Sunday 31 May 2020

Sweet revenge series 1: Lesson learned buat mantan...

Auckland, 1 Juni 2020.

Tulisan ini saya tujukan buat mantan siapa saja dan mantan apa saja. Bisa mantan suami, mantan pacar, mantan kawan, mantan apapun deh pokoknya. Bahwa saat kita disakiti oleh siapapun itu yg dulu pernah dekat dengan kita, akhirnya hubungan pasti akan merenggang dan akhirnya apapun yang dulu kita miliki bersama, berubah status menjadi mantan.

Mungkin kita dulu pernah begitu disakiti, dihancurkan, dirusak apapun yang telah kita bangun. Belum cukup, apa yang kita punya direbut, disikat, karena sang mantan yang tak terima dengan apapun keputusan kita untuk pergi darinya. Dan karena ia tak bisa lagi memiliki kita, maka hanya kerusakan yang diinginkannya di diri kita.

I am familiar with this. Dan terus terang ada banyak strategi membalas mantan yang saya punya. But it will be in another post. Yang ini lesson learned buat mantan dulu, next kalau ada waktu, I will write lesson to teach buat yang ingin balas mantan.
So, ini lesson learned buat mantan siapa saja or mantan apa saja, saya tidak membatasi dimensinya. If you think lesson yang saya tulis ini bisa di terapkan in your own context, monggo, jika yg baca pun pernah jadi mantan siapapun, well, maybe ini bisa jadi lesson learned. So, here we go, let's start the list:
Lesson learned 1: DO NOT HURT
Jangan pernah menyakiti. Karena siapapun itu, kalau selalu disakiti, pasti akan pergi. Semut pun kalau diinjak terus menerus, pasti akan menggigit. So, jangan berasumsi orang yg kita sakiti ini akan terus menerus berada di samping kita, hoho, nggak semua orang mau disakiti terus, se desperate apapun mereka, se penakut apapun itu, suatu saat mereka yang telalu disakiti akan menemukan kekuatannya dan BANGKIT, melawan. Dan saya cuma mau bilang, kekuatan orang yang sudah terlalu lama diam disakiti itu berat untuk dilawan. Karena itu kekuatan yang terakumulasi sekian lama dan berakar dari rasa sakit yang biasanya menghasilkan magnitude kekuatan yang besar dan bertahan lama, so hati-hati, jangan terlalu mudah menyakiti. Jika pun you hurt someone, segeralah minta maaf, karena kita tidak tahu kapan ia akhirnya berontak, melawan dan kau, mantan, akan kehilangan.

Lesson learned 2: APPRECIATE
Siapapun itu, kalau selalu dihina, direndahkan, dianggap tidak ada, kontribusinya dikecilkan, suatu saat pasti akan PERGI. Penghargaan itu penting, dear mantan, dan nggak susah sebenarnya. Kadang cuma bilang terima kasih or recognise apa yg orang lain lakukan untuk kita itu cukup kok. Nggak perlu pakai uang or pakai hadiah berjuta juta, nggak perlu itu. Kadang orang itu hanya perlu kontribusinya dianggap ADA, ia dianggap BERARTI. Kalau ia selalu dianggap nggak ada, dianggap kecil, ya jangan marah ya kalau akhirnya ia pergi.
Tapi appreciate ini juga susah ya mantan, kalau gak punya emotional maturity yang oke. Karena ini harus ngalahin ego, kalau masih ego, masih kepingin nganggap "elo bawahan saya, saya harus dihormati" ya itu nggak bakal jalan. Appreciation kita ke orang lain itu hanya bisa jalan kalau kita bisa menganggap diri kita dan orang lain itu EQUAL. SETARA. Kalau kita nganggap diri kita lebih tinggi ya jelas yg satu raja yg satu budak, gitu aja rumusnya. So, Appreciate, Appreciate, Appreciate. Jangan sampai kurang appreciate, akhirnya yg dimiliki hilang diambil orang.

