Saturday 24 October 2015

My PhD Journey: TOP FIVE OF THE THIRD WEEK IN AUCKLAND

Hello there. Good morning full of sunshine from Auckland. 

Yeah, meskipun saya belum ada ide untuk reaksi yang sedang saya set up saat ini, tapi yah it is ok to post some of the things that I thought I am grateful of. Meski bagaimanapun, saya selalu punya lima hal yang bisa disyukuri minggu ini. My TOP FIVE OF THE WEEK. 

Terima kasih yaa bagi yang terus berkenan membaca postingan postingan saya, baikd i blog, IG or di FB. Ini saya lakukan semata mata untuk release kesintingan sya sebagai mahasiswa PhD disini. Yah, PhD saya memang tidak terlalu menegangkan, professor hanya meminta saya untuk mencoba, dan rute apapun yang saya rancang utuk reaksi ini, bukan hal yang harus berhasil. Namun berbagai eksperimen yang sudah saya lakukan seminggu ini, cukup membuktikan bahwa saya berusaha. Sungguh, saya benar-benar beruntung memiliki supervisor yang membuat saya tumbuh bukan patah. 

So, guys, here are my TOP FIVE OF THIRD WEEK. 

One, I am able to use Chromatography Column
Yup, ini harus disyukuri karena sebelumnya saya hanya mempelajarinya melalui teori di India, namun sekarang hampir setiap hari saya menset kolom. Bikin silika gel dan BENAR BENAR menyentuh alatnya, bahkan paham cara kerjanya, bukan adri menghafal, tapi dengan mempraktekkan secara langsung. Pertama pegang, ya kagok yaa, tapi lama lama akhirnya jadi biasa. Kemarin saya bikin kesalahan sebenarnya, saat saya tidak memperhatikan kolom saya yang kekurangan solvent hingga akhirnya kering. Saat ini, memandangi tetesan demi tetesan cairan dari kolom saya itu menjadi rutinitas tersendiri. Dan, berada di lab dengan segala kelengkapan ini, membuat saya merasa seperti di rumah. Saya merasa aman. Benar-benar aman. So, ini adalah hal pertama yang harus saya syukuri hari ini. 

Two, Uang Beasiswa saya Cair. Yayyyy!
Setelah menunggu selama sepuluh hari kerja, akhirnya uang beasiswa saya selama tiga bulan, plus uang tunjangan buku selama setahun CAIR. Yayyyyy! Senang sekali rasanya melihat saldo tabungan yang tiba tiba "gemuk" hehehehe. Teman-teman saya di lab plus supervisor sangat happy dengan berita ini. Mereka tahu betapa saya sangat khawatir dengan uang beasiswa saya karena lumayan lama menunggu ya. Tapi akhirnya, uang resmi cair hehehe. Thank you, LPDP. Saya bisa meneruskan riset PhD saya dengan tenang lagi hehehe. 

Setelah toleh kanan kiri, akhirnya saya juga tahu bahwa beasiswa LPDP adalah yang TERBESAR di kelasnya. Maksud saya jumlah uangnyaaa. Karena si Koriakus dan Ram, dapat beasiswa langsung dari sumber yang saya tahu cukup bonafid dan jumlahnya tidak sebesar yang diberikan LPDP pada saya. Mereka mendapat uang 25,000 NZD setahun tanpa tunjangan apapun lagi sedangkan saya masih dapat tunjangan buku sebesar 9,000 NZD setahun. Itu pun saat riset saya masih bisa mengajukan dana tesis lagi ke LPDP, yang tidak didapat oleh Koriakus atau Ram. Hehehe, alhamdulillah, rejeki anak sholeh, LPDP memang yahud!

Anyway, dengan resmi cairnya uang beasiswa ini, saya berencana beli kebab or McD anything untuk memanjakan lidah saya lah. Itu yang bikin si supervisor tertawa kemarin saat mendengar kepolosan saya hahaha. Tapi dasar manusia hemat, pas masuk McD lihat harganya yg rata rata 10 dolar ke atas, yah, nge per keluar deh, males, mahal banget hehehe. 

Three, Saya LULUS DELNA
Yay, ini juga harus dirayakan. Karena saya sangat tegang dengan tes ini. Yah, mungkin Anda bilang, halah Bu NUrul lho, masa takut tes Inggris. Tapi asli lho, saya TEGANG. Mungkin karena yang nge tes asli langsung dari ahli bahasa Uni Of Auckland ya, jadi saya agak takut inggris saya yang abal abal ini kelihatan hehehe. Selain itu, saya dengar si Ram, juga gak lulus, dan ia dari Asia. Ya si Koriakus ya lulus karena dia dari Yunani. Jadi berkiblat dengan kegagalan Ram itulah, saya jadi takut hehehe. Tapiiii....yay, saya LULUS. Inggris saya dinyatakan mencukupi untuk ikut proses akademik. Jadi saya nggak khawatir lagi. Si supervisor juga memberikan selamat atas keebrhasilan saya, karena menurut beliau, banyak mahasiswa Cina yang gak lulus. Beliau bilang saya harus menghargai diri saya sendiri karena ternyata saya mampu tuh. Benar-benar supervisor yg OK BGT!

Four, Saya ikut seleksi Teaching Asistant
Ini juga pengalaman yang gak kalah asyik. Saya submit form minggu lalu dan minggu ini tiba giliran saya untuk perform. Yah saya nggak tahu sih peluang saya ya. Tapi setidaknya saya mencoba. Entah bagaimana performance kandidat lain karena kami dites sendiri sendiri, setidaknya Ram dan Koriakus juga mencoba. Yang jelas, saya senang saya ikut seleksi ini. Yah hitung hitung asah kemampuan mengajar lah. Kalau lulus ya alhamdulillah, saya dapat tambahan dana lagi hehehe. Doakan saya yaaa Readers, semoga saya termasuk uang lulus amiin...

Five, saya beli jaket baru hehehe
Ini sih biasa aja benarnya. Tapi yang bikin amazing, harga jaketnya cuma 10 dollar. Saya sih sudah beberapa kali melewati para pedagang cina itu di pinggir kampus, tapi karena duit yang masih terbatas saya tidak berani singgah. Puncaknya saat jaket saya basah hari Kamis, dan suhu alamak dingin banget. Akhirnya saya pun singgah dan melihat lihat jaket yang mereka pajang. Yay, ternyata ada satu yang saya suka. Bahannya hangat dan ada kain parasutnya agar tetap kering saat hujan. Plus ada hoodienya hehehe. Jadi deh saya punya jaket baru seharag 10 dollar. Yaa mungkin gak baru yaa, itu pasti barang bekas yg dijual lagi, tapi masih ok barangnya. Dan memang, jaket buatan sini memang beda dengan yg dibawa dari Indo. Lebih hangat yang ini. 

