama belakangku di dunia ini. Dan aku masih hidup untuk hari itu. Semoga.

Dear Najwa.

Saat ini aku sudah memutuskan untuk hijrah ke masa depan. Mungkin kau tak akan melihatku lagi di Samarinda setelah masa baktiku selesai. Aku akan hijrah ke New Zealand, negara tenang dimana seorang laki-laki kiwi baik menungguku disini. Aku tahu kau mungkin tak akan mengerti kenapa aku memutuskan ini. Mungkin kau akan mencapku ibu bejat, ibu tak punya kasih dan banyak hal lain lagi yang selalu ditanamkan lingkungan padamu. Aku hanya melihat bahwa negosiasi untuk berbagi dirimu itu sudah tak ada lagi. Dan ku pikir sudah saatnya aku menata hidupku kembali ketimbang selalu terombang-ambing dalam dilema dan pertikaian tanpa henti. Kau pun tahu betapa berat halangan yang harus aku dan keluargaku dapatkan hanya untuk melihatmu saja. Mereka telah merasa begitu berhak akan dirimu dan aku sekeluarga tak lagi pantas untukmu. Tapi sudahlah anakku, aku sudah tak ingin berdebat lagi. Rasanya sudah cukup banyak usaha yang dilakukan tapi semuanya tak ada jalan negosiasi. Itulah yang mendasari keputusanku bahawa aku sebaiknya minggir saja. Aku akan hijrah, anakku. Aku memutuskan New Zealand adalah rumahku. Tapi percayalah, suatu saat jika kau cukup dewasa untuk memilih, kapanpun kau ingin untuk mengunjungiku, kami disini akan sangat bahagia menemuimu. Ia laki-laki yang baik, mampu menghargai ibumu yang sudah tak jelas ini dan mengangkatnya menjadi wanita terhormat lagi. Ia juga begitu romantis, hingga mataku sering basah betapa besar kasih sayang yang ia curahkan padaku, anakku, dan aku bahagia. Aku harap kau pun akan menemukan laki-laki yang begitu menghargaimu seperti ia menghargaiku saat ini.

Dear Najwa.

Kemarin sejak pagi aku menahan tangisku. Aku tak suka menangis. Menangis membuat otakku buntu sementara aku harus berpikir apa yang harus ku lakukan saat itu. Aku harus menghadapi supervisor ujianku anakku, lalu harus berpacu dengan waktu untuk me revisi sisa proposalku. Dan semua itu perlu OTAK YANG TENANG jauh dari gelayut kesedihan. Tapi meski aku hanya mengizinkan diriku bersedih di tanggal 17 Mei untukmu, aku memaksa diriku untuk tetap ceria, tetap semangat menghadapi ujianku.

Dan saat di bis, air mataku masih menggantung. Namun tidak begitu masuk ruang ujian. Yang dilihat supervisor hanya Nurul yang tenang, Nurul yang ceria, Nurul yang happy, tanpa pernah terlihat luka di matanya. Lalu aku masih harus berjuang me revisi proposalku anakku. Selama 2 jam aku diberi waktu untuk itu. Dan alhamdulillah aku berhasil mengatasi itu.

Ku pikir luka kehilanganmu itu telah membuatku berlari hanya agar luka itu tak terasa lagi, tapi akhirnya aku berlari begitu cepat hingga mampu mencapai apa yang tak ku kira sebelumnya. Aku tak suka meratap pada dunia karena menurutku ketimbang meratap akan kesulitan lebih baik kita berpikir bagaimana mengatasinya. Dan itu yang ku lakukan kemarin. Aku cukup kuat untuk ujianku, untuk deadline itu dan begitu proposal itu SUBMIT dan LOLOS, keluarlah air mataku. Dan aku menangis. Meraung di sofa apartemenku. Seluruh sel di tubuhku memanggil dirimu Najwa, tapi aku tahu aku tak lagi bisa bersamamu. Saat itu aku melepaskan seluruh kesedihanku. Aku mengizinkan diriku menangis. Dan aku menangis, hingga aku tertidur di sofa itu.

Dear Najwa.

Pagi ini aku sudah tak sedih lagi. Hanya sehari dalam setahun aku boleh bersedih, dan itu hanya untukmu. Air mataku terlalu mahal untuk dihabiskan oleh kekejaman orang lain padaku. Aku tak pernah menangis untuk mereka, orang-orang kejam itu. Mereka tak pantas mendapatkan air mataku. Pagi ini aku juga sudah semangat lagi. Aku sudah berencana menghabiskan hariku dengan belajar lalu membuat slide untuk presentasiku. Ku harap kau juga bahagia disana dengan mereka yang menemanimu. Ini saatnya aku move on, anakku. Saatnya hijrah. Tapi percayalah, meski aku tak lagi berada satu kota dengan mu suatu saat nanti aku tetap menyayangimu. Dan kau, selalu dalam doaku. Selalu.

Selamat ulang tahun Najwa. Tetaplah jadi anak yang ceria, pemberani, banyak akal, bijaksana, tak mudah mengeluh dan pantang menyerah. Dan semoga suatu saat kita bisa bersama. Amin.

Auckland, 18 Mei 2017,

-ME-


Friday 5 May 2017

ALHAMDULILLAH, HIDUP PUN BERUBAH

Hi there.

I posted on facebook *malu* huaaa tobatnya cuma tobat sambel ternyata hehe. Sebenarnya sih rada males posting, you know sedari pagi saya benar-benar menghindari FB dan cuma jawab seperlunya text. Posting pun cuma naruh video India gitu terus kabur.

