Tuesday 11 October 2016

A sweet revenge...

Hi everyone.
Masih pagi di Auckland dan saya lagi ingin menulis. Hmm kali ini tulisan tentang sweet revenge. Balas dendam yg manis. Yup, balas dendam yg manis hehe.

Saat ini saya sedang santai. Proposal tesis saya sudah submit 30 menit yang lalu ke supervisor. Meski PhD saya di sains tidak berjalan baik beberapa waktu lalu, namun kali ini saya sudah back on feet. Senang sekali sekarang saya sudah bisa mengimbangi workload dengan have a life. Ah, saya jadi ingat saat saya terkena depresi, sendiri di Auckland. Berat sekali hari-hari yang saya lalui saat itu. Saya terbaring, sendirian di kamar, bahkan tidak mampu membuka tirai kamar untuk sekedar melihat matahari. Namun saat ini saya sudah berhasil memindahkan PhD saya ke education, sudah berhasil menemukan riset topik yang membuat saya sangat sangat bersemangat dan sedang bersemangat dengan kisah asmara saya dengan seorang kiwi New Zealand yang super manis hehe.

Tiba-tiba saya teringat dengan suatu hari di tahun 2012. Saya duduk di hadapan pimpinan tempat saya bekerja, terisak menangis pasca porak porandanya rumah tangga saya. Beliau tidak mampu menolong saat itu, kecuali mendoakan saya saat saya pamit hendak berangkat sekolah ke India. Beliau hanya berulangkali menyebut “berlian tidak akan kehilangan sinarnya hanya karena dilempari lumpur, suatu saat ia akan berkilau kembali”.

Beliau bahkan mungkin tidak tahu bahwa kalimat beliau itu begitu menguatkan saya. Ada seseorang yang masih percaya bahwa saya orang baik yang ditakdirkan memiliki hidup agak rumit, dan saat ia dihujat dan disalahkan banyak orang, itu penting sekali. Dan berangkatlah saya mengembara, sendiri, ke India. Jauh dari banyak pihak, membawa kepedihan saya, kehilangan hampir segalanya dalam hidup. Harta, anak, nama baik, semua hancur, luluh lantak di tahun itu. 2012, tahun kiamat sugra buat saya. Saat itu juga beliau menguatkan saya dengan berkata “bersabarlah, saat ini pesawatmu sedang mengalami turbulensi, banyak goncangan hebat yang akan terjadi, tapi apapun yang terjadi, jangan biarkan peswatamu jatuh, mendaratlah meski dengan hentakan super keras, tapi jangan jatuh. Bersabarlah. Masa transisi ini akan terlewati”.
Dan memang benar. Masa transisi dari seorang yang menikah hingga akhirnya menjadi janda mandiri itu tidak mudah. Ada banyak hentakan, goncangan, dentuman hidup yang pesawat saya lalui. Meski begitu, saya selalu ingat, pesawat saya tidak boleh jatuh. Saya harus mampu mendaratkan pesawat ini dengan selamat. Harus.
2013, 2014, saya lalui dengan keheningan, sendirian di India. Saya belajar, paling sesekali posting tentang kuliah atau apa yang saya pelajari di India. Lalu saya posting saya lulus. Setidaknya satu hal kembali pada saya, kepercayaan bahwa saya masih bisa sekolah dengan baik. Bahwameski saya tidak cukup baik untuk berumah tangga, saya masih punya kompetensi lain yang masih bisa diusahakan. Education, sekolah.
Pulanglah saya ke Indonesia Juli 2014. Saya berusaha beradaptasi lagi dengan semua hal yang pernah saya tinggalkan. Di kampus, bertemu lagi dengan sistem yang dulu akrab dengan saya. meski kocar kacir dengan pemotongan gaji, akhirnya saya berhasil menemukan penghasilan tambahan dengan menjadi guru Bahasa Inggris di sebuah kursus besar di Samarinda. Saya cukup mendapat tempat di sana, karena Bahasa Inggris saya dan pengalaman mengajar yang mumpuni. Pendapatan saya mulai membaik dan saya pun bertemu orang-orang menarik. Hingga akhirnya saya mendengar tentang LPDP. Agak kecut hati saya mengingat status diri saya yang tidak se normal orang lain. Apakah mau mereka membiayai saya ke luar negeri? Perempuan, sendirian, tidak punya apa apa kecuali dirinya dan Allah SWT, dengan status yang tidak sebaik orang-orang lain. Dan alhamdulillah, ada seorang profesor di Auckland sini yang menerima saya. Berkat kuasa Allah dan tangan beliau, akhirnya saya dapat surat tanda diterima di University of Auckland, universitas rangking 82 seluruh dunia. Berbekal surat itu, akhirnya saya lulus beasiswa. Dan berangkatlah saya. kembali mengembara dengan kesendirian saya.

Tiba di Auckland, di hostel sederhana dengan sewa 200$ per minggu. Saya masih kocar kacir lagi dengan suhu yang dingin, suasana PhD yang jauh berbeda dengan master saya di India. Lalu saya bertemu dengannya, Russell Church yang tergila gila dengan saya. Ia mengejar saya tanpa henti, berjuang untuk saya meski ia tahu status saya dan betapa rumitnya latar belakang hidup saya. Saat saya depresi pun, ia yang merawat saya di rumah sakit hingga saya begitu tersentuh dengan kebaikan dan kemanisannya. Ia begitu rendah hati, gentle man an memperlakukan saya bak seorang putri, meski saya bukan perawan lagi. Ia yang muslim, dan karena kemuslimannya, saya menerimanya. Kami pun merencanakan pernikahan.

Dan hari ini saya berdiri di depan cermin. Saya ingat mereka yang meninggalkan saya. Ada ia, laki-laki yang selalu berusaha mempersulit hidup saya, ada kawan kawan yang akhirnya meninggalkan saya hanya karena status hidup saya tidak senormal yang lain. Namun hari ini say a berdiri di depan cermin, di kamar saya yang nyaman di unilodge, melihat betapa Allah telah begitu Mengangkat derajat saya, alhamdulillah. Dari wanita yang di tahun 2012 menangis, pingsan, hampir tak kuat melanjutkan hidup, hingga kini saya, mahasiswa PhD dengan project yg akan happening banget di Kalimantan nantinya. Penampilan saya sudah jauh berubah. Saya juga sudah menguasai beberapa teknik kickboxing yang bisa melindungi saya jika diperlukan. Saya diantar jemput naik mobil oleh seorang kiwi yang siap sedia menemani saya.
Dan tiba-tiba, saya teringat kata-kata pimpinan saya  4 tahun yang lalu itu. Beliau yang kini sudah tak lagi menjabat pimpinan, tapi akan selalu saya ingat jasanya. Beliau yang bertemu saya di akhir tahun 2015 dan kaget mendengar saya akan berangkat lagi ke New Zealand untuk doktoral. Beliau saat itu bertemu saya kembali di tahun 2015, dan beliau takjub melihat perubahan saya. Beliau bahkan mengantarkan saya hingga ke pintu ruangan dan berkata “kilau berlian itu telah kembali. Mau bagaimanapun lumpur dilemparkan, kilau berlian tak akan tertukar”.

Kadang dalam hidup Anda bisa saja bertemu dengan orang-orang jahat yang meninggalkan Anda atau menjerumuskan Anda dan kenaifan Anda sebagai manusia. Tapi percayalah, akan ada saatnya dimana kesuksesan Anda kembali bangkit setelah dihancurkan oleh mereka akan menjadi balas dendam yang  sangat manis. atau bahkan Anda tak perlu balas dendam. Suatu saat Allah akan Menunjukkan Kuasa Nya. Percayalah.

And you, masa lalu. Ingat saat itu keluargamu mengucilkan saya, mereka yang berkata bahwa mereka tak sudi lagi melihat wajah saya. ingat saat itu kau berkata saya tidak akan berhasil dimanapun. Ingat saat kau berkata saya tidak akan mampu meraih gelar master. Ingat saat itu saya bersimpuh di kakimu memohon agar bisa bertemu Najwa. Saat ini, jika pun kita bertemu lagi, saya mungkin akan berterima kasih atas kekejaman mu waktu itu. Terima kasih karena berkat penolakanmu, saat ini saya menemukan diri saya. Saya menemukan laki-laki yang bisa menghargai saya. Saya sekolah di universitas besar dan ditempa untuk menjadi tangguh. Tapi mungkin kau tak kan lagi mengenali saya. Saya sudah jauh berbeda. Saya tidak cengeng lagi, saya tidak penakut lagi, saya bukan saya yang dulu lagi. Saya telah berubah. Saya bangkit. Bukan patah. Terima kasih masa lalu, mungkin kau tak kan lagi mengenali saya yang dulu begitu kau dan keluargamu hina. Saya telah berubah. Mungkin jika kita bertemu kembali, saya hanya akan menjabat tanganmu dengan manis lalu berkata “excuse me, who are you?”. Sekali lagi, terima kasih. Kau, telah menjadikan saya siapa saya hari ini

Auckland, 12 Oktober 2016.
Perempuan yang berbahagia dengan dirinya


-NK-


Saturday 8 October 2016

Empowering Janda Through Education

Hi there. Hari ini saya ingin menulis sesuatu yg lumayan menggelitik. Biasanya postingan saya lumayan alay, namun hari ini otak saya sdg waras sehingga saya ingin menuiskan hal ini. Kali ini saya ingin berbicara tentang wanita. Ya, wanita, makhluk indah yg sering dipuja tapi juga sering disakiti. Lebih khusus lagi, saya ingin berbicara tentang wanita yg gagal berumah tangga, ya janda. Itu kasarnya.