Dan....itulah my top five of the third week in Auckland. Senang banget karena sudah mulai beradaptasi. sudah lebih sabar dengan angin dan suhu yang naik turun gak keruan. Namun seperti yang saya bilang, selalu ada hal yang bisa disyukuri dari setiap keadaan. There will always be something to be grateful of about life. 

Happy Sunday there! Stay cool for you yang lagi hot di Indonesia dan stay warm for me, yang lagi kedinginan di Auckland hehehe.

Auckland, 25.10.2015

Nurul Kasyfita

Friday 23 October 2015

The scholarship journey: LOA dulu OR beasiswa dulu?

Hey there, salam hangat dari rainy Auckland.

Amm sebenarnya saya berencana ke kampus hari ini, tapiiii di luar hujan terus nih. Jadi saya agak "malas" hehehe. Happy saturday yaaa kami sudah hampir jam sepuluh pagi disini, sedangkan di Samarinda pasti masih jam lima.

Well, kali ini tentang beasiswa, nukan tentang my PhD journey yg biasanya saya tulis. Edisi ini khusus bagi siapa pun yg bercita cita sekolah lagi, dalam or luar negeri. So, school lover, stay tune with my writing yaa.

Seperti kita tahu bersama, ada banyak scholarship provider. Yang lagi diminati sekali saat ini, ya LPDP, sponsor saya. Itu karena LPDP diperuntukkan bagi semua WNI, tidak tergantung apakah PNS, dosen, etc. Tidak perlu pengalaman kerja, bahkan pengangguran saja berhak melamar. Kalau saya bilang sih, LPDP seperti lembaga yg akan mengubah nasib banyak orang, contohnya saya. Artinya, tidak perlu jadi pegawai dulu untuk melamar LPDP, namun setelah bergabung dengan LPDP, Anda insya Allah dapat pekerjaan.

Selain itu, ada juga yg seperti saya, dosen, kami dapat juga berangkat dengan skema BPP LN dan BPP DN. Namun karena ini dikti, maka yg melamar hanya khusus dosen.

Yang berikutnya adalah embassy atau kedutaan masing masing negara. Anda bisa google kedutaan apapun yg ada di Jakarta, insya Allah ada peruntukan beasiswa mereka. Sebelum memutuskan ke NZ, saya sempat buka web dan sempat HAMPIR mengirimkan lamaran ke Brunei Darussalam. Namun, akhirnya tidak jadi. Biasanya beasiswa kedutaan juga lebih sederhana syaratnya. Anda tidak perlu sudah bekerja, yang penting telah berdiam di negara RI minimal dua tahun. Setiap kedutaan punya nama beasiswa mereka masing masing. ICCR yang dari India, aminef dari US, moffatt yg dari Brunei, ADS yang dari Aussie dan NZAS yang dari New Zealand. Ini panitia NZAS sampai telpon saya ke Auckland hanya untuk memastikan saya mundur dari beasiswa mereka. Luar biasa, kadang saya tu gak menyangka saya lulus banyak beasiswa tahun ini. Ah, Allah Maha Baik.

Ok, sekarang kita lihat mekanismenya. LOA dulu or beasiswa dulu. Istilah sederhana nya, nyari sekolahan dulu or nyari duit dulu.

LOA dulu.
Well, ini mekanisme yang saya tempuh tahun ini. Saat saya melamar beasiswa tahun ini, LOA saya sdh unconditional. Bagi yang belum paham, LOA itu artinya LETTER OF ACCEPTANCE. Ini seperti surat dinyatakan diterima oleh uni yg bersangkutan. Waktu kita melamar, LOA nya biasanya masih conditional yang artinya ada syarat syarat yg blm lengkap, semisal TOEFL, atau ijazah hard copy yg blm diterima pihak uni. Setelah kita melengkapi semua syarat syaratnya, meningkat lah derajat LOA kita jadi unconditional, artinya, diterima 100%.

Saat saya memulai kegilaan mencari sekolah akhir November tahun lalu, saya dinyatakan lulus conditional LOA pada tanggal 13 Februari. Saya ingat banget waktu itu saya lagi duduk di lobby hotel nunggu mahasiswa yang akan mengantar saya liat lokasi TOEFL IBT. Wuih, merinding liat surat LOA itu saudara saudara. Istilahnya waktu saya submit aplikasi awal Desember itu, saya gak berharap bakal lulus di Auckland. Lha, cuma lulusan India lho. Saat itu di surat itu saya hanya tinggal melengkapi dua hal, TOEFL IBT dan fotokopi dokumen hard copy. Gimana gak merinding liat tulisan

WE ARE PLEASED TO LET YOU KNOW THAT YOUR APPLICATION AS A PhD CANDIDATE IN THE UNIVERSITY OF AUCKLAND HAS BEEN APPROVED.

Satu, ini PhD man, bukan cuma master. Dan dua, ini Auckland man, kota terbesar di negara yg sistem pendidikannya setara UK. Nggak mimpi saya lulus di negara sehebat ini.

Well, intinya saya tahu saat itu, surat conditional LOA ini bisa jadi modal besar untuk jual diri ke sponsor. Hehehe, saya selalu bilang, saya jual diri ke sponsor. Lha karena memang gak punya apa apa kecuali diri sendiri.

Dan...mulailah saya cari sponsor. Karena sudah punya surat sakti di tangan saya, meski cuma CONDITIONAL. Sasaran saya dua, saya akan mrlamar ke Dikti, karena itu memang payung saya, dan kedutaan, NZAS, incaran saya. LPDP baru tersirat di benak saya saat ada teman yg mention. Awalnya saya ragu karena umur saya sudah lumayan "uzur" untuk PhD. Eh ternyata saya masih eligible. Alhamdulillah. Plus, University of Auckland ada di list LPDP dan DIKTI juga. Yay...jadilah saya melamar tiga.

Keuntungannya, punya LOA duluan itu bikin kita fokus saat jual diri di hadapan sponsor. Intinya, saya sdh siap sekolah Pak, tinggal di duitin saja. Bahkan saat saya seleksi wawancara di LPDP, saya sudah punya invoice spp sementara, saya sudah punya NIM, bahkan supervisor saya yg baik hati itu, juga menuliskan LETTER OF SUPPORT buat saya. Jadi saat kita memaparkan rencana hendak sekolah, semua surat surat yg diperlukan sudah ada di tangan kita. Intinya ya, minta biaya, karena saya sudah siap sekolah.
Lalu, saat kita sudah dinyatakan lolos beasiswa, kita bisa secepat kilat mengurus perizinan, surat tugas belajar, etc karena tujuan sekolah sudah jelas. Nggak perlu nunggu lagi. Dan proses sekolah pun bisa langsung jalan. Saat saya dinyatakan lulus oleh LPDP pada tanggal 10 Juni, tanggal 11 Juni saya sudah menyambangi rektorat untuk memulai proses tugas belajar saya ke DIKTI. Plus aplikasi visa saya sudah masuk. Dan awal Oktober, saya sudah berada di Auckland, memulai bulan pertama PhD journey saya. Asyik gak tuh?