And theeen tak disangka, saya diajak shopping oleh si kiwi. Gak nyangka juga karena awalnya ia bilang ia akan sibuk di bengkel, yo wis lah, gak maksa juga. Eh ternyata habis shalat Jumat ia ngajakin shopping. Yeah, gimana gak menggeliat semangat berburu sale hehehe.

Daaan kami pun shopping. Awalnya cuma ngambil coat yg di alter sepuluh hari yg lalu. Coat yg dikasih si Jerman tapi gak masuk akibat perkembangan tubuh yang tak terkendali di NZ hahaha. Jadilah terpaksa tu dress di alter hehe. Muahaaalll minta ampun biaya alter nya, 120 NZD booo gileeee seharga baju baru. Tapi RC paham betapa berartinya coat itu bagi saya dan juga bagi MC. So, akhirnya dengan 2 kali bayar, terbayarlah 120 NZD itu hehe. From his pocket of course, saya mah ogah bayar semahal itu cuma buat alter hehehe.

Lalu kami ke warehouse. Say arencana hanya mau cari clearance, eh ternyata malah liat kalung pearl yg cantik banget. Tanpa dinyana, ia menyanggupi lagi membelikan kalung itu. Entah kena apa tuh kiwi kemarin yang jelas setelah nge bayarin alteration dress yang mahal banget, lalu ia oke lagi ngebayarin kalung mutiara super cantik itu. Plus, extension chain yg sudah lama memang ingin saya beli. Yay, sudah senang kan hati ini hehe.

Lalu ia bawa lagi saya makan di resto india. saya pesan yg murah saja, 15 dollar sudah dapat naan, nasi, butter chicken plus minum. Saya pikir cukuplah itu. Dan saya gak habis hehe. Sekarang perut saya gak se starving dulu lho lebih sopan setelah saya ikutan diet GM ala saya yang juga gak bikin kurus itu hahaha. Sudahlah. Lalu kami turun menuju parkir. Nah, saat itulah saya liat butik bagus banget plus coat-coat cantik mereka. Biasanya kami gak pede masuk ke butik cantik, karena dah tahu uang kami gak akan cukup buat beli sesuatu apapun disana hehe. So daripada bikin keki mending gak usah masuk.

Namun ia encourage saya kemarin, daaan masuklah saya di butik itu. Wuih emang kereeen serasa di film pretty woman sayaaa hahaha. Nah, ia ambil 2 coat buat saya coba, yg broken whote dan yg merah maroon. Saat itu seperti biasa yaaa foto karena saya suka membandingkan pakaian dengan difoto dulu. Lalu karena bingung, saat itulah say aupload. Bingung pilih yang mana, gitu aja caption nya.

Eh, langsung banyak yg suka, nah mulai lah gatal tangan saya. Langsung nge cek notifikasi lagi daaan tobat FB pun bubar jalan eheheh. Sudahlah. Habis itu tanpa dinyana, say aliat DOTTI! Toko dress yang saya suka banget ituuu daaaan liatlah tu jaket keren, dan lagi lagi DIBELIKAAAN> Subhanallah ya rabbi, betapa besar kuasaMu. Benar-benar saya gak kuat lagi gak nangis kemarin itu. Ya, karena saya sudah sering hidup sendirian dan menahan hal yang tak mampu saya beli lalu tiba-tiba sekarang liat jaket pagi di web sore sudah di tangan. Ya Allah ya rabbi, saya benar-benar tak menyangka akan perubahan hidup yang begitu drastis terjadi di NZ sini. Yah saya juga sudah hijrah, saat itu ke India dan seperti saya bilang, meski hidup sudah ada perubahannya tapi tak se drastis yang terjadi di NZ sini. Dan seandainya saya tak bertemu dengannya pun, maka hidup saya juga mungkin akan flat-flat saja, tak ada perubahan yang berrati kecuali kuliah, menulis dan menulis.

Pagi ini, saya liat sunrise yg oke banget dan gatal lagi nih tangan mencet tombol POST. Hbais itu hilanglah seluruh tobat sambel itu dan berganti dari posting ke posting hehehhe *malu maluuu banget* hahahaha.

But kayaknya sudah deh. Habis posting terakhir ini tentang kerinduan akan tanah India, sepertinya saya akan silent lagi. Semoga bisa meredam rasa happiness yang kadang begitu membuncah hingga susah untuk dipendam sendiri. Kalau masalah saya maish bisa pendam, tapi happiness wuaaa susaaah hahahah.