Lesson learned 3: DO NOT TRY TO DESTROY
Ini pelajaran penting banget nih, ntan (singkatan buat mantan hehehe). Jangan senang menghancurkan orang lain. Karena kalau nafsu kita destruktif, maka energi kita hanya fokus ke yang destruktif aja. Dan percayalah, energi destruktif gitu gak ada baeknya buat hidup. Kalau maunya cuma pingin menghancurkan mantan, percaya deh, pasti gak akan selamat tu misi. Tetap kesandung sana sini, sementara si mantan yg ingin dihancurkan terus berjaya membangun hidupnya. Membangun apa yang pernah engkau hancurkan. Menghasilkan yang pernau kau rebut. Memanen kebaikannya, kerja kerasnya, di tempat yang bisa menghargai kontribusinya. Terus, elu liat mantan tambah jaya, tambah keki, tambah sakit hati, pingin ngancurin lagi, akhirnya nggak fokus ke hidup sendiri. Mantan lu udah kemana mana di dunia, lah lu masih disitu aja, lengkap dengan sakit hatimu hehehe. Makanya hidup itu berdamailah dengan takdir, berdamailah dengan apa yang sudah Diputuskan Tuhan buat kita. Terus juga kan nggak mungkin suatu kejadian terjadi kalau nggak ada sebabnya. Biar bisa lebih konstruktif dan peaceful untuk diri sendiri. Nggak marah marah terus dan pingin ngancurin aja niatnya :-). Karena percaya deh, kekuatan menghancurkan mu itu suatu saat pasti tak akan mampu lagi menjangkau scope sepak terjang mantanmu yang terus menerus berjuang membangun hidupnya setelah kau hancurkan habis habisan. Dan saat itu, kau cuma bisa melihatnya dari kejauhan, tak percaya bahwa itu adalah seseorang yang pernah pengabdiannya kau dapatkan lalu ilang :-)

Lesson learned 4: REFLECT YOURSELF
Ni buat mantan siapapun nih ya, before you start pointing telunjuk ke wajah mantan dan nyalahin terus, coba deh ngaca. Kenapa ya mantan saya pergi, kenapa ya dia nggak tahan dg saya, kenapa ya dia bisa berhasil sekarang dan jauh lebih bahagia sementara waktu sama saya kayaknya tersiksa. Have a mirror, tapi jangan cuma dipasang ke wajah orang lain aja. Turn that mirror around and see your own reflection there. Terus tanya deh ke diri sendiri "do I deserve her?" Pantaskah saya memiliki wanita seperti dirinya? Wanita yang tahu cara menghargai dirinya, tahu caranya menghargai orang lain, gak segan bilang terima kasih, wanita yg recognise kebaikan orang lain dan never take things for granted. Wanita yang tulus dan dulu juga tulus mengabdi buat saya. Terus, kenapa dia pergi? Kenapa ia jauh lebih bahagia sekarang? Meski tanpa saya lagi? Mungkin saya gagal membahagiakannya, then. Karena really, pasangan kita itu cerminan kita juga. Kalau kita nya nggak mampu mencapai level nya, ya jangan marah kalau kita memang bukan untuknya.

Lesson learned 5: PEACE, PEACE, PEACE.
Damai. Berdamailah dengan hidup, dear mantan. Jangan selalu marah marah, ingin menyakiti orang lain, seperti anak kecil kalau maunya tidak dituruti, ngamuk. We are not a child anymore, udah tua. Belajarlah menerima kalau takdir Tuhan memang sudah begini. Jangan menambah luka dengan terus merenggut hak siapapun itu, memisahkan apa yang mestinya bisa bersama, yang mestinya bisa ketemu dengan baik, yg mestinya bisa di negosiasikan. Kalau kita marah di awal awal, ya wajar, namanya juga hidup gak sesuai dengan kehendak kita. Tapi ya setelah years after years, evaluate lagi lah, apa kemarahan kita ini ada gunanya. Apa kemarahan ini akan merubah situasi, apa kita memperbaiki keadaan dengan marahnya kita. Jika lebih banyak mudarat daripada manfaatnya, maka mungkin sudah sebaiknya kita move on dari kemarahan kita dan berdamai dengan keadaan. Memaafkan siapapun yang mungkin menyakiti kita, memaafkan diri kita dan recognise kesalahan diri kita masing masing that leads to the current situation.

Lesson learned 6: WHEN YOU SEE ME
Someday, saat mungkin kita bisa bertemu lagi, I want any mantan to recognise apa yang salah dalam kisah yang lalu, appreciate apa yang pernah ku beri untukmu ya ntan dan pengabdian sebesar apa yang pernah ku dedikasikan, dan tentunya paham bahwa kau tak akan mendapatkan semua itu kembali. Namanya juga mantan, susah buat jadi bagian masa depan :-)
I also want you to NEVER treat perempuan lain seperti yg pernauh kau lakukan. Wanita bukan budak, bukan barang yang tidak punya perasaan. Wanita juga bukan makhluk lemah. Wanita itu pemain bertahan, ia mungkin tak langsung menang, tapi dengan kekuatan bertahannya itulah, ia menang. So when you see wanita itu lagi, mantan, semoga kau bisa melihat itu semua. Betapa ia pernah mencintaimu, lalu kau kecewakan, kau sakiti, terus menerus. Ku harap kau melihat apa yang pernah kau punya, dan tentunya, yang tak akan pernah kembali lagi padamu.

Semoga pelajaran hidup ini bisa jadi hikmah untuk menjadikan kita pribadi yang lebih baik ke depannya, yah mantan. Amiin :-). Dan memang itu tujuan tulisan ini. For a lesson learned, buat siapapun itu, buat mantan siapapun itu. Start learning your lesson.