Kerugiannya, well, biaya harus keluar duluan. Ya minimal biaya mengirim dokumen ke uni tujuan. Saat itu saya mengeluarkan biaya sebesar 140 rb untuk mengirim legalisir ijazah saya ke Auckland. Padahal kan belum tentu dapat ya beasiswanya. Terus, kalau gak dapat ya gigit jari aja ngeliat sekolahan sdh nerima tapi uangnya gak ada. Hik, sedih.

Tapi percayalah, saat LOA sudah di tangan Anda, ada banyak jalan mencari sponsor. Nggak dapat dalam negeri, coba lah sponsor luar negeri. Atau kadang universitas sendiri punya dana beasiswa untuk Anda. Yang penting Anda lolos dulu seleksi universitas. Begitu menurut saya.

Beasiswa dulu.
Yang ini juga gak kalah asyik. Mungkin Anda sudah punya uni incaran. Tapi mikirnya ah, tunggu dpt beasiswa dulu baru nyari sekolahannya. Dulu waktu saya master ke india, saya termasuk yg ikut skema ini. Tapi karena itu cuma master dan memang dari panitia beasiswa mengharuskan kita dapat beasiswa dulu baru mereka yang mencarikan sekolah, serta tdk ada keharusan sudah punya supervisor, jadilah saya ikut skema ini.

Asyiknya, saat ikut skema ini kita gak repot repot ngirim ini itu ke uni tujuan. Cukup kita kirim dkumen ke panitia beasiswa, yay, mereka yg ngurus sekolahannya. Kita duduk manis aja.

Tapi untuk LPDP, tidak berlaku seperti itu lho. Meskipun Anda sudah punya beasiswa LPDP, Anda lah yang tetap harus cari LOA. Dan saat wawancara, mungkin Anda mempromosikan ke LPDP bahwa Anda akan tembus di uni yg tercantum dalam list LPDP yang memang rata rata ranking 100 besar dunia. Nah, setelah LPDP diyakinkan oleh Anda, lalu saat mencari LOAAnd sadar ternyata uni itu berat banget untuk ditembus, disitu deh kalang kabut. Karena tidak mudah bagi LPDP atau pun any sponsor untuk bisa teryakini saat And memilih pindah Uni, apalagi yg rankingnya jauh di bawah uni yang Anda sebutkan saat wawancara. Kalau Anda pindah ke uni yg lebih tinggi rankingnya sih ok ok aja ya. Tapi kalau sebaliknya. Hik, sedih.
Keuntungannya, yay, Anda bisa lebih jual diri ke uni yg Anda tuju or supervisor yang Anda incar. Istilahnya bilangin tuh, ni, saya dah punya beasiswa, terima dong saya. Gitu heheh. Terus saat Anda mengurus LOA juga lebih semangat, karena sdh pasti nih ad uangnya hehehe. Gak kayak saya kemarin, berjuang dengan daya sendiri. :-).

Kerugiannya, Anda tidak bisa cepat memulai study. Anda masih harus berkutat mencari LOA. Selain itu masih ada resiko beasiswa Anda gugur baik karena tidak dpat LOA hingga waktu yg ditentukan, biasanya setahun, atau memutuskan pindah uni yg tidak disetujui sponsor. Ini yang biasanya patut diwaspadai saat kita melamar beasiswa. Kalau seperti saya ke India kemarin ya mudah ya, pihak sponsor yang mencarikan sekolahnya.

Well, anyway, pencarian beasiswa dn sekolah itu tetap worthy untuk dilakukan. Ini adalah proses yang sangat menarik untuk diikuti dan bisa jadi bahan cerita saat kita tua nanti hehehe. Saya alhamdulillah, diberi Allah banyak kesempatan untuk itu. Apapun mekanisme yang Anda tempuh, mau dapat LOA dulu seperti saya, or mau dapat beasiswa dulu, itu di tangan Anda. Yang penting, NEVER GIVE UP. Man jadda wa jadda. Orang yang bersungguh sungguh pasti akan mendapatkan hasil. Dan janji Allah itu benar adanya.

Selamat mencari LOA bagi yang sedang mewujudkan mimpi sekolahnya. Selamat study bagi yg sudah mendapatkan beasiswa dan LOA nya. Dan selamat mencari beasiswa bagi yg sudah diterima LOA nya. Yang jelas, proses mencari sekolah, beasiswa, supervisor, akan menghindarkan kita dari hal sia sia. Kita akan fokus mengejar tujuan kita, melupakan hal hal kurang esensial di sekeliling kita dan yang saya suka, kita menjadi produktif. Jauh lebih produktif!

Long life education. Bravo untuk pendidikan!

Auckland, 24.10.2015.

Nurul Kasyfita

Saturday 17 October 2015

My PhD journey: TOP FIVE OF THE SECOND WEEK IN AUCKLAND

Hey there!

Ini saya lagi dengan tulisan konyol saya. Ammm, mulai minggu ini karena saya sdh officially landing my feet in Auckland, saya akan posting tulisan weekly, yg tajuknya TOP FIVE OF THE WEEK. Ini sih sebenarnya hanya misi bersyukur. Saya yakin, hidup saya memiliki banyak hal yg pantas disyukuri, tapi jumawa banget kayaknya kalau posting segitunya di blog, so I will choose top five best thing I have along the week.

Sebelumnya maaf yaa jika postingan saya memenuhi wall Anda. Itu sih krn tingkat kegalauan mhswa PhD itu tingkat tinggi biasanya. Kami sudah di level agak sinting karena harus "menemukan" hal baru, metode baru, model baru, anything lah, yg harus baru di bawah langit yg sebenarnya nothing is new under this sky. Nah tingkat kesintingan ini di release dg cara kami masing masing, dan untuk saya releasing method nya dengan menulis. Sekalian narsis haha, mengabarkan bahwa saya masih hidup di negara jauh ini. Padahal ya nggak penting juga saya hidup atau nggak ya :-).

