Monday 30 April 2018

Selamat menempuh ujian nasional, Najwa


Dear Najwa,

Berdasarkan info di internet, aku tahu bahwa tanggal 3-5 Mei nanti kau akan menjalani salah satu tes yang serius dalam hidupmu, USBN kalau dulu di zamanku namanya EBTANAS. Ujian Nasional intinya. Aku tahu mungkin saat ini kau pasti sedang mempersiapkan diri. Kau pasti sedang gugup, takut tidak bisa mengerjakan soal. Dan aku, seperti biasa hanya bisa mendoakanmu disini.

Aku juga tahu kau tak seberuntung anak anak lain yang dilepas oleh ibu mereka di gerbang sekolah, yang mungkin disiapkan bekalnya di hari hari ujian nasional lalu mereka masih bisa berbalik dan melihat ibu ibu mereka tersenyum dan berkata “kamu pasti bisa”. Kau tak seberuntung itu anakku, aku tahu itu. Dan situasi bertambah sulit karena nenek pun sudah meninggal dan tidak bisa lagi menemuimu di sekolah lalu menghubungkanmu denganku disini. Bahkan jika pun aku di tanah air saat ini, hanya tinggal hitungan hari kau akan pindah ke sekolah dimana aku tak bisa lagi menemuimu dan sama seperti halnya saat ini, kita hanya akan terhubung dengan doa. Aku tahu kau tak seberuntung anak anak lain itu. Saat ini dengan kekuatan anak anak mu, kau berusaha tegar dan menjalani ujian nasional itu. Dan mungkin karena itu tadi malam aku bermimpi kau mengejar, memelukku dan berkata “I miss you”. So kupikir hari ini aku harus menulis ini untukmu.

Melalui tulisan ini aku hanya ingin bercerita bagaimana aku melewati ujian nasionalku. Terus terang aku jauh lebih beruntung darimu, nenek dulu sangat memperhatikan dan mendoakan, meski tidak menuntut harus berhasil. Kau harus tahu bahwa ibumu ini tidak pernah dituntut harus berhasil oleh nenek. Malah nenek marah kalau aku ini belajarnya kelewatan hehe. Apalagi dulu itu sekolahku kebakaran tepat beberapa bulan sebelum Ebtanas. Akhirnya aku harus belajar numpang di sekolah lain, salah satunya aku pernah ikut belajar Matematika di sekolahmu sekarang, karena guru Matematika yang melatih kami dulu guru Matematika di SD mu sekarang. Waktu itu, ibumu yang pemalu ini mulailah berbaur dengan anak anak lain yang menurut pandanganku dulu JAUH LEBIH KAYA, JAUH LEBIH PINTAR, JAUH LEBIH HEBAT, JAUH LEBIH BERUNTUNG.  

Oh aku juga lupa, justru di hari Ebtanas itu nenek dengan kai berangkat naik haji. Jadi basically, aku pun ujian Ebtanas tanpa kai dengan nenek. Aku belajar dari buku dan kau pasti tahu betapa gilanya aku belajar. Dan mulailah aku mengerjakan ujian itu. Dan di luar dugaan, nilai ibumu ini meraih nilai tertinggi. Jadi anakku, tidak penting seberapa fasilitas yang kita punya, yang harus kita miliki itu adalah SEMANGAT pantang menyerah. Biarpun sekolahku dulu kebakaran, aku tak punya buku selengkap anak anak lain, bahkan percayalah anakku, S3 ku disini pun ku rintis dari sebuah kamar kos, dengan buku TOEFL pinjaman dari kawan, dengan dana yag dikumpulkan dari sana sini. Jadi sebanyak apapun fasilitas yang kita punya, tentu menyenangkan kalau kita punya semua itu, tapi itu tidak menjadi faktor penentu keberhasilan anakku. Ada banyak anak anak yang dimanjakan dengan fasilitas tapi akhirnya jadi terlena. Dan ada banyak juga anak anak yang tidak memiliki fasilitas tapi bisa berhasil dalam banyak hal. 