With all the respect that a mantan deserve,

-Nurul Kasyfita-

Image may contain: text that says 'Dear ex... When you see me today, I want you to recognise What you had, Regret what you've lost, And realise what You're never getting back'

Friday 29 May 2020

The FAITH WINS: the story of becoming the resident of New Zealand

Hi there,
It's been two years I don't write here. Saya agak ber hibernasi akhir akhir ini karena lebih sering post yg ringkas di FB hehe, padahal malah nggak ter archive rapi seperti di blog ini.

Anyway, I would like to make this account alive again setelah dorman selama 2 tahun. Rasanya terakhir saya menulis tentang tawakkal di sini, back in 2018. Many things have happened. Suami saya yg begitu menyayangi saya malah kena kanker, but hikmahnya adalah saya dapat permanen job di NZ, plus a residensi. Buat menembus residensi ini lumayan panjang story nya. Saya juga nggak tahu kenapa apply heheeh, cuma yg appealing itu dengan residensi nggak perlu bayar asuransi lagi.

Padahal benefitnya banyak banget ternyata. Dan banyak sekali yg sedang berjuang melulusinya. Barusan saya baca tentang pasangan suami istri dengan 2 anak mereka asal Fiji. Istrinya awalnya ambil PhD di NZ, tapi nggak lulus beasiswa. Akhirnya harus biaya sendiri dan ditopang suaminya yg bekerja sebagai mekanik di campervan gitu dan karena COVID-19 akhirnya dipecat. Yang sedih, mereka berdua ini plus anak mereka tinggal di NZ dg work dan student visa. Akhirnya anak anak mereka dan suami istri ini nggak bisa minta gaji ke pemerintah, pun anak anak kalau mau ke dokter mahal banget harganya. Saya sih dari dulu juga nggak perlu bayar dokter kalau sakit disini tapi sudah bayar asuransi duluan, hampir 10 juta harganya per tahun. Tapi dengan residensi ini, ke dokter cuma 20$ saja lalu semua ditanggung pemerintah. Yang sedih, suami istri asal Fiji ini sudah melamar residensi tapi masih belum selesai karena si istri belum dapat pekerjaan di NZ dan tidak sanggup menunjukkan kalau mereka bisa support diri sendiri. Sesuatu yang sangat saya syukuri karena saya sudah dapat permanent job dulu sebelum residensi visa saya di review. Itu juga yg menguatkan katanya.

Untuk residensi visa ini saya mencobanya dari jalur partnership. Bisa juga sih memulai dari jalur migrant skilled tapi susah pakai banget karena Anda harus earn minimal 75,000 NZD per tahun or 750 juta. Itu pun harus ngumpulin poin, harus ada leadership skill ya kayak di Indo gitu kayak ngurus pangkat PNS, harus terkumpul berapa poin dulu baru bisa apply. Tapi kerennya ya nggak perlu nikah sama orang sini, yg penting punya kerjaan dg gaji minimal 75,000 per tahun ya bisa apply ini.

Kalau yg jalur partenrship seperti saya, syaratnya: 1) menikah/living together dengan warga NZ or permanent resident NZ; 2) stay together selama 2 tahun. Gitu sih yang saya ingat dan yang paling penting nih berhasil menunjukkan bukti relationship yg genuine dan stable karena banyak banget disini yang setting an marriage nya supaya bisa dapat residensi saja.

Anyway, kok tegang banget sih kayaknya. Iyaaa,  tau tegangnya kenapa? Ini fee buat visa ini adalah 1,450 NZD or sekitar 14,5 juta rupiah. Mihil buangeeet wkwkwk. Lalu yang kedua, rate gagal untuk resdient visa di NZ sini adalah yang tertinggi karena NZ membatasi jumlah imigran di negaranya. Karena meski negara kecil ya mereka juga ingin menghidupi penduduknya dengan sejahtera kan ya hehehe.

Berikut tahap tahap proses resident visa yang saya alami:
1. Persiapan dokumen. Semua dokumen dan check list yang diperlukan untuk visa ini ada di immigasi NZ: https://www.immigration.govt.nz/new-zealand-visas/apply-for-a-visa/visa-factsheet/partnership-resident-visa. Namanya partnership of a New Zealander resident visa. Jadi intinya harus cek kesehatan, sediain police certificate or SKCK kalau di Indo, nunjukkin bukti kalau nikahnya stabil dan genuine (tunjukkin foto di social media, testify dari kawan kerja kalau pernikahan ini nyata bukan settingan, bukti surat nikah, pernyataan orang tua, timeline relationship, kapan ketemu, tunangan, nikah, intinya ya bukti kalau ini tu bukan settingan). Untuuung facebook saya itu beneran kayak timeline hidup wkwkwkw. Jadi mudah nge retrive datanya. Selain itu harus nunjukkin bukti duit tabungan, punya tabungan bersama apa nggak, nunjukin bukti alamat, bukti bill yang dibayar bersama wuih buanyaaaak hahahaha. Saya sampai kayak juling gitu pas nyiapin statement bank saya dan suami. Mereka mintanya 2 tahun terakhir cuuy, gimana nggak banyak. Udah? Yuk masuk tahap 2.