Selain itu, postingan weekly ini saya tujukan agar Anda bisa melihat top five of your own life. Jika misalnya Anda membaca saya bahagia meski cuma beli sepatu baru, berarti Anda yg baru beli mobil baru atau hp baru, atau bahkan rumah baru, harus lebih bahagia dari saya. Wong saya yg cuma punya sepatu baru aja bisa bahagia kok kenapa Anda tidak? :-)

Lastly, for those yg tdk suka dg postingan saya, ammm, you'd better close your eyes deh :-). Buat Anda yg bilang "halah segitu aja di share, nggak penting" or yang berkata "ni orang kurang kerjaan ya posting status melulu" or buat Anda yg berkata "wong segitu aja dirayain, saya lho yg punya lebih banyak biasa aja", well, Anda tidak tahu cara menikmati hidup then. My humble suggestion is, close your eyes kalau liat postingan saya either di fb, ig or di blog. Karena, saya gak akan pernah bisa stop posting whatever i feel happy about. It is my method to stay blessed and grareful.

Well, well, lets start for this week. My top five!

One, I passed the university resident selection
Yay, ini kabar ok banget! Saya hampir lompat pas baca email contract offer dari pihak universitas. Saya langsung nyari Koriakus, tapi dia sdg di NMR. Akhirnya saya lari ke supervisor, dan melompat lompat dengan girang di kantor beliau. Beliau juga senyum senang dan bilang "see, you are too worry".
Resident ini ok banget karena meski sewanya 303 dollar seminggu, saya bakal punya kitchen, bathroom, dan semuanya di kmr. Letaknya pun di main street auckland. Keren banget. Saya senang karena meski hostel yg skrg saya tempati cuma 200 dollar, tapi nggak worthy bgt dg sharing bathroom dan kitchen nya. Kitchen msh ok lah yaa krn saya makannya cuma sedikit, bathroom itu lhoo, huaa tersiksa pas lagi perlu eh ada org didlmnya.
Dan yg paling penting, resident ini nggak semua aplikan diterima. Teman saya, Ram, orang Nepal, juga gak diterima entah for whatever reason. Terus seleksinya juga ada pertanyaan WHY WE SHOULD CHOOSE YOU. Dan mulailah saya jual diri disana hehehe. Alhamdulillah, jualan saya rupanya laku.

Two, I started my first reaction
Awalnya bingung, so pasti. Bayangin, latar blkg fkip, sempat master di india, tapi yg dikerjain ini benar benar beda. Saya harus cari prosedur yg mirip mirip, desain rutenya, ngakalin katalisnya atau kondisinya.
Pertama ngerjain tu mau nangis haha. Semua tinjauan pustaka seems useless dan beda dg ilmu lain, kami di kimia harus benar benar reading between the lines. Kadang pustaka ini terlihat ok, tpi ternyata gak ada maknanya utk reaksi yg bakal dikerjain. Skrg saya lagi bingung mikirin solvent yg cocok, tapi ya sdhlah, insya Allah pertolongan Allah itu ada :-). Yang jelas, sekarang mulai sibuk dg hal produktif. Baca jurnal, mikirin mekanisme, semuanya skrg sudah mulai jalan.

Three, saya berhasil puasa
Ini termasuk top five krn saya sempat khawatir tdk bisa puasa krn asma saya yg sering kambuh. Lalu perut saya juga sering dangdut krn cuaca yg super dingin bagi saya. Plus, puasa disini 14 jam krn matahari muncul jam 6 dan tenggelam jam 8 mlm. Kebayang kan, puasa yg durasinya lama, terus dengan suhu super dingin. Tapi alhamdulillah, saya berhasil puasa. Bahkan tubuh saya ajaibnya lebih tahan dingin saat puasa. Itulah kekuasaan Allah, i believe it.

Four, jelaslaahh sepatu baru :-)
I love those shoes. Awalnya saya sedih liat sepatu bawaan dari Samarinda sudah mulai robek. Terus pas browsing toko sepatu dekat hostel, busyet, harganya kok 100 dollar ke atas. Aji gileee mau sejuta aja tuh dlm rupiah. Sedih, pergi lah ke kampus, curhat ke Andrew. Terus yayy, dia browsing dan ketemu deh toko sepatu murah. Dan yg saya senang, saya ketemu si boot dg model yg saya suka. Jadilah beli dua hehe. Alhamdulilah, punya teman yg kayak google map, bisa diandalkan :-).

Five, I got new muslim friend, bisa makan ayam, dan ada teman dinner
Hehe, yang ini lumayan ok. Biasanya di dapur, orang indo tu cenderung diam, krn yg ngomong cas cis cus biasanya Jepang. Terutama Jepang dan Cina temannya banyak di hostel ini. Plus, mereka emang cantik dg rambut berwarna nya. Lha, kita yg berjilbab ini diam diam aja laah di pojok. Umumnya kami sih tdk diganggu krn liat pakai jilbab ya, jdi pada malas ngajak ngomong.

Nah, pas saya masak untuk buka puasa Kamis lalu, disitu saya ketemu bule yg ramah bgt. Dia nanyain disini ngapain, biasa lah kitchen talk. Ya saya sahutin biasa aja, sdh biasa ada yg nanya gitu terus ya udah, gitu aja.

Eh, yg ini beda. Krn guru TK, dia sharing ttg pandangannya ttg pendidikan. Wah, ketemu org education, jadi deh saya senang. Saya diundang observasi ke kelasnya, dan thats it lah. Basa basi pikir saya. Biasaa.

Nah, saat kamis itu sempat mikir enak ya kalau makan ayam. Hehe, tu doa dijawab ma Allah. Esoknya, si teman baru ini menghubungi saya dg bilang dia punya makanan halal dari masjid habis dia shalat jumat. Hoa, muslim ternyata. Saya pas di kampus saat itu. Terus saya bilang masih nungguin reaksi. Kalau mau dinner, duluan aja karena saya masih sibuk dg bayi saya di kampys hehe. Terus dia bilang I WILL WAIT.

Dan alhandulillah, makanannya ayam. Jadilah saya makan ayam yihaa.

Persahabatan pun berlanjut, hampir tiga malam ini kami dinner sama sama. Kadang di ruang makan, atau seperti tdi malam, kami makan di kafe, beli kopi segelas terus makan deh hehe. Yang menyenangkan, saya jadi ada teman ngobrol. Meskipun apa yg kami kerjakan berbeda, tapi it is fun lah punya teman ngobrol by the end of the day. Dan karena muslim dan orang NZ asli, saya seperti jadi punya Andrew di hostel hehe. Kalau di kampus kan teman curhat saya si Andrew. Naah di hostel ada teman baru ini yg menunggu saya pulang untuk bisa dinner sama sama, plus punya tips tips ok untuk cari barang murah di NZ. Minggu depan saya diundang ikut tur bis keliling Auckland bareng dia. Terus next week lagi, kami bakal ikut muslim picnic day di city.