Hari ini juga saya shopping. Masih ter nganga sih liat gedung tinggi secara saya jarang banget jalan ke downtown. Dan hari ini saya menyusuri Queen street melihat berbagai koleksi coat dari berbagai merk ternama di Auckland. Itu tu saya merasa seperti Kabayan masuk kota hahaha, ter nganga gitu liat betapa classy nya pakaian pakaian ala Barat. Terus saya liat jaket tapi masih mikir-mikir hendak beli apa nggak, karena jaket saya sudah lumayan banyak. Sambil terus ditemani si kiwi meski cuma lewat SMS. Nah, sore ini saya liat semua belanjaan saya itu, ya rabb, betapa besar rahmat-Mu. Kadang saya suka takut sendiri dengan betapa mudahnya hidup saat ini. Entah karena saya yang sudah biasa tahan banting atau rasa syukur saya yang begitu terasah, yang jelas saya merasa saat ini semuanya Dimudahkan oleh Allah. Sebenarnya sejak saya di India sih saya sudah merasakan hal itu. Kadang saya suka takjub dengan negotiation skill yang saya punya. Gak nyangka aja saya yang dulunya pemalu bahkan nukar uang ke warung aja malu tiba-tiba karena keadaan jadi harus nego sana sini, nyari uang sendiri, menghalau orang-orang kejam, belum yg suka manfaatin, intinya tiba-tiba saya SENDIRI. Dan saat sendiri itulah tiba-tiba semua inner strength itu keluar hehe. The power of kepepet lah istilahnya. Saya merasa bahkan jadwal ujian universitas saja bisa bergeser dengan Allah dan  the power of my negotiation. Sejak saat itu saya paham bahwa jika kita berusaha pasti ada saja jalanNya. Dan itu memang terbukti. Di Indonesia saat saya kepepet karena pemotongan gaji, doa dan usaha saya diijabah Allah melalui EF dan banyaknya murid privat yang memanggil saya lalu membayar lebih. Lalu di NZ sini saya membelokkan PhD dari sains ke education. Yang dilobby bukan main-main lagi, universitas, beasiswa, plus imigrasi. Dan semuanya juga terlewati. So, sebenarnya the power of kepepet itu yang keren hehe.

Tapi saya jadi takut sendiri. Karena ingat ada beberapa artis atau teman yang hidupnya berubah drastis eh lalu juga dipanggil Allah cepat alias pendek umurnya hehe. Semoga lah saya masih dipanjangkan umur, masih banyak dosa soalnya. Ini barusan tobat FB nya tobat sambel hehehe.

Anyway, rasanya postingan terakhir tentang foto bersama mahasiswa tadi cukuplah untuk keheningan sementara. Toh kalau saya nge share bagaimana saya nge lobby banyak pihak dan survive dengan kesendirian saya ntar malah dibilang show off lagi *hedeh, menghela napas*. Posting foto juga off dulu lah, menghilang lagi kita, sembunyiiii hehehe. Ntar kalau ada yg signifikan lagi baru kita post lagi. Lagian, ni lagi rame masalah hendak kumpul kumpul lah sesama mahasiswa, jadi saya yang malas ber sosialisasi lagi inginnya hidden saja, biar tak terlihat lagi. Sudahlah, cukuplah ke insyafan sementara ini. Saya harus bertobat lagi (within period of time heheh) ntar ya balik lagi tobatnya.

Oya, saya juga ngerasa gak bebas lagi lho, karena banyak notif. Jadi kangen lagi saat saya duduk nonton TV sendirian dan gak pegang hape, atau saat bisa tidur dengan nyenyak karena gak ada juag yg hendak dihubungi. Plus ibu saya kan juga marah kalau saya updtae status tapi gak pernah say HI. Jadi yo males, biarlah saya hidden lagi. Rasanya sudah cukup online 2 hari ini. Saya ingin fokus belajar dan istirahat lagi ahhhh.

Oke, waktunya menyusun baju-baju penuh dengan label itu. I know no one will read this, tapi cukuplah buat bikin hati saya gak terlalu sakit hidden dari FB hehe.

Have a lovely weekend, people! I am off sebelum dibilang showing off!

Auckland, 6 Mei 2017,

-NK-

Thursday 4 May 2017

MY FRIDAY STORY

Hi there!I know no one is there, but saya tetap bilang hi there aja yah!

Saya lagi nih, dengan postingan aneh ala saya.

Kali ini pingin cerita tentang si superman, laki-laki kiwi yang menemani saya di Auckland sini. Jujur awalnya saya gak terlalu ON dengan lelaki ini. Yah beda umur kita hampir 14 tahun, after all, se anti-anti nya saya ma brondong tapi tetaplaaah beda usia 14 tahun itu bikin saya liat dia looks like my father instead of my man. But you know he never gives up on me. Meski awalnya saya tolak mentah mentah tuh tawaran bersama, meski saya juga lagi jomblo saat itu, tapi ia tetap keukeuh mengejar saya dan finally, yay, he wins!

Pagi ini saya bangun, shalat subuh terus ngaji sambil liat sunrise. Keren banget tiap hari melihat bagaimana langit Auckland berubah dari gelap, menjadi semburat kuning, lalu matahari muncul dari balik Rangitoto. Indaaaaahhhh banget dan seperti biasa, this is just for me, just for me!