Tapi kau tak perlu khawatir anakku. Seperti halnya nenek, aku takkan pernah menuntutmu untuk jadi nomer satu. Yang penting terus berusaha, tetap pantang menyerah, dan JUJUR itu yang penting. Apapun hasil yang kau dapatkan, aku yakin itu adalah yang terbaik. Terus terang aku bukan ibu yang ingin kau meraih apa yang ku raih. Aku yakin kau pasti memiliki jalanmu sendiri, dan sukses itu tidak didefinisikan dari nilai ujian nasional saja anakku. Ada banyak orang jenius yang malah tidak berhasil di sekolah tapi malah menciptakan sesuatu yang luar biasa. Albert Einstein contohnya. Jadi, kau tak perlu khawatir dengan ujian ini. Tentu kau harus belajar, harus berdoa, tetap berusaha, itu pasti. Lalu kerjakan soal itu dengan hati hati, teliti, penuh pemikiran, tapi kau tak perlu khawatir dengan hasilnya. Hidup ini terlalu singkat kalau selalu kita isi dengan kekhawatiran.

So be happy, Najwa. Tetap semangat. Aku tahu aku takkan tahu berapa hasil USBN yang akan kau dapatkan, dan setelah ini kau akan dipindahkan ke sekolah dimana aku tak bisa lagi menemuimu di sekolah, tapi percayalah, jauh disini aku terus mendoakanmu, menitipkanmu bukan pada manusia, tapi pada Ia yang Memiliki seluruh alam semesta ini. Aku yakin doa doa panjangku ini akan sampai padamu dan kau pasti merasakan itu. Pada saat-Nya, pada saat qadar takdir perpisahan ini terpenuhi, pada saat yang sudah Ditulis Allah di Lauhul Mahfuz itu nanti, kita akan bertemu lagi. Mungkin kau akan kuliah di New Zealand, mungkin kita akan berlibur bersama di Auckland, aku sangat yakin, suatu saat Allah akan Kumpulkan kita lagi. Aku tidak menitipkanmu pada manusia, anakku, aku menitipkanmu pada Allah. Dan itu adalah buhul yang amat kuat.

Dan itu juga yang harus kau coba lakukan. Berusahalah anakku, tapi pada saat yang sama, serahkan semua hasil usahamu pada Allah SWT. Kita ini cuma manusia, kita cuma bisa berusaha, yang berhak menentukan hasil usaha kita itu Allah SWT. Dan jangan khawatir, sukses itu tidak hanya di sekolah saja anakku. Ibumu ini sudah bertemu banyak manusia sukses dan tidak semua dari mereka berasal dari sekolah. Kau bisa jadi apapun yang kau bahagia lakukan. Bahagia, itu saja yang kuharapkan akan kau lakukan dalam hidupmu. Do what makes you happy, anakku.

Good luck dengan ujian nasionalmu. Aku pun disini masih terus bergulat dengan perjuangan PhDku. Mari saling memanjat gunung pencapaian, anakku. Pada saat-Nya, kita bisa membangun jembatan dari puncak mu atau dari puncakku, dan kita akan bertemu.
Meanwhile, biar doa yang menyatukan kita. Alhamdulillah, kita masih berada di bawah langit yang sama, anakku.
Semoga berhasil, aku selalu mendoakanmu. You are always in my thoughts and in my prayer. Always.

Auckland, 1 Mei 2018,
-Me-



Thursday 26 April 2018

What a marriage life! Catatan Mrs. Church


Dear life.
Saat ini kau menempatkanku pada keadaan yang sangat tenang, keadaan penuh cinta. Kadang kadang aku pun tak percaya kini aku memiliki seseorang yang luar biasa romantis dan menyayangiku sepenuh hatinya. Well, aku sudah terbiasa dikecewakan, so saat aku menerimanya pun aku berpikir mungkin ia akan berubah begitu pernikahan dimulai. Tapi ternyata aku salah. Apa yang kurasakan saat ini penuh dengan ketenangan, kebahagiaan.

Tawa. Itu yang banyak kudapati di pernikahan ini. Ia begitu mudah membuatku tertawa, bahkan tersenyum sendiri ingat betapa banyak kalimat gombalnya yang selalu ia katakana sebagai FAKTA itu mampu membuatku tersenyum sinting sendirian. Seperti tadi malam, seperti biasa aku ke wc sekitar jam 4. Begitu aku kembali, area tidurku sudah ditempatinya. Lalu aku bertanya dengan suara manjaku “honey, my space naaah”. Dan ia pun berkata diantara tidurnya “I was looking for you, darling. The bed is not the same without you”. Atau “I am warming the bed for you, darling. So you won’t be cold when you come back to my arms”. OMG, siapa yang tidak senyum sinting mendengar kalimat seperti itu, meskipun mungkin itu gombal hehe. But it works.