Mendengar kata janda pasti ada saja beberapa dari Anda yg mengernyitkan hidung, seolah itu adalah kata yang tak pantas didengar. Mendengar kata itu mungkin mereka yg saat ini menikah akan mengucapkan kalimat naudzubillah min zalik untuk menunjukkan betapa mereka tak ingin menjadi salah seorang dari penyandang kata tersebut di dunia. Sebagian yg lain, yg single tapi sdh lumayan matang usia, mengernyitkan hidung dan berkata “alhamdulillah, meski saya belum juga laku, minimum saya tidak jadi janda”. Sementara untuk para lelaki, kata itu seolah jadi sasaran empuk, entah dengan niat hendak melindungi, atau hendak iseng saja, kata janda membuat lelaki ingin mendekati, merasakan sensasi, memberikan kebahagiaan sesaat, janji janji semu, di modus, lalu akhirnya ditinggalkan. Seolah-olah janda adalah makhluk kuat yang tak akan tersakiti meski diiming imingi janji manis lalu ditinggal pergi. Kalimat kasarnya “sudah janda ini”. Bagi wanita-wanita lain, bertemu janda membuat mereka mengencangkan ikatan ke suami suaminya. Seolah olah janda adalah makhluk binal yang siap menerkam siapapun makhluk yg bernama laki-laki. Seolah olah kuda pun diberi topeng mirip laki laki akan dikejar oleh seorang janda. Kata-kata “gatal”, “murahan” selalu dialamatkan pada wanita wanita yang berpredikat janda. Sedih sekali.

Bagi si janda sendiri, kepedihan hidup kadang membuat mereka oleng. Mereka bisa berubah menjadi pahit, kasar, tak percaya lagi dengan cinta. Beberapa dari mereka menyalahkan Tuhan atas takdir yang menimpa mereka, beberapa yang lain frustasi hingga lari ke hal yang salah. Pergi ke suatu bar, pesan minuman yang tak pernah disentuh sebelumnya, memberikan excuse ke diri sendiri bahwa ia perlu sesuatu yang membuatnya nyaman, bertemu orang yang salah, entah berakhir dengan dimanfaatkan atau akhirnya terjerumus ke narkoba. Miris. Bagi yang lain, mungkin akhirnya si janda berakhir jadi istri simpanan hanya demi materi. Atau akhirnya terjerumus ke prostitusi hanya demi ekonomi. Sebegitu dahsyatnya hantaman hidup yang bernama pecahnya sebuah rumah tangga. Belum lagi cap sosial yang dialamatkan masyarakat pada mereka. Who is janda? Mereka adalah wanita-wanita yang kehilangan pernikahannya (karena satu dan lain hal) lalu berakhir dengan perpisahan. Dalam bahasa Inggris, janda yg berpisah hidup dengan suaminya disebut sebagai DIVORCED sedangkan yang janda karena suaminya meninggal disebut sebagai WIDOWED {{428 Allen, Douglas W 1992}}. Biasanya tatanan sosial kita di Indonesia masih menaruh hormat pada WIDOWED tapi memandang sebelah mata pada mereka yg DIVORCED. Padahal hendak diapakan pun, si janda ini juga tak ingin takdir hidupnya pahit seperti itu. Siapa yg hendak menikah lalu berpisah, buang buang waktu saja. Belum lagi, jika ia menjanda karena korban perselingkuhan. Atau karena ia menolak untuk dipoligami. Rasanya tidak adil jika social judgement membuat mereka terkucil, tersisih, hingga akhirnya berkumpul dengan orang-orang salah yang akan menggiring mereka lebih jauh ke arah yang salah. Bisa kita lihat dari  mereka yang berpisah dan akhirnya buka jilbab, gonta ganti laki laki, jadi istri simpanan, berakhir dengan narkoba, minum atau hal buruk lainnya. Menyedihkan.

Perlu kita ketahui, social judgement itu sangat sangat powerful dalam menggiring pola berpikir manusia {{429 Innes-Ker, Åse 2002}}. Jika ada orang yang masih belum yakin akan integritasnya lalu Anda berkata “kamu maling” terus menerus, suatu saat ia akan menerima persepsi itu lalu akhirnya berakhir menjadi maling. So, adalah sangat penting saat rumah tangga seseorang porak poranda, ia harus terus menanamkan persepsi dalam dirinya “I am not a bad person, this is just a bad luck”. Ia harus terus menanamkan pikiran itu dalam dirnya, semata mata agar ia tidak terjerumus ke hal yang salah lalu menjadi orang yg salah. Meskipun social judgement terus menggempur dan berkata bahwa ia janda, wanita gagal, wanita yang berpotensi merusak rumah tangga orang lain, si janda harus terus menerus meyakinkan dirinya bahwa ia bukan orang jahat. Ia akan terus berusaha jadi orang baik meskipun lingkungan terus mendeskripsikan dirinya sebagai orang gagal. Berat, tentu saja, apalagi jika terus terusan dianggap demikian. Tapi bukan tidak mungkin.

Satu hal yang saya propose disini saat seseorang ditakdirkan menjadi janda adalah, DO NOT GO TO A BAR. Jangan pergi ke tempat tempat salah. Pergilah menuju ilmu, pendidikan. Menjadi janda justru sebuah kesempatan untuk menerbangkan mimpi setinggi langit, merubah kesulitan hidup menjadi keberhasilan. Ber transformasilah. Jangan jadi janda powerless yang hanya mengandalkan laki-laki dengan janji-janji kosongnya untuk meningkatkan eknomi. Iya, saya paham, menjadi janda itu tidak mudah. Bagi Anda yang awalnya sangat tergantung pada pendapatan suami, tiba-tiba Anda harus mengandalkan diri sendiri. Tapi bukan berarti harus mengemis pada laki-laki lalu berakhir dengan kepasrahan saat dijadikan istri simpanan dengan kalimat “yah, saya sudah janda ini”. SALAH! Bangkit. Menjadi janda adalah awal kebangkitan dari mimpi rumah tangga yang runtuh. Ini cita-cita saya sepulangnya saya ke Indonesia. Saya ingin mendirikan wadah yang empower janda melalui education. Bagi yang sebelum menikah belum sarjana, ini adalah kesempatan untuk sekolah lagi. Atau jika pun Anda tak punya uang, ini adalah awal berusaha membuka usaha, mandiri dengan pendapatan sendiri. Bagi yang dulunya saat menikah tak bisa sekolah ke luar negeri, ini adalah kesempatan. Para janda harus merubah image mereka. Mereka bukan wanita gatal yang kerjaannya menggoda suami orang. Mereka adalah wanita terhormat, berpendidikan, bermartabat, kuat secara finansial. Mereka mungkin tidak kaya, tapi juga tak akan mengemis di kaki laki-laki. Bagi para janda yang setelah berpisah terus disakiti oleh mantan suami, tunjukkan bahwa Anda bukan Anda yang dulu lagi. Anda telah tumbuh jadi wanita berpendidikan, tahu cara menghargai diri sendiri. Dan jika pun Anda harus berakhir sendiri dalam hidup ini, Anda tak takut lagi.

Tentu tak mudah tetap berpikir waras saat badai perpisahan melanda para janda. Karena itulah, para janda harus memiliki wadah yang memberikan support saat mereka didera kepedihan hidup. Para janda harus diberdayakan melalui pendidikan. Mereka yang oleng, harus menemukan support pada saat tergelap dalam hidup mereka. Mereka harus menemukan wadah yang menaungi mereka untuk sementara, sebelum sayap mereka kuat untuk terbang tinggi. Wadah yang melindungi mereka dari orang-orang jahat yang berusaha memanfaatkan mereka. Wadah yang akan menghindarkan mereka dari bar, narkoba, seks bebas dan laki laki hidung belang. Wadah ini yang saya cita-citakan. Saya ingin meraih para janda di luar sana lalu memberdayakan mereka melalui pendidikan. Yang tidak tahu bahwa ada beasiswa, harus diberi jalan agar bisa melamar. Yang tidak tahu cara berbisinis, harus diberi jalan agar mereka punya kegiatan dan kemandirian finansial. Yang hendak mendekatkan diri pada agama, harus dinaungi dan dikuatkan bahwa ini adalah bagian dari takdir Allah. Yang tak tahu strategi hukum apa yang harus mereka ambil dalam menghadapi mantan suami dan perseteruan yang akan terjadi, harus disiapkan mental dan psikologinya, plus bantuan hukum yang diperlukannya. Yang sudah selesai perceraiannya harus di edukasi bahwa akan ada banyak lelaki hidung belang yg mulai mendekati dan mereka harus tahu bagaimana mengidentifikasi dan menghindari mereka. Saya ingin para janda di luar sana tidak lagi jadi warga kelas dua, terkucil, tersisih dengan berbagai predikat sosial, lalu akhirnya memilih berkumpul dengan orang yang salah yang bersedia menerima mereka namun akhirnya menjermuskan. Mereka harus diberdayakan. Mereka harus diberi kesempatan. Mereka sama saja dengan wanita lain, bahkan jauh lebih rapuh. Mereka harus di edukasi bahwa mereka bukan hanya janda, tapi mereka adalah calon wanita tangguh yang mandiri secara finansial, intelektual dan mental. Sudah saatnya para janda memiliki wadah agar mereka tak merasa sendirian. Agar mereka paham bahwa ada banyak orang lain yang bernasib sama dengan mereka dan selalu ada jalan untuk merubah takdir ini menjadi lebih manis. Menjadi janda tidak harus menjadi THE END OF THE WORLD. Tapi menjadi janda bisa jadi awal kisah manis selanjutnya.