Ow anyway, kemarin saya posting di FB. Cuma foto pemandangan gitu terus dengan caption Allah and His natural entertainment. Udah, cuma gitu aja. Itu pun saya posting pas lagi iseng sambil nunggu jawaban di WA saya  tentang artikel yg saya submit. Setelah itu, saya OFF. Tapi terasa loh saya attach lagi dengan hape, Wuih males. Mending off lagi haha. Udah males baorriednget dengan facebook atau instagram. Sebenarnya sih karena my mum. Serba salah pokoknya. Kalau saya gak balas textnya tapi update terus di FB beliau marah. Nah giliran saya nge text kadang juga gak disahutin tuh apalagi kalau lagi sibuk dengan my sister, yo wis lah saya minggir ajaaahh. Nah jadi kan mending saya gak balas text plus gak update anything juga di FB. Anyway, say apikir who am I to post sih? Artis bukan, presiden bukan, ilmuwan kondang bukan, terus ngapain saya posting? Belum lagi liat ungrateful public itu, belum liat postingan yg suka grup grupan terus komen komen an hanya sesama grupnya semata-mata agar postingannya rame. Belum orang-orang oportunis yg tiba-tiba nyapa pas ada buku yg saya share atau pas pingin di cek tugansnya, wuih udahlah malas banget saya! I feel sick pokoknya. So, tetap off dan memlih silent itu lebih baik. Terserah orang mau mikit saya meninggal, saya sakit, saya kalah dalam hidup, saya sudah gak ada yang bsia dibanggain lagi, TERSERAH! Intinya lu mau mikir apapun tentang saya, I am not worried, saya tahu hidup saya baik-baik aja, saya happy aja di NZ sini, dan saya udah males nulis lagi karena ada labih banyak jealousy eyes ketimbang yg tulus mendoakan. Hidup saya masih berjalan teratur, pagi tadi bangun, set apple watch, nge gym, lalu sarapan cereal (which is kalau saya posting my Mum itu pasti nyinyir lagi dan bilang kenapa gak makan nasi lagi dan saya sudah seperti bule katanya). Heran lho, ada a mum yg gak bangga anaknya sekolah doktoral dan berhasil mengatasi kehancuran hidupnya dengan melakukan hal positif. Ahhh, sudahlah, makanya kalau sudah di konfront gitu saya paling bilang "iya, emang gak ada untungnya kok punya anak kayak saya ini. Kesian rugi banget yak sudah melahirkan saya ke dunia ini". Paling cuma gitu, saking sudah gak punya jawaban lagi dan terus terang capek tau disalahkan dan disesali terus menerus itu. Siapa sih yang ingin hidupnya hancur, cerai, terus gak punya akses ke anak? Tanpa disalahin dan disesalin aja tiap hari hidup saya tu udah harus merangkak supaya bisa tetap maju, Kalau saya nurutin sakit hati karena hidup hancur ini wahahahaha udah gak bangun lagi kali esok hari. But you know, itulah my Mum. Selalu nge regret.

Okay, enough tentang FB. Now about my life. Kerjaan saya sekarang udah jarang paling seminggu sekali. Yeah income jadi low juga sih jadi sekitar 100 dollar NZD aja tiap minggu. Nah kalau kerjaan lagi sepi gini apa ada saya komplen ke orang lain? Gak tuh, ya saya SUCK IT UP aja. Mau gimana lagi coba? Komplen pun gak akan berubah kan? Tapi keputusan saya untuk gak share hal-hal ygs edih itulah yg bikin orang lain mikir saya ini selalu happy hahaha. Sudahlh, public mah gak pernah happy! No matter what!

So, everyday saya cuma di rumah kecuali sehari seminggu itu saya kerja. Pagi biasanya kalau lagi gak puasa saya nge gym. Lalu sarapan, terus mandi (dengan hot shower yang super oke itu), lalu saya belajar hingga zuhur. Intinya hidup tenang banget. Kadang saya kangen juga sih dengan hidup saya di India dulu. Yeah, itu negara crowded banget, tapi yang jelas I am happy there.

Tapi sepertinya my love luck gak berhasil disana. Saya malah akhirnya dipinang seorang kiwi man yg keren banget menemani saya yang monster ini. Ia benar-benar laki-laki keren. Gak pernah bentak, selalu humble, romantis, terus selalu ingin nyenangin hati saya. Hari Jumat ini aja, ia rela ninggalin mobilnya di bengkel, lalu bawa saya shopping yay (nih kalau di share lagi di FB jadi lah banyak mata jealousy lagi hahahaha). So, rencananya sore ini kami bakalan shopping plus makan di resto Indonesia di darerah Albany. Yang saya suka banget karena di Albany itu lengkap mallnya. Plus gak jauh dari tempat tinggal saya. So yay, having a date lagi kitaaa.

Aaannnd ketemu lagu India yang oke banget bikin perasaan mellow. Tiba-tiba keingat lagi dengan semua memori saya di India dulu. Pergi ke easy day, pergi ke big chicken resto, makan di warung Maliyali, ketemu banyak orang disana yang melihat saya seperti a movie star karena pakaian saya yang jauh berbeda dengan mereka. Terus terang, India membuat saya kaya. India membuat saya tumbuh berbeda dan saya bangga pernah tinggal disana dua tahun lamanya. Mungkin bagi orang lian, India itu negara kotor, negara crowded, yeah, I couldn't deny that. Tapi juga gak bisa dipungkiri betapa uniknya negara itu dan betapa saya ingin kembali lagi kesana. Ingat betapa murahnya barang-barang disana, betapa hormatnya laki-laki dengan wanita disana (untuk yg mereka sayangi lho ya) dan my happy life selama saya disana. But well, sekarang saya sudah di negara maju ini sehingga India terlihat begitu konservatif sekarang. Tapi tetap, saya rindu ingin kembali kesana.

Udah ya entar saya sambung lagi. Saya mau siap-siap nge date nih hehe. Stay happy ya people, meski I know no one is there to say hey back to me. But it is okay to be alone. It is better dan gak nyakitin siapa-siapa.

Hugs from Auckland!

-NK-

Wednesday 3 May 2017

THE AUCKLAND STORY: WELCOME BACK, DEMENTOR!

Hi there.

I know no one is there, except me and my writing hehe, but it feels correct to start my writing with HI THERE even if no one is THERE!

Masih saya dengan tulisan sepi saya di media ini hehe. Sudah lebih seminggu and I am still facebook-free *bangga* hehe. Kadang masih liat tulisan orang lain disana, kadang ada perasaan menggelitik ingin nulis terus klik POST, tapi hingga hari ini tidak pernah ada post lagi.