Sebelumnya ia memeluk sebelum kami tidur dan berkata “I can’t get sick of your body. It is so nice, I love you, my darling”. Kalimat yang juga bikin meleleh. Kali lain ia berkata “your skin is so nice, darling, so smooth”.  Can you believe that? Saya yang cuma item kelas bawah kalau di Indonesia ini tiba tiba jadi item SO NICE oleh seorang bule di Auckland hahaha. Well, life is full of surprises sometimes.

Sore ini saat ia tiba di rumah, saya seperti biasa, menghambur ke pelukannya. Lalu kami saling melepas rindu setelah hamper 8 jam tidak bertemu. Setelah itu, seperti biasa saya membuatkannya lemon drink. Lalu setengah menggoda bilang “I will spit (meludah) on your lemon drink”. Dan ia berkata “oh please, darling, isn’t when we kiss you always give your saliva to me? And I LOVE it!”. Nah kalimat itu bikin saya mesem mesem lagi saat ini haha.

Not to mention sepanjang malam kami selalu bersentuhan, skin to skin contact. Dan it feels amazing. Awalnya saya agak kikuk karena terus terang saya belum pernah sleeping naked bahkan meskipun dulu saat saya single, apalagi ini berdua hahaha. Then one night I tried. Dan itu memang releasing banget dan saya begitu menikmati sentuhan langsung dengan kulitnya. Dan ia mengakui bahwa baru dengan saya ia merasakan begitu nikmatnya skin to skin contact itu.

Hidup kami begitu damai disini. Saya tetap puasa Senin Kamis, setiap Sabtu ia akan membawakan makanan take away, lalu Minggu malam ia akan mengajak saya berkencan. Ini lain lagi. Di jalan saat berkencan itu, ia akan selalu menggenggam tangan saya. Kadang tiba tiba nge kiss in public as di Auckland semua orang biasa saja melihat a couple kissing. Lalu di restoran ia akan membukakan kursi, membuka jaket saya, lalu di tengah makan atau memesan menu, ia akan menatap saya lalu bilang “wow”. Kadang ia sampai berdiri dari sisi mejanya hanya untuk memberikan a kiss on my lips. Senang diperlakukan seperti itu, dan kadang ada saja saya lihat pengunjung lain yang senyum senyum melihat kami.

Kamar kami selalu penuh dengan wangi bunga yang ia hadiahkan dua kali sebulan. Bunga tanggal 11 karena saya lahir tanggal itu dan bunga tanggal 22 karena itu tanggal kami bertemu. Saya benar benar dimanjakan oleh romansa seorang bule yang gentle dan selalu ingin doing right termasuk dalam memperlakukan wanitanya. Dan ia selalu menyebut saya sebagai “the gift from Allah”. Huah, senangnya! Saya merasa sangat berarti!

Dan amazingly, ia tak pernah mau jauh dari saya (padahal belum di pelet itu hahaha). Saat makan ia akan menyentuh kaki saya. Saat nonton tivi, ia akan memangku saya. Saat tidur, ia akan memeluk saya, bahkan saat ke toilet ia akan mencari saya di antara tidurnya. Bahkan di tengah menulis ini, sudah beberapa kali saya berhenti sejenak karena ia datang dari meja belajarnya dan memberikan kecupan atau pun hanya sekedar belaian di rambut saya sambil bertanya “how is it going, darling?”

Sungguh suatu kenikmatan tiada tara. Bersandar di bahunya, tidur di atas dadanya, terasa sekali sekarang saya dilindungi olehnya. Hingga kadang saya takut ia Diambil Allah lebih cepat dari saya. I really don’t know how to continue my life without him by my side. Dan saya ini sesungguhnya penyendiri kelas tinggi. Jika saya sudah begitu tergantung dengannya seperti saat ini, maka lelaki ini pasti luar biasa dalam melekatkan dirinya dengan saya (pakai lem super kayaknya) sehingga ia bisa meruntuhkan pertahanan saya yang tidak ingin terlalu dekat dengan manusia karena saya takut tersakiti.

Did I tell you bahwa setiap pagi juga ia akan menggendong saya ke toilet? Ini karena saya pernah bercanda “can you pee for me, darling?” hahaha. Dan ia benar benar melaksanakannya. Ia berjanji karena saya terlalu malas berjalan ke wc, ia akan menggendong saya setiap pagi. I think it was cuma gombal, but nope, he does it, every morning.