Untuk mewujudkan ini, tentu tidak mudah. Saya perlu dukungan banyak pihak. Saya perlu ahli hukum, saya perlu edukator, saya perlu psikolog, saya perlu ustadzah yang siap bergabung dan mendedikasikan dirinya untuk menolong para wanita yang dikucilkan ini. Saya juga berencana melaksanakan riset seberapa menderitanya para janda, tantangan psikologi yang mereka alami, kesulitan hukum yang mereka alami (karena saya menemukan banyak janda yang ditinggalkan begitu saja tanpa surat-surat yang jelas), dan bagaimana mereka bertransformasi. Saya bersyukur, kecanduan saya pada ilmu menghindarkan saya dari hal-hal yang salah. Kejandaan saya berakhir manis dengan meraih gelar dan berangkat ke luar negeri. Dan meski kepedihan itu masih ada, dan ia hampir membuat saya mati konyol tanpa akses ke anak dan hampir tak punya apa apa pasca perpisahan kami, saya telah bertransformasi dari wanita ini:


·         Menjadi saya saat ini.ve


Saya telah bertransformasi. Kejandaan saya menghasilkan dua gelar master, dan saat ini saya sedang di New Zealand, di University of Auckland, mengejar mimpi PhD saya. Berpendidikan, bermartabat, mandiri secara finansial, intelektual dan mental. Tapi tentu tak semua orang bisa kuat seperti saya. Dan saya juga tidak menjadi seperti ini hanya dengan membalik telapak tangan. Ada banyak masa dimana saya dijauhi dan dikucilkan hanya karena kejandaan saya. Beruntunglah kecanduan saya pada ilmu menghindarkan saya dari tempat dan orang yang salah. Karena itulah saya ingin menguatkan para wanita di luar sana agar saat mereka oleng mereka tak bertemu orang yang salah, tidak pergi ke tempat salah, tidak berakhir dengan menjadi orang yang salah. Saat ini saya baru bisa melaksanakan ide ini melalui tulisan-tulisan saya. Namun, suatu saat, tinggal menunggu takdir Allah, saya ingin berdiri di luar sana, menguatkan mereka, para janda bahwa masih ada happy ending dari kejandaannya. Itu cita-cita saya. Empowering janda through education. Insya Allah.

Apakah dengan tulisan ini Anda pikir saya mendukung per janda an. Hoho, tidak. Tentu saya mendukung pernikahan dan bahkan berencana menikah lagi. 

Namun apakah kita bisa merencanakan takdir. Dan kasihan sekali mereka yang sudah janda, dikucilkan, disalahkan, tak punya uang, tak berpendidikan dan akhirnya bertemu mereka yang salah lalu menjermuskan. Saya hanya ingin mereka yang ditakdirkan kurang beruntung dalam pernikahan, tak merasa sendiri dan berakhir menjadi orang yang salah atau berbuat salah. Tak perlu lagi ada Reza Artamevia di dunia ini. Para janda harus diberdayakan. Dan caranya adalah dengan pendidikan. Pendidikan agama, hukum, psikologi, finansial.

Menjadi janda bukan akhir dari segalanya. Itu adalah awal dari kisah baru yang manis. Kisah percintaan Anda dengan diri Anda sendiri. Untuk lebih mengenal siapa Anda dan apa yang Anda inginkan dalam hidup. Hidup terlalu singkat untuk dihabiskan dalam pernikahan palsu hanya demi status. Jangan buka jilbab Anda, jika saat ini ada berjilbab. Jangan minum, jangan ke bar. Masih banyak hal positif lain yang bisa dilakukan seorang janda. Sekolah lah, tuntutlah ilmu, ber bisinis, melakukan pekerjaan sosial, jauhi orang orang yang salah. Anda masih bisa bertransformasi. Percayalah, just because you are a janda, you are not a bad person. I can say that, because I am one of them. 

Auckland, 9 Oktober 2016,

-NK-


References

Allen, D. W. (1992). Marriage and divorce: Comment. The American Economic Review, 82(3), 679-685.


Innes-Ker, Å., & Niedenthal, P. M. (2002). Emotion concepts and emotional states in social judgment and categorization. Journal of Personality and Social Psychology, 83(4), 804.

Saturday 24 September 2016

SIST: SYUKUR, IKHLAS, SABAR, TAWAKKAL. NK: THE UNTOLD STORY

Hai hai, saya lagi nih, sudah lama saya tidak menulis di blog ini. Terakhir saya menulis tentang disney on ice yg saya hadiri bersama RC. Hmm, lama juga saya tidak menulis ya. Well, kesibukan menulis tesis dan hidup di Auckland membuat saya jarang punya waktu untuk duduk dan menulis di blog. Dan karena hari ini hari Minggu, dan saya sedang santai karena tulisan saya sudah siap submit untuk esok, here I am, mulai menulis lagi untuk Anda semua hehehe.

Anyway, tulisan kali ini tentang kebahagiaan dan berkah yg diterima saat kita bersyukur. Hanya sedikit tulisan sederhana saya yang menggambarkan betapa saat kita ikhlas akan apa yang tercabut dari kita, Allah Maha Baik akan Memberikan lebih dari yang kita minta. Niat saya, semoga tulisan ini membawa pencerahan bagi siapa pun yg sedang mumet atau yg sedang bahagia juga dengan hidupnya. Saya hanya ingin menekankan satu hal, bersyukur lah.

Seperti Anda tahu, hidup saya bukan hidup yang mudah. Setahun setelah Najwa hadir, saya terkena penyakit perut yg tak berhenti menyerang saya. Saya diare berkepanjangan hingga menghambat aktivitas saya. Hal ini diperparah dengan kondisi salah jahit yg saya alami sehingga saya sering tak bisa menahan (maaf) BAB. Dengan kondisi seperti itu, akhirnya saya memilih bersabar, ikhlas dengan takdir Allah saat itu. Saya hidup ditopang obat yang mahalnya masya Allah hingga  meghabiskan setengah gaji bulanan saya saat itu, tidak bisa makan seperti orang kebanyakan, dan berat badan saya turun hingga 15 kg. Bahkan saya sempat dikira terkena penyakit berat seperti kanker atau AIDS oleh dokter. Alhamdulillah, dugaan dokter tidak terbukti.

Saat itu saya hidup dengan ikhlas. Kadang saya sudah siap hendak mengajar, eh diare menyerang tanpa alasan, yo wis, saya ganti baju, lalu berbaring di ranjang, dengan Najwa yg masih bayi saat itu, di samping saya. Kadang saya meneteskan air mata, memikirkan biaya obat, biaya anak, sementara saya sakit dan tak bisa bekerja. Tapi saat itulah saya belajar ikhlas. Jika sedang apes dan diare menyerang saya di tempat umum hingga tak sempat ke WC, yo wis pulang ganti baju. Itu saja formula saya. Hidup ikhlas akan takdirNya.

Setelah penyakit perut itu mulai membaik, empat tahun lalu, jodoh saya berakhir dan saya kehilangan satu-satunya buah hati saya, Najwa. Saat itu, dunia seperti jungkir balik untuk saya. All the sudden, saya terbuang dari kapal rumah tangga, terhempas dai samudera hidup, sendirian. Plus, saya tidak punya akses apa apa lagi untuk buah hati saya. Saat itu juga saya hampir tak bisa menerima takdir. Buah hati yg saya lahirkan dengan salah jahit itu, ditakdirkan Allah untuk terenggut dari saya sebagai konsekuensi rumah tangga yg sudah terlalu koyak untuk diselamatkan. Saat itu, saya juga hampir gila. Namun satu yang saya selalu pegang, sesulit appaun hidup, saya harus selalu bersyukur, cari, cari, alasan untuk bersyukur.

Akhirnya Allah Mentakdirkan saya diterima sebagai salah satu penerima beasiswa ICCR ke India. Berangkatlah saya, masih dengan kondisi perut yg sering dangdut an, saya mensiasati kemungkinan diare di jalan dengan memakai pampers dewasa. Saya tidak punya tujuan lagi selain belajar. Hanya belajar yang bisa meredakan kesedihan saya kehilangan Najwa. Belajar dan sekolah itu seperti morfin buat saya. Dengan sibuk belajar, saya bisa sedikit melupakan pedihnya tak bisa lagi tahu kabarnya dan otak saya tidak terlalu linglung akan badai hidup ini. So, saat itu, meski saya sudah punya master pendidikan, saya ambil master of sains lagi. Murni, itu hanya proyek membawa hati yang luka. Saat kondisi di tanah air tidak kondusif untuk saya, pasca perpisahan itu, berangkatlah saya ke India. Pikiran saya hanya, saat saya pulang, dua tahun berikutnya, saya akan punya sedikit tabungan di tanah air karena saya akan hidup dari uang beasiswa. Pikiran saya hanya “bukankah lebih baik menjadi janda dengan gelar M.Pd M.Sc daripada menangis meratapi nasib di tanah air?”.

Dua tahun di India, banyak yang saya lalui. Saya bertemu banyak orang, meihat banyak hidup orang lain yang jauh di bawah saya, ikut makan bersama mereka, hidup dengan masyarakat Hindu disana. Tidak sedikit yang meramalkan saya akan menderita di India karena saya berangkat dengan kepala linglung dan minoritas muslim disana. Tapi alhamdulillah, Allah Maha Memelihara, saya selamat hingga hari ini meski hidup di lingungan mayoritas non muslim disana. Saya tetap shalat, tetap berhijab, tetap puasa, tidak pernah meninggalkan apa yg sudah saya kerjakan. Dan satu lagi, meski saat itu saya tidak tahu kenapa Allah Mentakdirkan saya ke India, saya menjalaninya dengan ikhlas. Dengan iman koboy saya, saya hanya percaya satu hal: ALLAH ITU SESUAI SANGKAAN HAMBA NYA. Jadi saya selalu ingat, ini adalah kebaikan Allah untuk saya.