My mum tiba-tiba selalu ingin telpon, padahal dulunya jangankan telpon, ngetik pesan aja kdg malas. Apalagi kalau adik saya lagi stay in her home, yup, saya di ignore saja. Sebenarnya ini mengecewakan banget, karena dulu saya pikir dengan koneksi internet yg oke disini yaah seminggu sekali kek kita video call, but NO, she is too busy or I am toor less interesting for her to call. Dan you know me, saya tak suka komplen, so saya diam saja dan cuma bilang "okay, if you don't want to talk to me, fine" dan akhirnya memilih fokus dengan hidup saya disini. Sekarang begitu saya melakukan aksi NO POST ON FACEBOOK itu beliau malah nayri-nyari. Mulai ramah, mulai nanya apakah RC masih bantuin saya, etc, basa basi yg udah gak kerasa lagi manisnya. Dulu dulu jangankan nanya saat saya share dibelikan apa gitu oleh RC jangankan nengok, malah di ignore entah karena jealousy, entah karena adik saya lagi kelilit utang saat ini, I don't know, yg jelas, when you are happy, believe me, NOT EVERYBODY IS HAPPY FOR YOU. Ada banyak mata mata iri yg silently whispering semoga kau dapat kemalangan lagi. Dan saya sudah learn tentang hal itu dari banyak orang. Termasuk dari my own mum.

Anyway, postingan kali ini lebih kepada my Auckland story. Sebenanrnya ingin posting betapa dinginnya Auckland saat ini. Musim gugur sudah lebih serius dengan kedinginannya hehe, so sekarang suhu berkisar 9-14 derajat. Sudah mulai lagi mendekati winter meski kami tak pernah punya salju di Auckland. Tapi seriously, sudah dingin banget. Saya mulai pakai winter clothes lagi, sudah bye bye temporarily dengan baju summer yg tipis tipis itu. Dan kegiatan saya masih sama setiap hari. Kadang saya ingin posting betapa penampilan saya berubah lagi. Saya pakai syal, pakai coat, meski belum pakai topi dan glove. Setiap hari saat saya berdiri di simpangan waterloo quadrant menunggu lampu merah dan nyebrang jalan, saya masih takjub dengan perubahan hidup saya. Yeah, bayangin orang dari Samarinda lalu ke India yg jauh lebih konservatif, lalu tiba-tiba ke Auckland, dengan bermacam-macam manusia. Tapi kalau saya posting orang lain pasti bilang "ah biasa aja tuh perubahan hidup begitu". Iya kalau perubahan hidupnya dialami berdua dengan suami dan anak sih gak papa biasa aja. Lha ini saya berjuang sendirian lho (meski my mum selalu bilang saya gak pernah sendiri padahal aslinya sih sering di kick out dari family, doi lebih bangga dengan sepupu saya yg sombongnya naudzubillah itu). Saya gak punya akses ke anak saya sendiri dan berjuang meraih beasiswa tanpa ada dukungan dari keluarga. Mereka selalu berpikir saya ini aneh karena ingin sekolah terus *nyengir* padahal saya sekolah ya karena dibayar terus jauh lebih adil ketimbang bekerja menurut saya. Di pekerjaan itu banyak intrik, males banget saya hehehe.

Okay, back again. Pekerjaan saya masih oke, saya masih dapat kerja minimal seminggu sekali. Dan baru baru ini supervisor saya merestui saya kerja lagi di city campus (yay). So mulai bulan depan saya akan jadi exam invigilator yg kerjaannnya yaaa ngawasi orang ujian. Bayarannya 75$ per session (kira-kira 3-4 hours per session). Dan yg saya senang, kerjaannya itu cuma tinggal nyebrang dari tempat tinggal saya. Asyik banget, plus saya dapat pengalaman baru lagi. Luar biasa banyaknya pengalaman yg saya dapat di Auckland sini. Dan rata-rata ini adalah pengalaman yang bikin saya bisa survive dimanpun. Saya tahu seluk beluk student center di Universitas sebesar University of Auckland. Saya berlatih jadi receptionist, dan sekarang jadi exam invigilator. Tapi sekali lagi kalau saya posting musti tanggapan orang yeah gitu aja diposting hahaha. Sudahlah, sepertinya medsos lebih suka ngeliat postingan politik, bela agama, hoax, nyindir sana sini, etc yg menurut saya gak asyik banget.

Hidup saya juga damai banget sekarang. Laki-laki yg menemani saya kali ini benar-benar bikin saya damai. Ia selalu bilang terima kasih, bilang sorry, dan selalu manis dan menemani saya. Rasanya tak ada hari dimana ia ingin jauh dari saya. Selalu bilang kangen dan looking forward to meet you. Dan meski kami sudah bersama hingga setahun lebih saat ini, our love masih hangat saja. Malam ini kami berencana nge date untuk buka puasa saya. Meski ia baru pulang kerja, ia berkenan membawa saya nge date coba. Mungkin kami akan ke resto Malaysia dekat apartemen atau ke resto steak yanga agak jauh dikit tapi saya happy banget kami bakalan nge date. Tadi malam kami juga sharing banyak hal, dan berbincang dengannya itu dalam bahasa asing di Auckland itu EKSOTIS banget. I feel sexy when I talk to him. Intinya having relationship dengan westerner itu benar benar PAS buat saya. He is sweet, gentle, gak arrogant bilang sorry dan selalu grateful dengan keberadaan saya.