2. Bikin akun online. Caranya mudah banget ya tinggal masuk link INZ di atas, baru masukkin tipe visa yang kita apply, lalu keluar deh cara bikin akunnya. Disini bikin akun imigrasi pakai realme. Terus terang saya baru ini urus visa sendiri, waktu pertama kali masuk NZ diurusin badan visa di Jakarta, VFS namanya. Itu di approve 4 tahun coba, wuih NZ ini emang baek ama saya hehe. Next, tahun lalu saya apply student visa lewat university of Auckland, nggak pernah saya berhubungan langsung dg imigrasi, baru ini saja. Akun online nya cukup sederhana, kita isi data yang diminta baru upload di step akhirnya.

3. Bayar. Ya dong, bayar, masa gratis hehe. Ini di akhir kita akan diberi akun cara bayar lewat bank nya. Saya pakai cuma debit card saja, hik, langsung ter debit deh itu 1450 NZD. Sakit kepala wkwkwk.

4. Nuuuuuuuunnnnnngggggggguuuuuuuuuuu. Busyet, panjang amat. Iyaaaaaa, itu nunggu pakai lamaaaaaa. Perlu diketahui processing resdient visa itu yg tercepat 8 bulan, yang terlama bisa nyampai 3 tahun. Oh ya selama menunggu ini kita boleh kok nambah nambah upload an dokumen kita. Jadi saat saya diangkat jadi pegawai tetap Unievrsity of Auckland, saya submit itu permanent contract employment di November 2019, padahal saya submit dokumen di July 2019. Itu ya udin gitu yak abis submit lupakan dah tu aplikasi, sakit hati soalnya kalau nunggu email wkwkwkw. Saya baru mulai kasak kusuk nanya ke petugas imigrasi itu awal Februari 2020. Itu pun masih disahuti "just wait" wkwkwkw. Akhirnyaaaa, dengan penantian super lamaaaa, saya di email di 9 Maret 2020. Suruh lengkapi dokumen lagi wkwkwkw. Ada 16 item pertanyaan yang harus saya jawab or sediakan dokumennya. Busyet dah.

5. Upload secondly  Ini dokumen yang harus di upload berdasar permintaan petugas tadi. Saya diberi waktu 2 minggu, ya elah, di hari setelah nge upload lockdown COVID-19 datang. Stop dah tu proses aplikasi wkwkwkw.

6. Email lagi plus interview. Iyaaa, masih ada email lagi dari si petugas, minta dokumen terakhir. Cuma satu aja kali ini *lega*. Terus sorenya beliau bilang eh interview ya. Busyet dah tu, keder lagi kita. Wong teman teman yg lain yg apply residency gak ada yg interview, kita kok ya ada. Interviewnya lumayan melelahkan. 45 menit tapi dicecar gitu kayak interogasi. Probing dan prompting teknik nya si Ibu yahud dah. Berat buat boong. Wkwkwkw. Tapi saya mah nggak perlu boong. Sama facebook aja saya nggak pernah boong hahahaha. Oh ya mereka juga nge point out banget beda usia saya sama suami, pun beda budaya. Tapi kayaknya kalah dengan jawaban saya yg bilang "it, the faith, the faith WINS", agama lah yang menyatukan kami berdua. Cieeee romantis amat ini agama jadi pemersatu dua bangsa bahkan dibawa bawa ke residensi visa.

7. Decision Eng ing eng....ini kita di email di hari yg sama, diberi tahu ni sudah masuk tahap decision ya, tapi masih harus di review lagi. Katanya nunggu 2 minggu. Eh ternyata, esoknya si Ibu telpon deh dan bilang CONGRATULATIONS, Nurul, you are now a resident of New Zealand.

Fiuhhh, basah dah tu air mata wkwkwkw. Cuma lega aja, bayangin kalau gagal itu harga visa fee seharga motor second di Indonesia hahaha. Tapi alhamdulillah. Approve. Sekarang saya bisa stay indefinitely di New Zealand.

ALHAMDULILLAH! Terima kasih juga pada pak suami yang telah menikahi saya dan berkenan menjadikan saya istrinya.

Semoga bermanfaat. Bye for now and take care.

Auckland, 30 Mei 2020.
24 hours setelah menjadi resident of New Zealand.

-Nurul Kasyfita Church-
Image may contain: 2 people