Dua tahun, selesai lah saya dengan gelar MSc. Meski kuliah saat itu saya jalani dengan linglung. Kadang saya menangis, meraung sendirian saat pedih ingat Najwa itu menyerang saya. Jika Anda lihat saya baik baik saja, jauh saat saya sendirian, kepedihan akan kehilangannya itu masih tetap menyerang saya. Apalagi saat libur, saat saya tidak punya tugas belajar lagi, morfin saya seperti habis dan kesakitan itu menyerang lagi. Tapi iman dan ikhlas saya akan selalu berada di atas rasa sakit saya, sehingga tak pernah sedikit pun saya menyalahkan Allah SWT. Ini adalah takdir Nya, dan takdir Nya, pasti yang terbaik untuk setiap hamba yang bersangka baik pada Nya.

Lalu saat pulang, saya diterpa lagi dengan pemotongan gaji. Masya Allah gaji saya tinggal 1,7 juta saat itu. Meski saya punya orang tua, tapi saya tidak ingin merepotkan siapa siapa. Mulailah saya bergerila mencari penghasilan tambahan di kursus dan alhamdullillah, Allah Memberi rejeki maha dahsyat di EF. Saya digaji dengan rate yang lumayan tinggi sebagai lulusan luar negeri dengan dua gelar master dan pengalaman mengajar yang lumayan tinggi. Saya bertemu banyak orang dan jujur, saya akui, gelar master saya dari India itu cukup memberikan saya fondasi kuat untuk lebih mahir berbahasa inggris. Ya sebelumnya juga bahasa Inggris saya sudah lumayan bagus, namun tentu tidak sama dengan saya yang sudah mereguk pendidikan di negara koloni Inggris tersebut. Istilahnya, saya jauh lebih pede dengan skill saya sepulang dari India. Plus, apa yang saya pelajari di India menunjang pengetahuan kimia saya selain ilmu pendidikan yang saya punya. Istilahnya tidak ada ilmu yang tidak bermanfaat. Ilmu itu pasti ada manfaatnya.

Well well, berkat proyek membawa hati yang luka saya di India itu, saya bertemu Jon melalui email. Supervisor yang akhirnya membuka jalan saya ke Auckland. Dengan tugas akhir MSc yang saya punya itu, Jon menerima saya. Saya dapat beasiswa lagi untuk doktoral. Saat itu saya juga berpikir, kenapa baru setahun saya sudah ditugaskan belajar lagi oleh Allah ya. Dan kali ini ke negara yang mahal, tidak seperti di India yang kebanyakan masih terjangkau oleh rupiah. Tidak seperti dosen kebanyakan, yang berangkat doktoral sudah punya banyak aset di tanah air yang bisa dijual (if things go wrong), saya hanya punya sedikit tabungan tanp aset apa apa. Bahkan saat saya berangkat, satu satunya motor dan laptop yang saya punya saya jual. Saya benar-benar hanya punya otak dan kerja keras sebagai aset saya. Saat itu saya juga berpikir kenapa secepat ini saya ditakdirkan untuk doktoral. Bukankah gaji di EF sudah cukup, sekali sekali masih bisa ketemu Najwa meski harus berjuang dengan waktu dan keterbatasan akses di sekolahnya. Namun Allah takdirkan lagi saya berangkat doktoral. Dan berangkatlah saya, gemetar, takut, khawatir, tapi tawakkal alallah, saya jalani.

Dan yak, hidup kembali mencoba saya. Saya terkena depresi setelah 6 bulan gagal di sains. Awal Maret 2016, saya resmi masuk perawatan depresi. Kadang mual, ingin muntah, tidak nafsu makan, tidak bisa tidur, wis, saya sudah seperti mati rasa saat itu. Bahkan bangun untuk mengambil obat saja say a tidak bisa. Saya terkapar di negara orang, di kamar unilodge saya, sendirian, hanya punya RC yang juga tentu sibuk bekerja. Otak saya berputar terus, memikirkan kemungkinan gagal, kemungkinan dituntut LPDP untuk mengembalikan uang beassiswa, kemungkinan tidak bisa selesai tepat waktu, dapat uang darimana untuk SPP, gimana biaya hidup, siapa yang menopang, wis banyak lah yg dipikirkan. Sampai sampai saya disuruh menulis WORRY LIST lalu belajar membuang kertas itu agar tidak mengganggu pikiran saya. Huah, deperesi, seperti hantu yang menarik saya ke level terbawah mental.

Sekali lagi, saya terus tawakkal. Ikhlas, ya ini sudah takdir Allah. Saya berangkat ke Auckland, memulai di sains, gagal lalu berusaha pindah ke education. Dan alhamdulillah, permohonan pindah saya diterima, saya mulai bekerja di education di bulan ke sembilan beasiswa PhD saya. Saya masih punya jatah 3 tahun 3 bulan dan tentu harus berpacu dengan waktu agar bisa lulus sebelum jatah beasiswa habis.

Dan subhanallah. Saya bertemu banyak orang baik di education. Ada Rani, sang receptionist yang bahkan sering mengundang saya ke rumahnya, ada Neti, si Maorian yang selalu ramah dengan saya. Ada Abdul, sang security yang selalu mengisikan air wudhu untuk saya wudhu di musholla, ada supervisor saya yang baru, alhamdulillah ya Allah, syukur saya, sangka baik saya selalu berbuah manis. Plus ada Russell Church, sang tunangan yang selalu berusaha mendukung saya dan saya bimbing ke muslim an nya. Saya belum tahu apa rahasia Allah mentakdirkan perpisahan saya, tapi itu pasti sudah tertulis di Lauhul Mahfudz untuk saya. Lalu sakit salah jahit pasca melahrikan, lalu kehilangan buah hati yang saya lahirkan dengan salah jahit itu, lalu ke India, lalu bekerja di EF, berangkat doktoral, lalu kena depresi dan sekarang bekerja di education, bertunangan dengan seorang kiwi muslim, dan sedang berusaha lulus PhD. Saya tidak tahu apa hikmahNya. Tapi pasti itu untuk yg terbaik. Dan satu yang saya pelihara, SYUKUR SYUKUR SYUKUR. Apapun takdir itu, seberapa pun takaran Nya, itu pasti yang terbaik untuk saya.

Apakah saya msih tidak bisa menahan BAB? Masiih, tapi sekarang saya jauh lebih sabar. Kadang saya pakai pampers dewasa, kadang ya gitu harus dangdut an ke kamar mandi. That is why, toilet itu penting banget untuk saya. Apakah RC tahu hal ini? Iyaaa tunangan saya yang super sabar itu seringkali saya repotkan dengan pingin ke kamar mandi hehe dan ia paham sekali penyakit saya yang satu ini. Subhanallah.

Jika Anda berkata, “sayang sekali gelar MSc nya tidak terpakai yg terpakai malah gelar M.Pd nya” hoho, tidak, yang membawa saya kesini adalah Allah SWT dengan takdir gelar MSc saya. Dan tesis yang sedang saya kerjakan saat ini pun, tentang aplikasi sains di education, jadi tidak ada ilmu yang sia sia. Jika Anda berkata “sayang sekali setelah salah jahit malah tak punya akses untuk anak pasca berpisah”, hoho, percayalah, ikhas yang saya pegang teguh, itu tidak akan bisa dikecewakan oleh apa apa. Orang yang ikhlas akan takdir Allah, tidak akan kecewa akan apapun. Ia sabar menjalani takdirNya, berusaha bersyukur akan hari ini, tawakkal akan esok hari.

Jika pun ada yang menganggap saya wanita tega yg gila karir dan membuang anaknya sendiri, saya ikhlaskan saja. Saya tidak gila karier. Saya hanya sedang mengkonversi kegagalan saya dalam berumah tangga menjadi hal baik yang masih bisa diraih. Tapi toh, hal iti juga tidak perlu dijelaskan. Saya selalu ikhlas akan apapun anggapan orang lain terhadap saya. Yang selalu saya pelihara adalah, saya harus fokus dengan hidup, bersyukur dan tidak menggunjing orang lain. Dan alhamdulillah, Allah Memberi banyak keberkahan melalui formula saya, SIST.

Sabar
Ikhlas
Syukur
Tawakkal

Ada satu hadist yang selalu saya ingat, “ada dua hal baik yang hanya terjadi pada orang mu’min. Saat ia ditimpa musibah, ia bersabar, saat ia diberi kebahagiaan, ia bersyukur”.

Maka di hari Minggu ini, saya hanya ingin sedikit berbagi tulisan pengalaman hidup saya ini. Semoga bisa bermanfaat, jadi pelajaran, bukan gunjingan, jadi keberkahan bukan kemudaratan, dan semoga Allah selalu Memelihara nikmat iman dan islam yang ada pada diri kita. Karena sungguh, hilang anak, hilang harta, hilang jabatan, hilang nama baik, itu jauh lebih baik dibanding hilang iman, naudzubillah min dzallik.

Bayangkan, ada berapa banyak janda yang akhirnya lari ke narkoba, atau membuka jilbabnya, atau malah terjerumus ke orang-orang yang salah. Ada berapa banyak mereka yang diuji dalam hidupnya justru berakhir dengan meninggalkan keimanan nya. Ada berapa banyak orang yg akhirnya kalah dalam perjuangan hidup dan  malah memilih jalan yang salah karena hidup tak ramah untuknya. Maka Maha Besar Allah yang selalu Memeliharakan saya di jalanNya. Hingga di mana pun saya berada, alhamdulillah, saya masih istiqomah berada di jalanNya. Tentu saya bukan yang terhebat dalam formula menjalani hidup, dan masih banyak yang ujiannya jauh di atas leve saya yang imannya masih level koboy ini. Tapi, itu semua adalah atas kehendak Allah SWT. 