Dan malam ini, saya melihat foto lamanya ini. I can’t believe lelaki dengan bibir setipis ini bisa jatuh cinta pada saya yang biasa biasa ini hahaha. Mau menunggu saya menuntaskan urusan saya dengan masa lalu, bahkan berkenan membayar pengacara, lalu begitu saya tiba di Auckland, ia menikahi saya dengan dua hukum sekaligus, Islam dan Internasional.

And he is amazingly playful on bed. Mungkin karena bule hahaha jadi permainannya lebih canggih hahaha. Kadang saya merasa seperti Anna dalam Fifty Shades of Grey. Gileee perlengkapannya canggih haha, bahkan ia sering bercanda ia “hafal” anatomi tubuh saya hahahah. Amazing husband.
Belum lagi, karena ia bule, ia begitu rajin dan disiplin. Kadang saya terharu saat bangun ia sedang membersihkan dapur, atau toilet atau nge vakum saat minggu pagi. Oh ya, ia juga selalu memasak makanannya sendiri dan tugas saya Cuma bikini sandwich yang tinggal oles mentega itu lalu diisi ma keju, selesai hehe. Simple banget itu pun terima kasihnya luar biasa. Whoa, benar benar lelaki baik hati!

Bahagia. Itu mungkin yang bisa saya ungkapkan. Pernikahan ini begitu menyenangkan. Begitu menyenangkan. Alhamdulillah Allah Memberi saya kesempatan kedua. A descent one. 

Auckland, 26 April 2018
A very happy wife,

-Mrs. Church-


Friday 6 April 2018

Lemon and lemonade of life: A Cinderella Story

Life is not always a sugar sweet. Sometimes it gives you the sour of lemon. And when that time comes, make a LEMONADE!
Sebelum membaca ini, saya harus peringatkan bahwa yang Anda baca bukan a fairy tale, bukan cerita di dongeng sebelum tidur, poin poin yang akan Anda baca disini adalah A REAL LIFE story. Sehingga, I am brave to say that YOU CAN DO IT TOO! Anda akan membaca berbagai lemon hidup yang saya temui dalam hidup and how I turn it into A GLASSFULL of LEMONADE!
Setiap wanita berhak akan A CINDRELLA STORY. Make your own. TODAY.

When life gives you lemon, make a lemonade. Because every woman deserves a happily ever after




Lemon 1: PERPISAHAN DAN KEHILANGAN 
Lemon pertama yang diberikan hidup adalah perpisahan dengan anak perempuan saya satu satunya. Lelaki yang saya abdi selama bertahun tahun memutuskan untuk memisahkan saya dengan anak saya. Awalnya karena saya meminta berpisah dengan baik baik, namun well, life gives me this. Saya dipisahkan dengan satu satunya anak yang saya lahirkan. Tidak hanya itu, saya hampir tak punya apa apa saat perpisahan terjadi. Jadi life gives me 2 lemons sekaligus: PERPISAHAN DAN KEHILANGAN.
My lemonade: anak terus saya doakan, karena saya percaya DOA itu adalah energi. Dan bagaimana pun saya dipisahkan, energi doa itu akan terus sampai pada ia yang saya doakan. Untuk kehilangan banyak hal dalam hidup dan hampir tak punya apa apa, saya bawa dengan ikhlas dan syukur. Day by day, saya membangun hidup saya kembali. Sendiri, but I am at peace.

Lemon 2: FINANCIAL HARDSHIP 
Perpisahan tentu juga berujung pada kesulitan ekonomi. Saya masih ingat di awal awal perpisahan, saya harus pinjam uang hanya untuk supaya bisa bayar kos (karena saya tidak suka kembali hidup dengan orang tua saya, I chose to be independent). Saya masih ingat hari hari saat saya menangis di pojok kamar kos, berteman dua kantong plastik baju yang sempat saya bawa. Waktu itu saya cuma bisa menangis dan berbisik "mampukah saya, mampukah saya". Tiba tiba saya sendirian, anak hilang, harta hilang, wuih serasa kiamat sugra saat itu. Belum lagi tekanan masyarakat akan status saya. Masih ingat ditolak seorang Ibu kos begitu tahu saya "janda". Beliau dengan sinis berkata "cuma menerima wanita yg belum menikah atau yg berkeluarga". Can you imagine that?
How did I make it into a lemonade? Saya melamar beasiswa. Hitungan saya jika saya berangkat sekolah dengan beasiswa, tabungan saya di tanah air akan bertambah karena gaji (saya tetap dibayar tugas belajar saat sekolah), dan saya masih bisa hidup dari beasiswa. Saya lulus beasiswa master, lalu sekarang saya di beasiswa PhD. Sebelum ini pun, saat saya dihantam kesulitan eknomi di tanah air, saya bekerja di dua tempat. Pagi saya mengajar di kantor A, sore hingga malam saya mengajar di kursus (karena di kantor saya tidak banyak yang memberi saya kesempatan karena status saya). Dengan kerja di dua tempat inilah, saya berhasil membiayai persiapan beasiswa saya. Saya lulus beasiswa master dan kini sedang menempuh PhD saya.