Rasanya saya berdoa minta ayam aja ma Allah. Hehe, tapi ayamnya ternyata ber bonus teman baru. Ah, Allah Maha Baik. Bahkan tadi malam saat saya bercerita kehilangan mie seharga dua dollar, dengan tulusnya ia menyodorkan koin dua dollar untuk menggantikan kesedihan saya hehe, yg tentu saja saya tolak, wong cuma curhat hilang mie masa diganti :.

And, thats about all, folks! Baru dua minggu saya di Auckland. Msh ingat dua minggu lalu saya masih nobody in the middle of nowhere dengan perut kosong dan menangis sesenggukan di kamar, alhamdulillah, minggu kedua ini saya sudah kenal banyak orang, sudah punya tempat tinggal yg lebih ok, sudah punya teman baru.

 I am now officially living in Auckland.

Whats your top five of the week? Find them. Praise them. Celebrate them. Just a humble opinion, though. Anyway, selamat hari Minggu, semoga senin esok, langkah kita dimudahkan amiin. Salam dingin dari Auckland :-).

Auckland, 18.10.2015

Nurul Kasyfita

Sunday 4 October 2015

My PhD journey: A Sky full Of Stars

Hey hey. Ini postingan saya di hari kelima saya di Auckland.

This is honestly, a bright day for me. Seperti judul postingan saya kali ini, A SKY FULL OF STARS. Wel, sebenarnya itu sih lagunya coldplay, yang saya suka banget setel di MP3 player saya saat sedang berjalan kaki menuju atau pulang kampus. Yah, sebagai penyemangat lah intinya. A sky full of stars, seperti kesukaan saya, melihat langit dari jendela kamar Auckland saya.

Hari ini juga, full of stars menurut saya. Saya bertemu dengan banyak orang, yg memberi saya energi positif. Who are they? Well, ini dia listnya, the positive people that brights my day.

1. Jon, the supervisor.
Jelas lah, dia orang pertama yg saya temui hari ini. Kami berjanji ketemu jam 10, dan jam 10 kurang 10 saya sudah sampai di lantai tujuh, tempat beliau berkantor. Beliau sdg duduk di hadapan komputer saat saya tiba. Beliau menyuruh duduk dan menanyakan kabar saya, seperti biasa. Lalu mulai bertanya, apa saya ada pertanyaan untuk beliau. Saya mulai mengungkapkan apa yang saya mesti pelajari, apa harapan beliau ke saya, bagaimana saya bisa mencapai tujuan saya, lalu saya menunjukkan sepuluh goal yg harus saya penuhi di tahun pertama ini, yang jujur, membuat saya pusing sebagai mahasiswa PhD yang baru lima hari lalu tiba di NZ. Ia menutup ke sepuluh goal itu, lalu menyuruh saya fokus untuk tes bahasa inggris, hadir di induction day, dan menyelesaikan modul. "let me worry about this" kata beliau. "you worry your part, i will worry mine ok?".

Setelah itu, pembicaraan kami lebih kepada daily topic. Beliau menanyakan keadaan saya, bagaimana saya beradaptasi, bagaimana di hostel, etc. Hingga saya bercerita tentang cuaca yg seperti MONSTER untuk saya, toilet yang jaraknya jauh dan dingin, sakit perut yg saya derita bertahun tahun lalu dan kemungkinan kambuh karena cuaca yg begitu dingin, asma, dan beliau MENDENGARKAN DAN PEDULI. Hal yang biasanya tidak dilakukan banyak orang.

Beliau memberi kelonggaran besar untuk saya. Jika memang sakit, tidak perlu dtg, cukup email beliau. Jangan khawatir, semua dicover oleh asuransi saya, jangan khawatir, karena khawatir akan membuat saya sakit perut.
Lalu beliau mengambil formulir kartu akses untuk saya. Yang mengagumkan, beliau menuliskan nama pertama dan belakang saya dengan benar. Ejaannya benar, tidak ada satu huruf pun yang salah. NURUL KASYFITA. Nama saya termasuk yg susah ejaannya, sehingga menemukan seorang supervisor yang mampu menuliskan nama saya dengan benar, di formulir yang mestinya saya tulis sendiri, itu adalah AMAZING! Sekali lagi, saya bukan si jenius yg memiliki pengaruh besar, saya terbiasa diremehkan, tidak dihargai, dan saya menerima itu sebagai kewajaran. Namun, beliau menunjukkan saya equal dengan orang lain. Tambahan lagi, beliau menelpon si pembuat kartu akses agar khusus kartu saya, ditambahkan akses ke ruang shalat. Alhamdulillah.

Setelah itu, beliau memberi saya list yg harus dilakukan hari ini. Saya disuruh ke graduate studies, print invoice, ke accommodation office untuk mencari tempat tinggal yg lebih baik, dan ke bank. Beliau bahkan menggambarkan peta bank, agar saya tidak sesat. Dan beliau menyuruh saya kembali setelah semua selesai.

Saya pamit dan berkata, "thank you, Sir". Beliau melirik saya dari komputernya dan berkata "you called me Sir again, just Jon, please". Saya tersenyum lalu pergi.

2. Miss Rebecca dan Miss Dianne
Saya pun pergi ke kantor akomodasi. Ada miss Rebecca disana. Orang yg mengurus airport transfer saya. Ia juga baik sekali dan mengantarkan saya hingga bertemu dengan koleganya bernama miss Dianne.

Nah, dengan miss Dianne ini, saya bercerita tentang kondisi kesehatan saya. Ia ternyata juga tidak tahan dingin lalu berjanji akan membawakan saya kantung air panas hari Jumat nanti agar saat saya berjalan menuju bis, badan saya tetap hangat. Tidak terkira rasa terima kasih saya. Saya menitikkan air mata di hadapan beliau. Saya memeluk beliau dan berterima kasih. Beliau tertawa kecil dan berkata "we are the same woman who can not bear the cold, dear".

Saya menemukan banyak orang yg menganggap saya manja, menganggap kedinginan saya sebagai hal yg biasa, menganggap pertanyaan saya konyol dan bodoh, membandingkan apa yg baru saya capai di hari kelima ini dengan mereka yg sudah berbulan bulan disini. Dan saya diam saja sih, saat mereka melakukan hal itu. Namun, menemukan mereka yg mendengarkan dan peduli, se sepele apapun persoalan saya, itu adalah rahmat. Itu, yg membuat saya, menitikkan air mata.