Ingatlah selalu akan tiga hal:
1. Qs. Ibrahim ayat 7: bersyukurlah, maka akan Ku Tambah.
2.  Allah Selalu sesuai sangkaan hamba Nya.
3.  Ikhlas akan hari kemarin, syukur dan sabar untuk hari ini dan tawakkal untuk hari esok.
Insya Allah, barokah Allah akan selalu bersama kita.

Auckland, 25 September 2016
-NK-



Saturday 6 August 2016

DISNEY ON ICE: A MAGICAL SHOW!

Hey hey, selamat hari Minggu! 

Sudah lama saya tidak menulis di blog nih karena sudah mulai sibuk di education. Tapi alhamdulillah, hari ini saya pingin menulis tentang show yg baru saya tonton kemarin, Disney on Ice. Sebenarnya sebelum disney on ice, saya juga ditawari RC untuk nonton coldplay, yang juga bakal manggung di Auckland Desember nanti. Tapi gimana ya, saya tu gak doyan nonton konser, karena sumpek menurut saya jejal jejalan karena pangsa pasar konser jauh lebih banyak daripada Cuma sekedar pertunjukan disney. Dan saya lebih suka kartun dibanding konser dewasa hehe. Nonton kartun juga biasanya aman karena yg nonton banyak anak anak. Intinya jika disuruh memilih item orang dewasa atau anak anak, ya saya milihnya anak anak. Dan Anda tahu kaaan, saya lebih suka memilih apa yg saya suka ketimbang mengikuti apa yg disukai orang banyak hehehe.



Ok, anyway, show ini juga adalah perayaan kami dan RC. Saat saya nonton iklan show ini di TV sejak Maret lalu, saya sudah terpekik kegirangan dan bilang ke RC saya pingin nonton. Namun mengingat tanggal konser itu bulan Agustus dan jika saya tidak disetujui pindah oleh LPDP dan visa saya tidak dikabulkan, maka Agustus saya sudah tidak berada di NZ lagi. Pulang lah istilahnya. Karena itulah kami tidak langsung membooking tiket ini karena visa, izin LPDP masih belum pasti. Istilahnya saat itu kondisi hari hari saya benar-benar “gelap”. Bangun tidur aja nggak bisa, setiap hari kerjaan bengong di kamar sambil terus berdoa agar LPDP menyetujui permohonan saya. Dan saat itu kami berjanji, jika semua rintangan ini terlewati dan saya diizinkan belok ke education, kami akan merayakan ini, nonton disney on ice di bulan Agustus, merayakan winter, merayakan hari dimana saya masih bisa berdiam di NZ, merayakan kebersamaan kami melewati depresi. Dan yay, akhirnya hari itu datang kemarin.

Sejak pagi saya sudah kasak kusuk kayak anak TK yg mau nonton idolanya. Sms RC jangan lupa bawa tiketnya dan harus ganti baju yg ok karena kami mau foto foto dulu hehehe. Dia juga sibuk nge godain saya seharian, sebelum show. Ya katanya tiketnya dijual lah, tiket hilang lah, dia sibuk lah, senaaangg banget nge godain saya asem hehe. Dia saya wajibkan pakai baju baru yg saya belikan dg uang gaji pertama di NZ dan yay, he looks handsome!



Jam 5 kami sdh ngantri dan banyak banget anak anak. Sepertinya saya peserta tertua yg datang tanpa anak anak. Yang lain iya sih sdh tua juga tapi biasanya bawa anaknya atau cucunya. Tapi saya sudah bilang ke RC, mau sampai beuban pun, kartun tetap kegemaran saya. Itu tidak akan berubah.
Jam lima tepat pintu dibuka. Mulai deh jajanan disney itu menghiasi mata kami. Ada balon, ada es olaf, ada pop corn minnie, ada boneka ariel dan banyak kaos Elsa dan Anna. Waaah lapar mata jadinyaaa hehehe.


Dan kami duduk mencari nomor kursi kami dan saya tentunya foto foto lagi hehehehe. Lalu tepat jam 6 shownya dimulai. Awalnya yang muncul adalah Goofy, Donald, Mickey dan Minnie, ikon lama disney yang datang hanya sekedar membuka acara dan jadi host lah istilahnya. Meski bagaimana pun tenggelamnya ikon ikon itu saat ini, namun Donald, Miki, Minnie dan Goofy tetap sosok disney yang tidak lekang dimakan zaman. Tapi mereka paham lah anak anak lebih akrab dengan Rapunzel atau pun Elsa Anna saat ini. Jadi Cuma sebentar, mereka menghilang di balik layar.


Penampilan pertama adalah Sebastian, si udang yang terkenal dari film Ariel si putri duyung. Anak anak masih belum antusias karena Ariel pun masih terlalu baheula untu mereka. Itu pun disney tidak mengeluarkan Cinderella atau pun Snow White mengingat gap generasi yang sudah tidak terjembatani. Yang saya suka dari Ariel adalah pertunjukan under the sea si Sebastian dengan dekorasi bawah lautnya. Indah sekali. Lalu saat Ariel berganti dari sirip ikan duyung menjadi manusia. Itu magical sekali heheheh.


Setelah Ariel, muncullah Rapunzel. Yang sudah mulai akrab di mata anak anak. Tapi masih belum se magical frozen. Saya yakin mereka akan men save Frozen di akhir show apalagi dengan lagu fenomenalnya LET IT GO yang seolah olah jadi lagu kebangsaan anak anak di seluruh dunia. Dan benar saja, Rapunzel tidak terlalu menghipnotis anak anak. Yang saya suka dari Rapunzel adalah saat lampion diterbangkan, itu magical sekali karena ruangan langsung diterangi lampion, benar-benar indah. RC aja sampai menggenggam tangan saya saat lagu Rapunzel dinyanyikan. Indah sekali, terasa sekali aroma cinta nya hehehe.



Setelah Rapunzel muncul, show dihentikan 10 menit, untuk anak-anak yg ingin ke wc. Selain itu penjual makanan juga datang hehehe nawarin pop corn atau nawarin balon. Hampir lho hampiiirrrr, saya beli balonnya kalau gak ingat nanti mengganggu orang di belakang kalau balon saya nongol gitu selama acara terus mikir juga nanti gimana mau nge rekam yg selanjutnya hahaha. Itulah sudah, wanita tapi gayanya masih anak anak hehehehe.
Paruh kedua pun dilanjutkan. Yang muncul pertama adalah Belle. Anak-anak masih kurang ngeh itu adalah si beauty and the beast. Saya aja awalnya gak ngeh itu siapa. Disini juga bisa saya lihat teknik disney memadukan karakternya demi menjembatani gap generasi. Si Ariel yang zaman baheula digabung dengan Rapunzel yg sdh generasi bawah, supaya anak-anak gak bosan. Coba bayangin kalau si Ariel gabung ma Beauty and the Beast terus si Rapunzel dengan Frozen, apa gak mati kutu anak anak di paruh pertama hehehe.
Lalu setelah Belle menghilang, yak, muncullah si Kristov dengan rusa nya daaannn yaaakk si Olaf, manusia salju yang super terkenal itu. Dan saya sudah siap siap nih kalau si Elsa nyanyi Frozen saya akan record dari awal hehehe. Dan benar saja, itu memang inti dari show ini. Frozen pasti the starnya. Anak anak mulai kegilaan berdiri dekat arena es dan ikutan nyanyi, putar putar seperti Elsa yang menguasai panggung sendirian dengan ice skatingnya. Saya sebenarnya menunggu nunggu seperti apa istana Frozen nya karena pasti spektakular melihat istana dari es gitu. Tapi ternyata Cuma tangga saja, mungkin mengingat keterbatasan mereka membuat istana sungguhan heheh. Cukup lah bagi saya melihat itu. Yang menggumkan juga adalah saat air mancur berubah jadi es. Jadi tekniknya hanya dimatikan saja lampunya jadi seolah olah air mancurnya beku. Padahal Cuma lampu serinya saja yang dimatikan. Saat Arendelle kerajaan Elsa kembali hangat ya lampu serinya dijalankan lagi jadi seolah olah mengalir airnya heheh.

But anyway, Disney on Ice akan selalu jadi kenangan buat kami berdua. Ini adalah hari perayaan kami melewati depresi, merayakan keberhasilan saya memindahkan jurusan PhD dan merayakan kesenangan saya sebagai pencinta kartun abadi hehehe.

Well, happy weekend ya people. I hope you all have a blessful Sunday. Create magic in your own life, seperti halnya Walt Disney yang selalu memunculkan impian di hati anak anak bahwa mimpi itu bisa jadi nyata!

Auckland, 7 Agustus 2016

-NK-

Friday 15 July 2016

DEAR LIFE, TERIMA KASIH...

Dear Life.

Tidak terasa sudah 4 tahun kita bersama dalam episode bernama kesendirian. Entah kenapa malam ini pikiran saya tidak focus untuk nge jurnal dan merasa ada yg harus dikeluarkan melalui tulisan. Mungkin hanya sekedar uneg uneg, mungkin sebagai perayaan bahwa saya survive, selamat dan baik baik saja.

Dear life.
Kau sempat kejam pada saya. Meskipun saya bukan orang jahat, tapi kau memposisikan saya seperti itu. Selama 4 tahun, saya diam. Ibarat ketapel, saya sedang mundur ke belakang. Menghilang, di India. Membangun hidup dari awal lagi. 4 tahun lalu itu, saya “dipaksa” keluar dari zona nyaman saya. Dari seorang yg SOCIALLY APPROVED saya tiba tiba jadi aneh. Saya sendirian, Najwa hilang dan yang tertinggal hanya saya dan kesendirian saya. Meskipun takdir itu tak akan terjadi jika tanpa trigger yang tidak akan saya buka meski sepedih apapun itu yg saya alami. Bagi saya, cukup saya yg tahu bagaimana saya diperlakukan dulu itu. Ah, sudahlah, itu masa lalu.