Lemon 3: EDUCATION HARDSHIP 
Tidak selalu usaha saya berhasil. Ada saja batu sandungan yang membuat saya harus putar otak. Waktu saya menempuh master of science, saya keluar masuk rumah sakit karena sering ingat anak dan tak bisa makan. Saya bahkan di diagnosa kena bullimia oleh dokter, karena saya selalu muntah setelah makan, ingat anak saya. Betapa sintingnya saya dengan mental seguncang itu, saya memutuskan untuk sekolah lagi. Tapi I did it! Di tengah kesulitan dan goncangan mental itu, saya lulus master ON TIME. Dan itu master kedua yang saya genggam.
Awal saya tiba di negara ini (I am now in New Zealand), PhD saya hampir karam. Saya pun di diagnosa dokter terkena depresi berat. Saya hampir bunuh diri di kamar saya di Auckland. Saya pikir sudah jauh jauh saya berjuang, mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk PhD, lha kok malah karam?
How did I change it into a lemonade? Saya ikut kelas depresi. Dan itu menguatkan saya. Saya diajari untuk ikut arus depresi, membiarkannya membawa saya tenggelam, tidak melawan, karena itu akan bikin tmabh frustasi, lalu turn around, berputar dan berenang ke permukaan. And I DID it! Di tengah kepala depresi itu, saya menulis proposal ke education, saya MEMINDAHKAN PhD saya di luar negeri! Saya ikut interview dengan beberapa supervisor, dan akhirnya YAY! PhD saya berhasil dipindahkan. Saya juga me lobby imigrasi dan beasiswa, agar tetap mau me sponsori saya. Dan semua berhasil. PhD saya berhasil pindah, saya sekarang sudah menjadi doktoral kandidat dan bahkan way better, begitu saya pindah, saya DIKONTRAK oleh universitas terbesar di New Zealand.
Kena depresi tidak membuat saya patah. Setelah depresi, saya tidak hanya berenang ke permukaan, saya MELOMPAT tinggi ke angkasa!

Lemon 4: LOVE HARDSHIP 
Ingat Reese Witherspoon dalam film Sweet Home Alabama? Ceritanya tentang cewek yang sukses dan dilamar seorang lelaki tapi surat cerainya belum selesai. Yep, itulah saya. Karena tak punya uang, saya tak mampu menuntaskan surat cerai saya. Lebih parah lagi, karena saya sekolah ke luar negeri, saya tidak punya waktu untuk menuntaskan itu. Kasus saya sudah pernah saya daftarkan dan dengan sisa uang tabungan saat itu, saya menyewa pengacara. Tapi well, kasus saya digagalkan pengadilan karena saya dianggap gagal hadir di persidangan meski sudah diwakili pengacara. Saya mencoba cara lain, meminta mantan saya yang mendaftarkan gugatan, tapi tetap well, he won't help. Akhirnya saya tidak punya uang lagi untuk menuntaskan kasus saya dan membiarkan diri saya ini TERKATUNG KATUNG tanpa status. Menurut agama sudah bercerai, tapi menurut negara belum. Menikah status, tapi tak dihiraukan suami. Harta diambil, anak diambil. Saya sendiri, berusaha mengatasi kesulitan hidup. Lima tahun saya hidup tanpa surat cerai dan tidak jelas status.
Hingga saya berhasil melulusi proposal PhD saya dan diberi waktu 3 bulan untuk ambil data ke tanah air. Saat itulah dengan uang tabungan saya bekerja di luar negeri, saya menyewa pengacara lagi. Saya berpacu dengan waktu agar surat cerai saya tuntas dalam waktu 12 minggu. Saya juga harus meyakinkan hakim bahwa perpisahan ini sudah terjadi sejak 5 tahun yang lalu, tapi saya ditelantarkan tanpa surat oleh mantan saya. Dan saya BERHASIL! Surat cerai saya selesai dalam waktu 9 minggu, Proses pengambilan data saya sukses, dan saya akhirnya BERHASIL membeli harga diri saya!