Proposal saya juga oke, sedang memoles instrumen kali ini dan seminar proposal saya sudah dijadwal akhir bulan ini. Senang karena sebelumnya saya ambruk di sains tapi sekarang di education saya bisa bangkit lagi. Proposal saya selesai dalam 11 bulan tidak perlu extend meski saya masih harap-harap cemas dengan apakah saya bisa selesai tepat waktu karena beasiswa yg sudah terpakai saat di sains dulu. But anyway, yang belum datang entar aja dipikir. Gitu sih prinsip saya suapaya semua tetap jalan hehe. Karena kalau mikir masa depan terus takut, malah yg masa sekarang tak tertangani dengan baik.

Tempat tinggal saya juga oke banget. Tadi pagi saya liat sunrise, liat laut, rangitoto mountain, terus mikir betapa ajaibnya hidup ini. Setelah saya dihempas kesana kemari setelah perpisahan saya, sekarang saya hidup di tengah kota Auckland, di apartemen keren dengan segala kelengkapannya. Saya masih gym dengan rutin, masih sering mengaji (sebagai pelampiasan saya tak lagi posting di FB) dan membaca berbagai hal yang menarik minat saya. Dan senangnya, sekarang saya tak perlu lagi kasak kusuk ambil kamera nge capture gambar lalu post buat ungrateful public itu. Sekarang semua yg saya rasakan adalah milik saya sendiri. Bahkan sekedar posting buku aja saya malas. Kalau saya nemu buku bagus, itu buat saya sendiri. I don't share anymore. Buat apa juga posting kalau di belakang dicela juga haha. Belum lagi orang-orang oportunis yg datang cuma pas ada perlunya. Huaa males. Malah bagus kalau ada yang mengira saya meninggal sendirian di New Zealand. Saya pikir hidup tak perlu lagi di share jika hanya untuk dibicarakan di belakang.

Anyway dementor is coming back, itu istilah saya hehe. Itu karena Auckland sekrang dingin banget nget hingga terasa seperti si dementor datang dan menyedot segala kehangatan musim panas bukan kebahagiaan lho ya hehe. I am still happy.

So, that is my life. Pagi bangun, liat sunrise, lalu bersihin kamar, ambil apple watch, terus nge gym. Lalu kalau tidak kerja, saya belajar hingga zuhur, shalat, mengaji lalu belajar lagi hingga ashar. Sore saya nonton TV sambil masak buat dinner. Setelah maghrib biasanya saya memilih tidur. Karena dingin jadi nikmat banget bobo hehe plus enak buat bangun pagi esoknya. That's it. Damai, gak ada yang perlu tahu saya ngapain, nggak ada yang perlu tahu saya ma siapa, nggak ada yang perlu tahu saya makan apa, dibelikan apa, it is all FOR ME! Saya pikir ya itu, malah bagus kalau ada yang ngira saya dah meninggal hehe. Malah bagus kan jadi gak di stalk lagi, gak di ghibah lagi, saya damai dan aman dengan hidup saya di New Zealand. Jauh dari semua orang. Jauh di dunia nyata, jauh di dunia maya! Biarin my mum mau memuja si sepupu sombong dengan postingan berlian dan duit 20 M nya. Terserah yg lain mau posting resep, makanan, nge share nasihat, posting selfi nya, mau bikin grup grup an posting, terserah, mau apa. I don't care. I am done with facebook!

Anyway, welcome back to Auckland, dementor! Semoga hanya kehangatan kota ini yg engkau sedot, bukan hapiness orang-orang yg tinggal di dalamnya. Orang-orang happy. Seperti saya.

Auckland, 4 Mei 2017,

-NK-

Tuesday 2 May 2017

A FACEBOOK STORY: WHAT’S TO LIKE; WHAT’S NOT TO LIKE?