3. Saleem,  the bank officer.
Ia seorang pegawai bank yg saya temui dengan takut takut hari ini. Saya mendengar bahwa untuk membuat rekening bank harus membuat janji dulu dan harus melalui email. Internet saya sudah tinggal 500 Mb sehingga saya memilih mampir langsung dan bertanya pada mereka. Namun, tentu saya takut jika salah, dianggap konyol, atau bahlan ditertawakan.

Lalu, si Saleem ini menyalami saya dan saat saya bertanya "may i ask you a question." Ia menjawab "definitely". Saya pun betanya apa bisa membuat janji dg dtg langsung ke bank. Ia tertawa dan menunjuk counter untuk saya. Again, tidak ada masalah yg sepele untuk mereka. Bagi mereka, masalah setiap orang adalah sama pentingnya, sama urgentnya. Tidak ada yg salah dengan bertanya, sekonyol apapun itu.

4. Again, Jon, the supervisor.
Saya kembali ke kantornya. Dan karena saya tidak punya kartu akses, saya menunggu ada yg keluar dari ruangan, agar saya bisa masuk. Si Jon, sebenarnya sudah memberi saya nomer telpon kantornya, agar ia bisa membukakan pintu untuk saya, tapi kesian. Jadi saya menunggu saja.

Saya melihatnya lagi lagi di depan komputer. Ia kaget, saya sudah selesai. Lalu menyalakan heaternya untuk saya, karena tahu saya tidak tahan dingin. Entah kenapa, saya batuk, tanpa henti, hingga keluar air mata. Ia bertanya "what, is it asthma now?". Saya berusaha recover, lalu ia mulai mengomentari tulisan saya. Padahal, ya ampun, itu tulisan ecek ecek, tapi komentarnya adalah EXCELLENT WRITING. Saya menunduk saking malunya. Lalu beliau menyuruh saya beli beras ke downtown. Saat itulah saya memberanikan diri bertanya, bolehkah saya meminjam bukunya jika nanti saya perlu. Maksud saya, dibawa pulang.

Ia berdiri, memilih satu buku organik tebal, lalu berkata "this is for you. This is a gift from me, as my thank you for joining my group research". Haaa, satu kalimat yg terucap pertama di bibir saya, ALHAMDULILLAH, ALHAMDULILLAH, THANK YOU, THANK YOU, SIR, oh No, JON, stupid, fool me". Dan beliau tertawa lepas. Lalu menyuruh saya membawa hari ini buku tersebut. Tapi lalu saya ingat harus beli beras. Jadi saya bilang "amm, not today, Sir, eh, Jon. I will carry rice today". Eh, beliau menggoda dengan bilang "so, you dont want this book?". Saya terbelalak dan bilang "noooo, i want it, but not today".

Beliau tertawa lagi dan bilang "i am joking". Lalu sebelum saya pergi beliau berkata lagi "Nurul, stop worrying, you will be fine".

Dan itulah my bright fifth day in Auckland. Saya pun berjalan kaki menuju downtown dan mengcapture Albert Park, the harbour, pertokoan, dan saat turun dari bis mengamati mount eden yg berdiri megah di belakang perumahan saya. Dan meskipun masa depan saya masih belum jelas di Auckland, saya merasa beruntung, sangat beruntung, berada disini.

Seperti lagu Coldplay yg saya dengarkan saat wandering around berjalan kaki, the sky full of stars. My sky full of stars, stars of hope, that no matter how life treats us, there will always be hope!

Auckland, 5.10.2015

Nurul Kasyfita

Once Upon four Years, in Auckland.

Hey hey there!

Entah jam berapa di tempat Anda, tapi di Auckland sudah jam 9.30 malam. Waktu begitu cepat saat ini bagi saya karena saat ini saya begitu dekat dengan kutub selatan. :-)

Saya ingin menulis ini karena baru saja iseng membaca postingan postingan saya selama di India. Jujur, dalam beberapa hari ini saya sedang berusaha menguatkan diri. Cuaca yg benar benar harshly cold untuk saya di luar sana itu benar benar sebuah tantangan. Dan jika yang lain mungkin hanya kena demam or batuk, saya terkena imbas ke perut juga. Karena masuk angin, perut saya banyak sekali gasnya dan mudah sekali mencret. Sementara wc disini yg cukup jauh dari kamar dan tidak ada airnya adalah sebuah cultural shocking untuk saya.

Awal saya turun di Auckland, Anda tahu, saya ingin lari, yes, lari, balik, pulang ke Indonesia. Negara tropis yg biarpun panasnya naudzubillah, tapi masih bisa saya tangani. Saya ingat, dulu juga waktu saya pertama kali datang ke India, saya ingin lari juga hehe, sama lah seperti saat ini. So, itu sebabnya saya mulai iseng membaca tulisan tulisan saya yg lalu.

Saat itu saya sadar, hidup juga dulu berat awal di India meski cuaca dan budaya tidak terlalu shocking ya. Dan tulisan tulisan saya dulu itu cukup membuat saya menitikkan air mata mlm ini, jauh dari semuanya. Saya menulis sebenarnya bukan untuk siapa siapa, saya menulis untuk diri saya, mungkin karena itu tulisan saya mudah dibaca orang lain. Tulisan saya seperti halaman buku yg terbuka, tanpa ada hal yg tersirat, ringan, dan berdasar kehidupan riil yg saya punya.

Esok senin, saya harus ke kampus. Saya akan menemui supervisor jam 10 30.  Kami akan membicarakan project dan beberapa hal lain terkait study. Hal yg saya khawatirkan adalah dinginnya cuaca di luar sana. Selama disini, saya selalu keluar ruangan setelah zuhur, agar suasana tidak terlalu dingin. Dan di auckland, pagi biasanya hujan. Saya punya penyakit asma juga, itu juga perjuangan berat untuk PhD ini. Tapi ah, masa saya tidak survive?

Jumat lalu, saat di kampus, saya menolong seorang mahasiswi berkebangsaan china. Ia buta dan hanya mengandalkan tongkatnya untuk berjalan. Saat itu saya juga sedang tersesat sebenarnya, tapi bukankah dua orang tersesat lebih baik daripada sendirian hehe. Ia ternyata sedang menempuh master dan baru saja tiba juga di Auckland. Ia berkata, ia akan menuntaskan master ini, no matter what. Seberapa pun berat perjuangannya.

Saat itu saya belajar darinya. Masa saya yg sempurna ini kalah semangat dg dia? Well, yeah, saya mungkin tidak se sehat orang lain, tapi kan saya tdk cacat? Hanya ada keluhan di perut dan di pernafasan.