Dear life.
Saat ini kau seperti sedang berbaik hati padaku. Sesuatu yg agak menakutkan sebenarnya karena aku bukan pribadi yg percaya dengan kebahagiaan. Sejak kau melemparkan ku dalam kesendirian 4 tahun itu, aku belajar bahwa TIDAK ADA LAGI YG BISA DIPERCAYA. Aku timbul tenggelam dalam kerasnya hidup mengombang ambingkan kesendirianku. Dihujat, dtinggalkan, dihina, dianggap bejat, itu sudah biasa. Aku sampai tak bisa merasa pedih lagi saking banyaknya luka di tubuhku. Kenaifan ku berbalas kejahatan. Kebaikanku dianggap kelemahan. Pengertian dan toleransiku dimanfaatkan. Hingga akhirnya aku sadar, tidak suami, tidak sahabat, tidak siapapun di dunia ini, yg foreverly baik dengan kita. Kadang mereka hanya around saat ada perlunya. Dan aku sudah biasa dengan para oportunis itu dan biasanya aku melanjutkan hidupku dan melupakan mereka yg melupakanku. Aku tidak tumbuh menjadi orang jahat, tapi aku juga lebih hati hati dengan perasaanku. Karena terlalu banyak kehilangan, akhirnya aku memilih tidak memiliki lagi. Yg ku miliki hanya semangat, diri ini yg tidak akan bisa diambil oleh siapapun kecuali Allah.

Dear life.
Akhirnya aku belajar kuat dari kekejaman mu. Aku bangkit, aku membangun hidupku kembali meski dengan luka di sekujur tubuhku pasca perpisahan itu. Aku seolah gila, aku terus berlari berusaha menghilangkan luka di tubuhku. Lalu tanpa sadar, aku telah lari jauh sekali, meninggalkan banyak hal di belakang sana. Saat aku melihat diriku 4 tahun lalu itu, aku bahkan tak kenal siapa wanita itu. Ia wanita yg begitu sedih, begitu tertekan, berusaha me toleransi pilihan salahnya dan berusaha hidup dengan laki-laki yang kurang menghargainya. Hidup penuh perjuangan hanya untuk SOCIALLY APPROVED. Saat ini, aku melihat diriku 4 tahun lalu itu, aku hanya berkata “who are you?”.

Dear life.
Meski saat ini kau sedang ramah padaku, aku tak akan lengah lagi. Aku tak percaya siapapun lagi, bahkan ia yg saat ini sedang menyayangiku. Semua harus berdasar hukum, agar aku terlindungi. Selain itu, aku juga harus melengkapi diriku dengan ilmu bela diri sehingga jika ia menggunakan kekuatan laki-laki nya over me, aku tahu cara ampuh mempertahankan diri di dalam rumah tanpa ada saksi. Aku masih tidur dengan tangan terkepal, siap bangun jika ada bahaya tiba tiba menghadangku di kamar  super nyaman ini, meskipun seharusnya aku tak perlu se khawatir itu. Tapi jika kau jilati seluruh lukaku, kau akan tahu betapa perih hidup yg telah ku lewati.

So dear life.
Bahkan saat kau sedang beramah tamah denganku, aku tak kan lengah lagi. Aku tak akan naïf lagi dan jatuh pada kesalahan bodoh, percaya dengan orang lain yg akhirnya end up memanfaatkan kenaifanku. Siapapun itu, aku detach. Aku tak akan pernah meng attach dirku dengan siapapun itu. Yes, I am happy tapi bukan berarti lengah. Aku tetap waspada, in case keadaan berbalik dan bahaya kembali menghadangku. Meski aku hanya seorang wanita sendiri, aku belajar keras mempertahankan diriku.

So dear life.
Terima kasih atas pelajaran itu. Terima ksih telah membuat aku diriku hari ini. Terima kasih atas seluruh luka perpisahan itu, luka ditinggalkan itu, luka dimanfaatkan itu. Saat ini aku bahkan tak perlu lagi menjilati lukaku. Itu tak terasa pedih lagi. Aku sudah biasa dengan pedih itu dan terbiasa menelan semua sendiri. Dan malam ini, untuk pertama kalinya aku menangis di hadapan laki laki. Yang dengan sabar menggenggam tanganku sambil mengucapkan “you are a strong woman”.
Terima kasih atas seluruh kekejaman itu. Berkat luka luka itu, aku jadi diriku hari ini.

2.34 am. Auckland.
16 Juli 2016

-NK-




Saturday 2 July 2016

MY TOP FIVE OF THE WEEK: BANGKIT!


Halo semua! Salam dari chilling Auckland.
Sudah 4 derajat saat ini, saya sudah menggigil hehehe. Amm, kali ini saya seperti biasa akan menulis tentang beberapa hal ajaiab yang terjadi pada saya minggu ini. Beberapa hal yang mungkin tidak pernah saya sangka akan terjadi pada saya. Well, here are the catch ups!

One, I GOT A JOB!
Ini adalah berkah paling luar biasa yang saya rasakan minggu ini. Ini seperti bayaran lunas atas depresi yang saya rasakan di sains lalu. Saya seperti dapat kekuatan baru di faculty of education. Saya melihat iklan ini per email untuk seluruh mahasiswa PhD di education. Iklannya sih hanya untuk casual role, istilahnya pegawai tidak tetap laah, itu pun hanya temporary, menggantikan personal asistan bu Dekan yg sedang on leave. Tanpa tahu bayarannya, yo wis lah saya tulis email bahwa saya tertarik dengan pekerjaan itu. Nothing to lose, mikirnya hanya yang penting kerja di kampus dan nggak merendahkan diri.
Ping! Email saya berbalas dengan telpon dari seorang wanita bernama MaMere. Dari namanya saya sudah mengira, ia pasti seorang Maorian, istilah untuk orang Maori. Dari suaranya saya dengar ia sangat antusias dengan ketertarikan saya dan mengundang untuk interview. TOMORROW! Dia bahkan minta saya untuk inetrview besok hehehe. Tapi saya lihat workshop saya padat banget sehingga saya memohon agar di interview Kamis. Ia pun setuju.
Kamis, sebelum jam 9.30 saya sudah bertemu MaMere. Benar, seorang wanita Maori. Ia terkesan dengan cara saya berpakaian, memuji warna jilbab saya lalu kami mulai berbicara. Basically, ia menjelaskan tentang apa yg harus saya kerjakan. Intinya sih menadampingi Fiona Ell, associate dean untuk ikut rapat dan mencatat apa yg diputuskan di rapat. Karena MaMere akan berangkat sehingga tidak bisa mengcover pekerjaan itu. Cuma duduk, mengetik, esoknya di google sharing ke tim. Kerjanya pun hanya 3 hari yang full day. Untuk 3 hari itu saya akan dibayar 25$ per jam, sweet! Total bayarannya adalah 600$ plus, tapi katanya akan ada potongan pajak. Lalu datanglah MaMere membawakan saya form pajak, kontrak, etc yang ia minta saya pelajari. Alamak, saya bahkan tidak tahu tentang IRD (seperti NPWP kalau di Indonesia). Dan alamak, saya juga belum punay nomer itu hehehe. Lalu MaMere berkata ia akan mencarikan saya cara agar segera dapat IRD number. Tapi tanpa bantuannya saya sudah belaja tentang itu dalam perjalanan saya pulang di bis. Efektivitas dan kemandirian, itu yang saya pelajari di Auckland. help yourself, tidak akan ada yang bisa membantu Anda. Itu sih intinya. Dan ia terkesan dengan kemandirian saya lalu berkata, well done. So, unbelievable, saya dapat pekerjaan di Auckland! Di Auckand, saudara saudara! Minggu depan, saya akan jadi temporary personal asistant dari Fiona Ell. Pejabat di Faculty of Education. Siapa yang tidak bahagia? Alhamdulillah!

Two, THE BIOPSY RESULT
Alhamdulillah, minggu ini saya juga mendapatkan hasil biopsi dari dua benjolan di dada saya. dan yay, alhamdulillah, memang bukan kanker atau kista, tapi hal lain yang masih ingin dikonsultasikan dokter spesialis dengan saya. Mungkin saja saya harus menjalani operasi pengangkatan hal itu, namun let me worry about it later. Yang jelas semua biaya ditanggung oleh asuransi dan itu sangat melegakan saya. Bayangkan saja, biayanya hingga 1050 NZD atau hampir 10 juta rupiah. Bagaimana saya bisa membayar coba, seandainya tidak ditanggung oleh asuransi. Tapi ya sekali lagi, bukan saya jika tidak berusaha ber negosiasi. Ini kualitas diri yang saya peroleh saat saya di India. Jadi lah saya dengan laptop dan english skill saya, mulai meng email perusahaan asuransi untuk mendapatkan pre approval. Dan yay, alhamdulillah, semua perawatan saya di Auckland, ditanggung oleh asuransi dan saya tidak keluar uang meski hanya satu dollar. That is the power of negotiation. Kalau saya tidak mengirim email dan berusaha, tentu hal ini tidak terjadi kan ya hehehe.
Well, meski itu bukan kanker, tapi saya masih harus bertemu Dr. Eletha Taylor lagi dan mendiskusikan kemungkinan bedah. Beliau akan ada di Auckland tanggal 15 Juli dan itulah saat dimana kami akan mendiskusikan proses dan biaya bedah.