Yup, here I am again, typing in my blog. Hari ke-6 menghindari facebook dan to be honest, I feel FREE! HIDDEN AND FREE, actually!
Hi there, sorry ya lupa nyapa. Ini karena postingan ini lebih kepada sambungan postingan lalu tentang betapa saya berusaha menghindari facebook dan public yg cenderung ungrateful hehe. Kenapa saya bilang ungrateful? Well, think about it. Intinya anybody who is posting in facebook itu kita gak pernah tahu motifnya. Ada yg memang suka nge share printilan hidup even if you think it is not important (to you) but maybe it is important (for her), ada yg emang suka show off. So, in my opinion public itu harusnya bisa liat mana yg emang genuinely sharing mana yg senangnya showing off. But that is them. Ungrateful. Kalau saya sih senang senang aja ada yg posting foto pemandangan indah dari negara lain, kan enak gak usah terbang jauh-jauh eh kita liat pemandangan yg oke. Atau ada yg posting pengalamnnya umroh misalnya, juga enak kan kita gak usah tanya tanya eh ada yg share. But public is public. Ada saja yg ungrateful dan mean. Dan itu yg saya rasakan. Until finally I choose to leave facebook.
As I said before, facebook dan Instagram itu hiburan rakyatnya mahasiswa yg sedang kuliah di luar negeri seperti saya ini. Bayangkan, you are away in another country, keluarga gak ada, terasing sendiri di negara lain. Saya termasuk beruntung karena saya punya kawan kerja plus tunangan dan supervisor yg sangat sangat supportif dengan saya. Gak kebayang dengan mahasiswa lain yg harus struggle sendiran, terus pas ia posting di facebook akun nya yah hanya sekedar having a bit fun, yah, dicap show off. Asem kan?
And I feel that. For your information, hidup saya “sedikit berubah” sejak saya hijrah ke NZ. Dulu saya juga hijrah sih tapi saat itu saya ke India dan bukan di kota besarnya seperti Mumbay or Delhi, sehingga meski dulu saya juga suka posting di facebook ,tapi mungkin menurut public itu tak terlalu signifikan. I am still pathetic woman yang gak punya akses ke anak, yg hampir bangkrut karena perceraian dengan hidup yg porak poranda. Dan saat itu public happy, yay, one woman down, satu saingan terjungkal dalam kerasnya persaingan hidup ini hehe, seems familiar? Yup, itulah public, senang saat kau sakit dan sakit saat kau senang.
Namun sejak saya pindah ke NZ, yup, hidup saya berubah. Sebenarnya awalnya Cuma karena saya dibawa supervisor saya kesini. Jujur saya bukan si ambisius yg mengkoleksi LOA dari berbagai perguruan tinggi di dunia lalu menunggu hingga Harvard kirim LOA nya ke saya. Nope, saya benar-benar hanya wanita sederhana dan bermimpi sederhana. Saya selalu view myself as anak kos yang gak punya dapur lalu luntang lantung makan di warung-warung. Just that, as simple as it is.
Daaan, hidup saya berubah hampir 180 derajat saat saya DILAMAR a kiwi yg memanjakan saya bak putri disini. Tiba-tiba saya dihadiahi pakaian (sebenarnya karena pakaian yg saya bawa dari Indonesia itu terlalu tipis untuk cuaca NZ); perhiasan; berbagai liburan; tidak termasuk keberuntungan yg menghampiri saya seperti mampu tinggal di apartemen ok di tengah kota Auckland, dapat pekerjaan dan digaji dollar; plus supervisor yg begitu baik hati menerima saya meski saya Cuma pindahan dari sains. And, public mulai sakit hati. Awalnya semua pada bilang happy to see you are happy, tapi tambah kesini aura jealousy nya mulai terlihat jelas. Padahal menurut saya postingan saya mah sama aja jenisnya saat saya di India. Bedanya mungkin jenis makanan yg saya posting kalau dulu saya postingnya dosa, rotti, indomie, pani puri, sekarang saya postingnya cereal, roast, taco, spaghetti carbonara, goulash, ya menyesuaikan lah namanya juga di negara barat. Tapi kalau seandainya mata public itu bisa melihat dengan hati yg bersih, postingan saya sebenarnya sama saja dg saat di India dulu, tentang daily life, tentang kuliah saya, tentang hidup dan apa yg saya rasakan. But nope, mereka lebih senang melihatnya dengan mata jealousy.
Di medsos itu sebenarnya serbah salah. Anda posting sedih Anda di judge CURCOL. Anda share happiness dianggap show off capek deeh hahaha. Saat saya masih di Indonesia, ada seorang kawan yg saya putuskan hubungan karena ia tak tahan dengan happy posting saya. Dan well, karena ia laki-laki, (saya agak sexist untuk hal ini), saya unfriend saja. Buat apa juga saya berteman jika hanya untuk dibaca postingan saya lalu disindir di statusnya hehe. So, saat itu langkah saya dengan para haters yg benci dengan my happy posting hanya UNFRIEND. Begitu pula saat saya di NZ, ada lagi satu teman wanita yg sebenarnya sering saya dengarkan curhatannya eh malah unfriend saya karena juga tak tahan dnegan happy posting ala saya. Well, I just let her go then karena saya juga tak pernah begitu attach dengan siapapun juga.
Until finally, saya melihat itu dari my own Mum. Awalnya beliau masih happy, senang liat saya engaged, senang liat hidup saya happy. Lalu mulailah gak komen lagi jika saya posting dibelikan apa apa oleh my fiancĂ©, lalu juga mulai gak mau lagi texting, bahkan tiap texting selalu curhat betapa beratnya hidup di tanah air, dan betapa hidup adik saya sekarang susah (which I don’t understand sebenarnya salah saya dimana, so kalau adik saya agak unhappy, saya juga harus unhappy gitu?). Saya masih tahan saja dengan bilang terserah deh mau anggap saya apa. Dan masih berusaha posting happy ala saya. Belum lagi beliau suka menyamakan saya dengan sepupu sombong yg asli sukanya show off. I really hate that, because I am not that low hellow, postingan saya jauh lebih dalam dibanding my cocky cousin yg sukanya posting perhiasan berliannya. Tepok jidat dah, malas dealing with these people lagi.