Mengingatnya hari ini dan membaca postingan saya selama di India, menguatkan saya. Saya punya banyak agenda minggu depan ini. Here are the list:
1. Saya harus bertemu si prof eh si Jon besok. Beliau akan mulai mengarahkan saya ke project saya. Bersyukur karena orang ini begitu humble dan really a good supervisor.
2. Saya sudah booking session di doctoral induction program. Ada banyak hal menarik disana ttg bagaimana menyelesaikan PhD ini dengan sukses. I am looking forward to it.
3. Saya sudah terdaftar di DELNA. Itu tes diagnostik bahasa inggris untuk akademik di Uni of Auckland. Fiuh, meski pun sudah melulusi TOEFL, kami tetap di tes ulang disini. Tadi saya sudah mengerjakan versi online nya, dan rata rata saya benar 5 dari 7 pertanyaan. Semoga bisa benar ketujuh tujuhnya saat tes nanti amiin.
4. Saya juga mendaftar untuk training safety for NMR. Si Jon yg memberikan formnya kmrn dan hari ini sdh saya submit.
5. Saya juga punya full thesis submission yg harus diselesaikan dalam enam bulan ini dan satu literature review yang akan disubmit awal tahun depan, untuk itu, saya juga mendaftar course yg menarik, seperti academic writing, thesis structure, dan banyak lagi yg saya ikuti.

Menarik? Ya, itulah hal yg membuat langkah saya kuat menempuh dingin di luar. Saya menganggap menuntut ilmu ini adalah jihad saya. Tidak ada yang salah dari kegiatan saya saat ini, saya sedang menuntut ilmu. Dan meski tidk mudah, maka saya harus berjuang. Karena itu intinya jihad. Tidak ada jihad yang simple. Kalau cuma duduk duduk terus dibilang jihad, ya ke laut aja.

Tentu, tidak mudah meninggalkan the comfort zone. Sebuah negara tropis dimana suhu sangat bersahabat dengan kita. Bersyukurlah kita hidup dilewati garis equator itu, dan lihatlah pengaruhnya pada mereka yg jauh dari garis itu. So, jika saat ini Anda menggerutu kepanasan, pls, baca ini postingan. Jika saat ini Anda nge dumel karena sistem Indonesia yg Anda anggap patah, see my writing. I do miss Indonesia.

Dan yah, itulah postingan konyol saya mlm ini. Sudah jam sepuluh malam disini tapi karena di Samarinda masih jam lima, mata saya belum juga bisa beradaptasi. Postingan ini akan jadi kenangan manis saat PhD sudah tergenggam. Mungkin empat tahun lagi saat saya membaca ini, saya juga akan menitikkan air mata sama seperti saat saya membaca postingan saya saat di India. Jadi, menulis itu bukan paksaan untuk saya. Menulis itu adalah deposit kekuatan. Saat saya sedang memerlukannya, saya akan kembali ke tulisan tulisan saya sebelumnya karena saat saya menulis itu, saya menitipkan deposit kekuatan disana.

Semoga saya bisa melewati PhD ini dengan baik, amin. Karena seperti saya bilang, saya tidak merasa bangga dengan kuliah ini, atau beasiswa ini, saya merasa ini tanggung jawab. Ini amanah, dan saya harus selesaikan ini dengan sebaik baiknya. Saya juga bukan si jenius, yg memilki empat sampai lima LOA lalu memilih salah satunya. Bukan, saya cuma melamar ke Auckland, dan diterima, thats it. Bagi saya, bisa berada disini itu anugerah. Saya hanya berharap, saya cepat beradaptasi dengan cuaca, agar saya bisa beraktifitas maksimal dengan segera. Amin.

Mohon doakan saya ya. Semoga esok tidak hujan pagi pagi. Atau jika pun hujan, Allah memberikan kehangatan di tubuh saya untuk bisa melewati itu semua. Insya Allah, doa Anda untuk orang lain, juga bermanfaat untuk Anda.

Ok lah, saya coba tidur. Sudah jam 10. Saya harus bertemu si Jon besok. Terima kasih telah membaca hingga baris ini ya. This is, my jihad. Jihad for knowledge. Insya Allah.

Selamat tidur dari Auckland.

04.10.2015

NURUL KASYFITA

Friday 2 October 2015

My PhD Journey, Auckland Day 2

Hello readers.

It is me again with my silly writings. Saya tahu di Indonesia saat ini baru jam setengah enam, mungkin Anda baru ada yang selesai shalat subuh, dan baring baring lagi ya. Saat ini kami di Auckland sudah jam 10.45 pagi hampir jam 11 dan saya makan toast bread lagi. Entah sudah berapa hari saya tidak makan nasi, toast bread ini saya pikir cukup nyaman untuk perut saya yang lumayan "sensitif".

Postingan kali ini masih tentang my Auckland journey. Saya akan bercerita tentang serunya hari kedua saya di Auckland. Sebagai seseorang yg tidak biasa dengan budaya western, terus terang saya kaget dengan perbedaan budaya ini. Well, India is still asia sehingga tidak begitu sulit bagi saya untuk beradaptasi. Minimal, wc ada airnya hehe. Disini juga semua eror akan ada penalty. Jika buang sampah sembarangan, jika lupa kunci kamar, bahkan jika kunci kamar tertinggal di dalam kamar. Ini benar-benar menjadikan saya pribadi yang harus TELITI jika tidak mau tekor selalu bayar denda. Saya harap saya bisa menyesuaikan diri dengan cepat, karena saya ingin fokus mengejar pencapaian akademik, once saya sudah cukup beradaptasi. Semoga, insya Allah.  Metode yang saya terapkan adalah SYUKURI HAL SEKECIL APAPUN.

Hari kedua ini, saya bangun kesiangan. Saya bangun jam 11 30 pagi karena kelelahan menangis semalaman. Saya ingat bahwa saya harus menemui manajer hostel untuk menyelesaikan pembayaran hostel tiga bulan ke depan. Bergegas saya mandi, buat sarapan (yg cuma toast bread) dan berjalan ke kantor manajer. Ada dua orang Indonesia yang sudah saya kenal di building ini, satu mbak Sari, dosen yg berangkat dengan biaya DIKTI dan satu lagi awardee LPDP. Saya bertemu salah satu dari mereka dan well, ternyata mereka semua sangat sibuk dengan pekerjaan masing-masing sehingga tidak ada yang bisa mengantar saya ke city. Jika saya menunggu lagi, tentu itu akan membuat proses daftar ulang saya telat, dan itu juga mengakibatkan pembayaran uang beasiswa menjadi telat. Saya pun berpikir, saya harus BERGERAK sendiri.