Three, MY ENROLMENT
Ini adalah bukti bahwa saya sudah benar-benar meninggalkan sains dan bergabung di faculty of education. Setelah melewati banyak proses dan rintangan, saat ini saya sudah mulai cruising di Education. Saya sudah dapat time line dari supervisor saya apa yang harus saya lakukan. Dan jadilah saat ini, saya setiap hari belajar, membaca jurnal hingga tengah malam. Dan tanggal enrolment saya adalah tanggal 1 Juli kemarin, berbarengan dengan ditandatangani nya kontrak kerja saya dan aplikasi saya di IR office. Pokokya 1 Juli kemarin banyak sekali hal yang terajdi, meski itu hari Jumat. Saya tandatangan kontrak dengan MaMere, lalu IRD number saya terkirim, dan saya resmi di enroll di faculty of education. Senang sekali rasanya, saat hidup kembali on track. Meski banyak sekali rintangan yang saya hadapi disini, namun akhirnya semua teratasi. Saya merasa jauh lebih baik saat ini, saya sudah bangkit kembali, hampir setiap hari saya berolahraga, dan mood saya sudah jauh membaik. Saya sungguh bersyukur akan hidup saya saat ini. Saya bangkit, meski berkali kali dihantam kesulitan, alhamdulillah.

Four, MY LA
Yessss, ini niiih yang paling ok. Uang LA saya resmi dicairkan LPDP, juga tanggal 1 Juli. Sempat khawatir karena perubahan PhD direction ini, tapi akhirnya semua terselesaikan. Awalnya, LA saya sempat rejected karena dianggap belum bekerja di education dan saya diminta memperbarui kontrak. Namun, sekali lagi, thanks to the power of negotiation, akhirnya penjelasan saya di LPDP diterima. Karena memang benar, saya sudah memulai pekerjaan saya di Education, bahkan sudah punya progress report. Ini karena saya bukan mahasiswa yang baru datang, tapi saya sudah paham sistem PhD dari awal oktober lalu. Karena itu saya sudah punya progress report yang baru. Memang belum dianggap daftar ulang, tapi sudah informally mengerjakan proyek yang baru di education. Karena itulah saya sudah punya progress report. Berdasarkan penjelasan saya, yayyy, 6000 NZD mendarat di rekening saya kemarin. Really, life is so great right now. Saya diizinkan pndah jurusan, saya punya tunangan super baik hati, saya tinggal di negara maju, dapat perawatan gratis, dan sekarang, saya bekerja! How cool is that?

Five, MYSELF!
Yes, saya, Nurul Kasyfita. Saya hanya merasa saat ini saya sedang bangkit. Saat saya dapat pekerjaan minggu ini, saya menelpon RC dan meneteskan air mata. Ia adalah oarang yang melihat bagaimana saya jatuh bangun dengan depresi saya. Bagaimana saya hampir kalah dan pulang karena kesedihan yang saya rasakan. Ia juga tahu betapa saya pernah hancur di masa lalu saya. di abuse, dimanfaatkan, direndahkan, kehilangan banyak hal. Namun here I am, masih hidup, amsih waras, after all yang sudah terjadi pada saya. itu yang membuat RC begitu mencintai saya, katanya. You are such a strong woman.
Dan hari ini, saat saya nge gym, menarik alat alat gym, sendirian di unilodge, bangun sejak jam 5,  lalu bekerja keras, lari di treadmill, laru berlari lagi di luar, menghantam dinginnya udara luar. Padahal awal awal saya keluar kamar aja nggak berani karea dinginnya. Hari hari penuh kelemahan itu berakhir. Saya harus bangkit, dengan Allah bersama saya.
Dan dengan terlewatinya berbagai cobaan di negara orang ini, keberhasilan saya me lobby LPDP, Uni of Auckland dan akhirnya imigrasi, itu membuat rasa percaya diri saya kembali lagi. Dan satu lagi, saya dapat pekerjaan. Really, itu benar-benar melegakan.
Dan hari ini, saat saya jogging, saya duduk sebentar di taman. Saya menatap langit dan meneteskan air mata. Saya ingat hari itu. Saat saya pindah ke sebuah kamar kos sempit. Baju baju saya ada di kardus, saya duduk sendirian di kamar kos, kehilangan Najwa, kehilangan harta saya, hampir tidak punya apa apa. Lalu banyak orang menghujat saya dan mendukung siapa pun yang saat itu sedang bertikai dengan saya. Lebih mundur ke belakang, saya ingat betapa saya pernah bersimpuh di kakinya, memohon agar ia tidak menghancurkan karir yang saya bangun dengan nama saya, namun ia meninggalkan saya dan terus menyerang saya. Tidak puas telah menghancurkan nama saya, ia menyakiti keluarga saya. Lalu saya ingat saat saya pingsan di parkiran kampus, lalu beberapa orang menolong saya, namun salah satu di antaranya mencuri uang yang ada di tas saya. Saya kehilangan honor saya hari itu, uang yang sekiranya akan saya bayarkan sewa kos. Lebih mundur ke belakang lagi, saya pernah dikucilkan sebuah keluarga karena kesalahan kecil yang saya buat namun mereka anggap sebagai kesalahan besar. Dan mereka tidak ingin melihat wajah saya, hingga akhirnya itu menghancurkan hubungan saya. Damn, hidup benar-benar kejam saat itu.
Lalu, saya dapat beasiswa. Ke India. Saya berangkat. Masih dengan otak setengah waras, saya berangkat. Sekali lagi keluarga kami memohon agar Najwa bisa mengantar saya. Namun sekali lagi ia menolaknya. Berangkat lah saya. Lalu saya menghilang di India. Belajar banyak hal. Belajar survive. Ikut yoga, saya mulai membangun kekuatan diri saya. Dan saya kembali. Semua kaget melihat perubahan saya. Saya belum mati. Saya masih hidup dan waras dan pulang dengan gelar master saya yang kedua. Dan saya habiskan waktu setahun di Samarinda, dan saya bertemu Jon, yang meski saya tidak lagi bekerja untuknya, ia lah yang membawa saya kesini. Dan akhirnya, saya bertemu RC. Ia yang akhirnya berniat menikahi saya. Menghabiskan sisa hidupnya dengan saya. Meskipun begitu, say amasih tak percaya dengannya. Jika suatu saat saya berkomitmen dengannya, saya akan memintanya tandatangan perjanjian pra nikah. Semua yang saya miliki sebelum menikah, akan jadi milik saya, jika kami punya bayi, ia tidak akan menghalangi saya, dan saya bebas melakukan pekerjaan sosial yang saya inginkan di masa depan.
Saya tidak bodoh lagi. Saya bukan Cinderella lagi.
Jujur, saya merasa seperti petinju yang hampir kalah. Saya babak belur, dipukuli seorang laki laki. Ia hampir merasa menang, penonton mulai bersorak sorai. But there I am, meski berdarah darah, saya perlahan bangkit, mengepalkan tangan saya dan BOOM! Saya memukulnya dengan pukulan terakhir saya. Lalu saya berbisik “GAME OVER”. Lalu saya berlalu. Ia sudah terlalu menyakiti saya. dan itu cukup.



Well, itulah beberapa hal yang saya syukuri. Yang paling utama adalah kebangkitan hidup saya. Saya benar-benar bersyukur, setelah semua yang ia lakukan untuk menyakiti saya, saya masih hidup, masih waras, dan saya melakukan satu hal: BANGKIT!

Auckland, 3 Juli 2016


-NK-


Saturday 18 June 2016

MY TOP FIVE OF TWO WEEKS


Hey there.
Ini saya lagi nih dengan postingan konyol saya heheh. Anyway, biasanya postingan ini saya posting tiap minggu tapi berhubung minggu lalu lumayan sibuk karena sudah mulai ada reading list dari education, jadilah saya lumayan stuck dan tidak menulis. So, here I am, hari ini saya putuskan menulis untuk hal baik yang terjadi selama dua minggu ini hehe. Apologized for combining two weeks hehehe.
Ini sebenarnya hanya bagian dari terapi depresi saya. saya di rekomendasikan dokter untuk menulis dan lebih banyak merasa positif. Yeah, siapa pun pasti tidak menyangkal bahwa hidup tu emang berat, gak ada hidup yg ringan hehe. Tapi dengan terus menggerutu toh juga tidak menyelesaikan masalah, jadi memang no way selain think positively and be happy of what you’ve got.
Ok, here are some of the things that I am grateful this two weeks:

One, my biopsy insurance: approved!
Hal baik yang terjadi sejak minggu lalu adalah perjuangan saya di asuransi berhasil. Saya sedang berusaha agar biopsy saya ditanggung oleh asuransi karena OMG itu mahal banget. Hampir 12 juta rupiah kalau di uang kita hehe dimana coba punya uang sebanyak itu. Dan alhamdulillah, saya dapat jawaban, permohonan saya di aprove, yang berarti saya tinggal datang, jalani pemeriksaan dan semua akan dibayar oleh asuransi. Itulah kenyamanan hidup di NZ menurut saya. Meski saya hanya student disini, dengan uang asuransi yang keci Cuma 500 dollar setahun, saya sudah dapat banyak benefit. Sejak saya kena depresi, lalu menjalani mammogram dan kini biopsy, dengan dokter ahli dan alat-alat canggih yang saya aja baru lihat saat ini, itu semua berkah. Saya merasa bersyukur dengan fasilitas ini dan merasa sangat diuntungkan meski saya hanya mahasiswa disini. Tapi NZ dan sistem kesehatannya benar-benar memperhatikan saya. Alhamdulillah. Akhirnya saya sudah didaftar untuk ikut biopsy hari Rabu minggu depan ini. Sedikit menakutkan, tapi well, I think I will get over it. Sebuah petualangan medis lagi yang bisa saya jalani di NZ, iya kan?