Then, as you read before, saya tiba tiba insyaf sendiri dan mikir “who am I to post” emang saya siapa sih berani-beraninya posting di sosmed. So, I choose to be silent, sejak hari itu hingga hari ini. Yeah, saya masih liat postingan orang-orang lain, tapi really, perasaan hidden dan free itu benar-benar menyenangkan. Saya gak sok alim dengan posting ayat-ayat, saya gak sok ibu-ibu dengan posting resep-resep yg gak pernah dicoba juga sebenarnya, saya gak sok bijak dengan share nasehat yang katanya self reminder padahal sebenarnya juga pingin nyindir orang lain; saya gak lagi terlihat di facebook. Saya menutupi hidup saya, meski awalnya susah, saya memilih hening di New Zealand dengan hidup saya dan perjuangan saya menyelesaikan Phd saya. Jika pun akan posting mungkin hanya untuk mile stones yg penting semisal wisuda, berangkat konferens, atau hal-hal signifikan lainnya. Itu pun jika saya masih mood buat posting hehe.
Dan awalnya susah, saya kira saya Cuma insyaf dari facebook karena belum ada happy thing yg bisa di share, dan saat ada hal yg happy, saya bisa tergoda lagi untuk posting. Namun ternyata tidak. Seperti kemarin saya buka puasa, lelaki baik itu menawari membelikan sushi. Tau gak air mata saya menetes karena ingat saya pernah Cuma bisa buka puasa ma bakso 5 ribuan. Itu pun makannya di kelas, karena biasanya saya ngajar lagi jam setengah 8 malam. Saat itu, apakah ada keluarga saya yg saya komplen terus bilang “nih liat hidup saya susah, kalian kok gak ikut susah juga” nggak tuh, karena menurut saya, setiap orang punya takdir masing-masing. Bahkan ada saja kejadian saya hanya makan bakso 5 ribu terus liat adik saya posting makan dimana gitu, yo wis, gak papa, rejekinya dan saya juga gak akan tertukar. Tapi kemarin, saya ditawari sushi, halal pie oleh laki-laki itu yg berjalan kaki membelikan unuk saya buka puasa. Saya buka puasanya di apartemen keren, di lantai 15 di kota terbesar di New Zealand. Lalu view yg saya liat laut dengan rangitoto mountain nya. Gimana gak menetes air mata coba. Anak kos lho yg makanannya Cuma bakso 5 ribu an tiba-tiba punya hidup se wah ini.Apakah saya posting? NOPE, saya memilih mengaji, bersyukur akan rahmat berbuka puasa saya kemarin. Tanpa perlu hit tombol POST di hape saya.
Lalu supervisor saya juga bertemu saya kemarin. Salah seorang diantaranya begitu dekat dengan saya lalu mengamati berbagai jewellery yg melekat di badan saya (ehem saya kemarin pakai kalung mutiara, plus diamond engagement ring saya). Beliau berkata “he must really spoils you a lot, dear Nurul, look at those jewellery on you”. Saya Cuma nyengir sambil bilang “thank you, yeah, a little”. Lalu beliau memuji betapa pekerja kerasnya saya, mencek apakah saya happy, lalu bilang saya pretty. See, biasanya saya akan share perasaan happy ini dengan nge klik tombol POST. Lalu akan ada respon orang lain entah haters entah liker yg jelas akan ada reaksi karena ada aksi dari saya (based on Hukum Newton III) hehe.
But nope, I did not post. Sekarang what’s to like and what’s not to like? Saya masih ngeliat orang lain posting dengan berbagai gayanya. Ada yg jualan, ada yg share nasihat, ada yg share resep, ada yg posting kegiatannya, acara weekend nya, foto foto anaknya, masakan yang dibuatnya, banyak lah, dan me? NOTHING! Saya gak posting APAPUN. Saya juga gak balas message SIAPAPUN. Saya benar-benar detach dengn facebook dan segala manusia yg tergabung di dalamnya. So, sekarang, What’s to like, what’s not to like, wong saya gak ada posting ANYTHING hehe. Saya happy with him, saya enjoy sendiri. Dan benar-benar SENDIRI. Dan saya happy, saya liat sunrise pagi ini, took a pic, terus liat dan bilang ke diri sendiri “this is just for me, just for me”. Lalu saya dimarahi di tempat kerjaan, nangis sendiri, dan instead of hit tombol post, saya Cuma bilang “this is my battle, my battle”, tanpa berusaha minta simpati ke siapapun, not even to my mum, and here I am, alone dengan hidup saya.
Dan tadi malam saya bercerita dengan lelaki itu, saya ungkapkan betapa saya sekarang merasa jauh lebih baik tanpa facebook. Dan meski ia tahu setiap kali saya bilang I WILL NOT POST ANYMORE, tapi akhirnya saya end up posting lagi, tapi kali ini ia benar-benar melihat saya detach dari facebook, seperti halnya saya detach dengan berbagai hal lain dalam hidup saya.
Daaan, saya melihat sedikit perubahan. My mum tiba-tiba menjadi simpatik karena berpikir saya sedang menghadapi kesulitan hidup di NZ sini. Yeah, siapa bilang hidup saya easy piecy di sini? Saya juga bekerja, tiap malam belajar, gak Cuma haha hihi kok. The difference is, I DON’T COMPLAIN, saya tak suka mengeluh. Sangat tak suka hingga saya lebih senang menelan kesedihan saya sendiri. Dan itu yg membuat orang lain berpikir saya SELALU bahagia! Haha.
Dan di persembunyian saya hingga hari ini, saya merasa DAMAI. Saya gak perlu nunjukin ke dunia baju apa yg saya pakai, atau liburan apa yg saya rasakan, orang gak tahu apa yg saya makan, dengan siapa saya makan, dimana saya saat ini, apa yg saya dapat hari ini, gak perlu lagi orang lain tahu. Malah bagus, para stalker dan spy itu gak lagi punya bahan untuk diomongin tentang saya. Juga gak ada alagi yg perlu di like dari saya. Saya persilahkan FACEBOOK untuk Anda semua, but not me. Silahkan posting apapun, say amah sembunyi aja. Lebih damai, gak ada lagi yg iri (meski juga gak ada lagi yg kontak), gak ada lagi yg kasak kusuk dtg minta tolong, gak ada lagi pokoknya saya putus hubungan dengan dunia luar selain yg saya hadapi di hadapan saya. Malah bagus kayaknya jika mile stones saja yg saya posting, itu pun jika saya masih mood hehe. Jika tidak, bukankah lebih nyaman hidden saja?
So, mungkin itu yg diinginkan public. You better silent kalau gak tahan di bully. Dan sekarang, see, semuanya tetap posting dan saya SILENT. Sekarang public mau nge like atau nge hate apa dari saya? I give you NOTHING! No aksi dari saya, so no reaksi dari Anda! Peace buat seluruh makhluk hidup di dunia!

Auckland, 2 Mei 2017,


-NK-