My Lemonade: A HOUSE OF MY OWN
Saat saya berpisah, rumah milik keluarga saya direbut oleh mantan suami. Jangankan itu, ijazah saya pun hampir tidak dikembalikan oleh mantan. Pelajaran untuk siapa pun yang berniat menikah: amankan surat surat pribadi, you will never know when things go wrong.
Anyway, saat saya berangkat untuk PhD, saya sampai jual motor cuma supaya ada uang tambahan buat tiket pesawat. Lalu saat itu pun, status saya masih anak kos, dan masih luntang lantung nyari duit sana sini. Pas baru tiba di negara ini pun, saya sampai harus menahan lapar dan makan cuma roti karena gak mampu beli ayam selama berhari hari sebelum uang beasiswa saya tiba.
Dan a year after that, saya berhasil membeli rumah di tanah air. Cukup signifikan, meski cuma rumah sederhana, karena setelah financial hardship itu, saya berhasil membeli rumah CASH. This is what I call as my house goal. Saat saya pulang ke tanah air kemarin, saya menuntaskan urusan surat cerai saya, membeli rumah dan menuntaskan pengumpulan data saya. All in 9 weeks!

Next Lemonade: LOVE 
Ada banyak lemonade yang terjadi justru saat saya di titik nadir depresi. Saat itu saya dilamar oleh seorang bule muslim (persis seperti yang saya doakan ke Tuhan). Saya termasuk yang tidak bermimpi punya pasangan bule karena concern dengan perbedaan keyakinan dan budaya. Sebutlah saya wanita konservatif yang sadar diri bahwa saya tidak punya apa apa yang bisa menarik hati bule. Wajah pas pasan, penampilan apa lagi, modern pun tidak. Saya ini cuma wanita biasa yang senang di rumah, belajar, memasak, dengar musik, itu hobby saya.
Well then justru saat saya kena depresi, saat PD itu sangat tipis sekali saya dilamar olehnya di puncak SKY TOWER. With a DIAMOND. Can you beleve that? Mimpi pun tidak bakal punya a diamond, ini saya justru dilamar di puncak tower tertinggi di southern hemisphere! Setelah dihujat oleh mantan saya bahwa tidak akan ada lagi yang menginginkan saya, seorang bule justru berlutut di hadapan saya mengucapkan "would you marry me?".
Now that is A REAL LEMONADE!

The Greatest Lemonade: A Cinderella Story 
Setelah berhasil membeli harga diri saya dengan mengurus surat perceraian yang tergantung selama 5 tahun itu, saya pun menikah di Auckland. I called this a Cinderella story, karena semua disiapkan penuh dengan kemeriahan oleh tunangan saya. Ia membelikan a bridal shoes dari negara lain, lalu membuatkan saya a custom made veil agar saya bisa tetap pakai jilbab dan tetap berkerudung ala white bride.
Saya juga dijemput limousine dan dibawa terbang naik helikopter setelah perayaan. Yang lebih membahagiakan, setelah 5 tahun jadi wanita tanpa surat, sekarang saya punya DUA surat nikah dari luar negeri. Tunangan saya menikahi saya secara muslim dan tercatat di Muslim Association Auckland, dan secara negara yang tercatat di Internal Affairs New Zealand.
Bagaimana dengan anak saya? Saat ini ia masih kecil tapi saya selalu tekankan padanya untuk menghafal nama belakang saya. By the time she googled me, she will find me. And when she is ready, ia akan saya tuggu dimana pun di dunia ini. Meanwhile, sementara ini saya memeliharanya DALAM DOA. Dan saya yakin Tuhan selalu Melindunginya.
Sekali lagi, hidup itu tidak selalu semanis gula, selalu ada hal yang asem yang bikin kita merem melek menelannya. Tapi percayalah, dengan ikhlas, sabar, dan pantang menyerah, kita bisa membuat keaseman hidup itu menjadi sesuatu yang masih bisa dibuat senyum. I am not a Cinderella, definitely not. I make my own Cinderella story. And if I can, you can do it too!