Two, my immigration visa: approved!
Yang kedua yang paling membahagiakan adalah visa saya yang di approve oleh imigrasi NZ. Terus terang ini adalah hal yang cukup mengkhawatirkan karena dengan PhD major saya yang berubah, otomatis izin tinggal atau visa juga berubah. Namun, I do see bahwa di lembaran visa saya itu tulisannya TO DO A PHD STUDY IN THE UNIVERSITY OF AUCKLAND, AUCKLAND. Jadi berdasar asumsi awam saya, saya tidak perlu apply visa lagi karena toh nama universitasnya sama, hanya jurusannya yang berubah. But you know, rule is rule. Yang perlu saya lakukan adalah mencari celah supaya saya bisa pass through. Dan itu yang saya lakukan, exactly. Saya tidak melakukan crime, saya hanya seorang mahasiswa yang memohon agar bisa mempertahankan visa. Cuma itu, toh nothing to lose untuk memohon. Begitulah pikiran saya. Meskipun hampir semua orang di International Office meragukan bahwa imigrasi bisa dilobby dengan surat sederhana saya, tapi you know me, saya keras kepala dan tidak ragu untuk mencoba. Dan itu yang saya lakukan, saya menulis surat, melengkapi dokumen yang mungkin mereka perlukan sebagai bahan pertimbangan, dan menuliskan alasan kenapa mereka bisa menolong saya dengan memperbolehkan izin visa saya. Uang yang harus saya bayar dengan di cancel nya visa yang sudah di approve dari Indonesia itu. Saya sudah di approve dari Jakarta bisa tinggal di NZ selama full 4 tahun. Tidak semua mahasiswa disni bisa dapat full 4 tahun, banyak yang terpaksa harus bayar lagi per tahun. Dan itu tidak murah, sekitar 250 dollar atau 2 juta lima ratus an setahun, lumayan kan ya hehehe. Nah uang itu yang sedang saya berusaha saya selamatkan. Toh, beassiwanya gak berubah, universitasnya gak berubah, Cuma jurusan yang berubah. Dan alhamdulillah, meski surat saya sederhana banget, imigrasi NZ mengabulkan permohonan saya dan saya bisa mempertahankan visa 4 tahun yang say abawa dari Indonesia. Alhamdulillah, benar benar sujud syukur akan barokah ini.

Three, my student recipe: WIN!
Hehe ini tu pengalaman tidak terduga di NZ. Awalnya pas saya kasak kusuk mengurus supaya visa tidak bayar itu, akhirnya saya bolak balik ke International Office. Dan disana lah saya lihat pengumuman tentang lomba student recipe. Terus saya mikir, menarik juga nih. Apalagi hadiahnya lumayan, alat alat masak gitu. Juara tiga bakal dapat rice cooker, juara 2 dapat slow cooker dan juara 1 dapat frying pan listrik. Lumyaaan, tapi ya gak ngarep juga sih. Pasti yang liat pengumuman ini kan bukan Cuma saya aja hehehe jdi ya sudahlah, nothing to lose, saya mulai nulis resep.
Awalnya saya nulis resep caramellized chicken atau ayam karamel, biasalaah bumbu biasa. Terus saya ingat resep saya yang saya adaptasi dari gobi di India. Gobi itu kembang kol yang dikasih tepung lalu dioseng dengan saos tomat ala manchurian. Karena saya tidak tahu cara buat saos manchuriannya ya jadilah saya adaptasi kembang kol nya saja. Saya kasih nama lah crispy cauliflower. Idenya sih biasa aja, Cuma kembang kol dipotong potong gitu terus diuleni telur, tepung, bumbu kaldu ayam, bawang putih bubuk, merica, ma garam, terus digoreng deh, udah gitu doang. Tapiii promosi saya doong yang kereen hehehe. Di awalnya saya kasih propaganda dulu hehehe. Saya tulis di awal IF YOU THINK CAULIFLOWE CAN ONLY BE STIR FRIED, THINK AGAIN. THIS RECIPE WILL HELP YOU TO PREPARE AN EASY DISH. CRISPY CAULIFLOWER, GREAT AS DISH, NYAM AS SNACK. Coba, keren kaan prolog sayaaa hehehe.
Dan yay, saya menang saudara saudara. Resep saya itu menang ya Allah, rejeki mahasiswa mah gak kemana. Coba kalau saya gak ngurus visa, gak akan saya ke international office. Terus juga gak akan saya liat tu pengumuman, iya kan. Jadi semuanya itu memang sudah diatur Allah Azza Wa Jalla. Akhirnya, menanglah saya slow cooker itu, meski saya belum tahu bakal masak apa. Tapi sudahlah, yang penting mah menang ya kan hehehe rejeki mahasiswa alhamdulillaaahhh.
Dan akhirnya saya mengambil hadiah itu dan di foto oleh si panitia bersama slow cooker saya. yay, benar-benar gak nyangkaaaa.


Four, doctoral skill program
Ini program yang memang disediakan untuk para calon PhD di University of Auckland.  Istilahnya ini life support mereka untuk para mahasiswa PhD. Sebenarnya program ini sudah ada sejak awal saya masuk kuliah disini, namun karena kesibukan di Kimia saya tidak pernah sempat menghadiri. Hanya ada dua yang saya hadiri waktu itu. Itu pun karena biasanya materi yang mereka sajikan kurang terlalu match dengan sains sehingga saya tidak terlalu mengikuti dan cenderung memikirkan pekerjaan saya di lab.
Nah karena saya sudah resmi pindah jurusan dan nature of work di education berbeda dengan nature of work di kimia, jadi saya pikir sekarang saatnya saya mulai membiasakan lagi dengan ritme juliah setelah selama 2 bulan bergulat dengan depresi saya. Mulailah saya bergerilya dengan daftar ke banyak workshop menarik. Mulai dari IT skill, literature review, bagaimana me manage referensi supaya rapi dan mudah di track back, lalu bagaimana mulai menulis tesis, pokoknya semua hal yang berhubungan dengan study doktoral saya di education selanjutnya lah. Berbeda dengan di kimia, karena ini gak ada labnya, jadi ya dari day one kerjaan kita ya membaca ma nulis. Gitu terus, ya tesisnya juga beda jauh ketebalannya dengan yg di kimia. Kalau di kimia tesis palingan 100 an ke atas kalau di education tesis bisa mencapai 300 lembar. Mungkin karena nature of work dan beban pekerjaannya yang berbeda yah hehehe. Jadi mulailah saya enjoy ikutan banyak workshop saat ini. Ditambah lagi, workshop workshop itu kebanyakan lokasinya di city campus, dekat banget mah dengan unilodge, jadilah saya bahagia ikutan workshop hampir tiap hari. Wong tinggal jalan kaki dan mumpung reading list yang saya punya dari education belum panjang, saya memanfaatkan waktu dengan ikutan workshop. Alhadmdulillah, senang banget dapat ilmu baru hehehe.

Five, Russell Church
Tentu ia adalah hal terbaik yang terjadi di hidup saya saat ini. Saya benar-benar menyesal telah begitu cuek dengannya di awal kami berkenalan. Tapi ya wajar lah say akan Cuma jaga diri ya kan hehehe. Daripada salah pilih dan cenderung dimanfaatkan, akhirnya saya memilih ketus bin judes dengannnya waktu di awal perkenalan kami. Hehe, saya ingat ia dulu sering banget nyari-nyari alasan biar bisa ketemu saya. ya mau ngasih kue lah, mau ngajak belanja lah, belikan kopi lah buat belajar, pokoknya selau adaaa aja alasannya hehehe. Dan setelah ketemu itu ia biasanya ng etext, IT IS SO WONDERFUL TO SEE YOU. Tapi ya tetap aja saya mikirnya yaelah laki laki mah sama. Jadi ya saya cenderung ignore dirinya hehehe.
Saya ingat saya pernah jahat banget dulu itu. Saya sudah janji mau jalan ma dia terus saya cancel dan krena saya gak tahu alasan apa yg musti saya bilang dan juga krena nggak enak juga karena keseringan nolak, akhirnya saya memilih matiin hape dan semua alat komunikasi. Jahat sih iya, tapi hari itu saya juga lagi bad mood dan bakalan nyemprot orang lain. Jadi saya pikir yah sudahlah, saya off aja semua alat komunikasi saya. Iyaa jahat bangeeet yaaa hingga saat ini saya masih nyesel lhoo pernah se jahat itu hehehe. Pas saya on in hape saat itu, banyaaak banget sms nya hingga akhirnya ia memilih pergi sendiri. Terus alasan saya apa coba pas ketemu, sorry yaaa, hape saya hang. Hahaha bener bener jahat.
Tapi saat ini, meski saya belum 100% percaya ma semua ucapannya, tapi seidaknya kadar percaya saya sudah jauh lebih banyak. Wong sudah tunangan juga, masa masih gak percaya 100%. Saya mulai melihat sisi lain darinya. Ia adalah lelaki yang bertanggung jawab. Not to mention betapa baiknya ia pada saya. ia benar-benar ber komitmen. Reall committed. Sampai sampai ia selalu mengirimkan sms di sela sela pekerjaannya. Lalu ia memahami saya yang lumayan aneh ini dan selalu mendukung saya. Mungkin Anda bosan dengan postingan saya tentang Russell Church which is understandable tapi saya memang tidak bisa bohong, he makes me really really happy. Orang yang awalnya say atoalk tolak bahkan sering saya biarkan menunggu dengan kejamnya, sekarang malah jadi orang yang begitu dekat, orang yang begitu mendukung dan segala hal yang tidak pernah saya bayangkan akan saya dapatkan darinya. Ia, adalah orang yg begitu berarti buat saya. ia adalah seorang kawan, seorang tunangan, seorang kekasih, seorang laki laki yg begitu menyayangi saya, dan untuk alasan itu, saya mensyukurinya.
Well, itulah my top five over two weeks, people. Tetap bersyukur, jangan kufur, tetap positif dan menerima hidup yang kita jalani masing masing sebagai bagian dari kasih sayang Allah pada kita semua. Insya Allah, semua akan terasa ringan.

Auckland, 19 Juni 2016
-NK-