Saya shalat zuhur dulu di kamar sebelum berangkat. Awalnya, saya menemui manajer hostel dan membayar kamar untuk 12 minggu ke depan. Saya memilih long stay agar saya bisa dapat internet. Saat ini saya sudah dapat net dengan kuota 2 Gb per week, lumayan, saya bisa mengakses net dengan laptop saya. Selain itu saya mendapat kitchen locker tempat saya bisa menaruh bahan makanan plus alat masak yang saya punya. Alhamdulillah.

Here are some experiences for the smooth second day:
1. Bus Stop (number 277 and 247)

Tempat tinggal saya agak jauh dari bus stop dan saya harus berjalan memanjat sekitar setengah mil. Namanya mount eden village dan memang ada gunung yg indaaah banget di belakang perumahan saya. Saya diberitahu nomer bus dan segera bergegas karena jam telah menunjukkan pukul 2 siang. Saya sebenarnya janjian dengan WNI lain yang tinggal di city, namun karena ia ada kuliah jam 2 30 siang, saya pun tawakkal melangkah sendiri. Supir bis yang pertama agak grumpy. Ia nampak tidak senang saya banyak bertanya. Ah, sudahlah, saya biarkan ia dengan ke grumpy an nya. Ternyata tempat tinggal saya tidak jauh, jika ditempuh bis hanya lima belas menit.

2. The Enrollment (Daftar ulang)
Saya pun turun di clock tower, dan ternganga melihat semua bangunan yang saya lihat di website, sekarang benar-benar ada di hadapan saya. Saya menuju Graduate centre dan daftar ulang. Smooth sekali prosesnya. saya diberi tahu bahwa tahun pertama ini saya masih PhD student dan akan dievaluasi tahun depan untuk menyelesaikan goal goal saya. Ada tiga hal yang harus saya selesaikan ASAP.
a. Doctoral Induction Program: ini seperti program orientasi penerimaan mahasiswa doktoral yang wajib diikuti, ada pilihan sessionnya dan saya diminta booking online. Alhamdulillah, saya sudah punya internet sehingga tidak pelu repot repot mengaksesnya.
b. DELNA assesment, ini seperti English for academic, sama seperti halnya induction day, saya juga harus booking online.
c. ACAD module integrity, ini adalah modul tes akademik yang juga harus saya selesaikan dalam waktu dekat namun baru bisa available by next week.
Smoothly, saya pun terdaftar ulang.

3. International Centre
Saya pun ke gedung belakang graduate centre. Disini saya disambut petugas yang ramah sekali. Saya diberikan enrollment sheet yang bisa digunakan untuk apply living allowance. Bahkan si perempuan memberikan saya city map dan mengajari saya toko hardaware dimana saya bisa mendapat berbagai barang untuk "memulai hidup". Saya sangat berterima kasih dengannya hingga saya memberikan salah satu souvenir yang saya bawa.

4. The Professor.
Nah, ini dia. Waktu telah menunjukkan jam 3.45 saat saya naik ke lantai tujuh tempat dimana beliau berkantor. Saya tidak berharap bisa bertemu beliau karena memang saya berjanji akan menemui beliau minggu depan dan departemen akan tutup jam 4. Beliau juga menyarankan saya untuk istirahat dulu karena saya akan mengalami jet lag. Namun, entahlah, proses yang begitu smooth mengantarkan saya ke building beliau.
Setiap mahasiswa kimia punya akses card sehingga jika saya tidak sama sama dengan mereka yang sudah memiliki akses card, bisa dipastikan saya tidak bisa masuk. Namun, alhamdulillah, saya berbarengan dengan mahasiswa s satu dan saat dia menswipe kartunya, lewatlah saya hehehe.
Saya akhirnya menemukan ruangan beliau. Tapi tidak ada seorang pun disana. Saya bertanya dengan petugas di depan, mereka hanya mengangkat bahu. Saya pun memberanikan diri mendekati pintu dan melihat beliau disana. Sedang mengamati layar monitor. Beliau kaget, mengamati wajah saya, dan saya pun menyebutkan "Sir, it is me, Nurul". Beliau nampak kaget karena memang saya tidak ada janji, tapi segera berubah ramah dan menyebutkan "Ah, it is you, I did not expect to see you today, have a seat, how was the flight, how was the accommodation". Hehe, saya agak kikuk ditanya banyak hal oleh pembimbing.
Saya pun menjawab semua baik baik saja, dan memohon maaf saya belum membawa oleh-oleh untuk beliau karena saya tidak menyangka bisa bertemu beliau kemarin. Beliau menggelengkan kepala, lalu berkata "it doesn't matter". Satu kalimat pujian awal "your English is EXCELLENT". Saya pun hanya bisa berkata "thank you, Sir".

Beliau pun bertanya apa saya sudah punya PhD pack. Saya jawab belum. Beliau pun menyuruh saya duduk dan beliau mengambilkan PhD pack saya ke bawah. Saya hampir tidak percaya bahwa saya menemui orang yang selama setahun ini berkomunikasi dengan saya via email. Beloau ternyata seramah emailnya dan well. nyantai banget sebagai supervisor. Saya beberapa kali merinding. Untuk seoarng yang tidak se jenius yang lain, pengalaman PhD ini adalah luar biasa untuk saya.
Beliau kembali, lalu menunjukkan beberapa hal dalam PhD pack. Dan langsung menawari posisi teaching assistant, sesuatu yang sudah dijanjikan beliau di email. Saya tidak menyangka semua ini akan secepat itu karena saya pikir beliau pasti ingin men tes saya dulu, untuk melihat skill saya. Tapi ternyata tidak, beliau memeprtimbangkan posisi saya sebagai dosen di Indonesia dan menyatakan bahwa pekerjaan teaching aasistant ini sangat well paid dan sangat baik untuk CV saya. Tentu saya setuju. Beliau pun mengisi formulir itu untuk saya. Aneh ya.

Saya pun mengatakan pada beliau saya perlu shalat Ashar. Beliau bertanya apakah saya harus melakukan itu sekarang. Saya jawab mungkin jam 4 30. Dan seperti di email belaiu, beliau memang sangat support dengan apa yang saya percayai. Beliau mengatakan diskusi dengan beliau akan selesai sebelum jam 4.30 untuk memastikan waktu shalat saya tidak terganggu. Setelah itu beliau menunjukkan tempat shalat dari kantor beliau. Beliau membuka jendela lalu menunjuk ke satu arah. Beliau memanggil saya untuk berdiri di samping beliau dan berusaha menunjukkan tempat itu dari jendela kantornya.

Masih bingung, namun saya berusaha berkata"I will try myself. Sir". Namun beliau berkata "no, let me put you to that place. I need some fresh air anyway". Beliau membuka lift, mengetuk tombol G dan membawa saya ke lantai dasar. Setengah berlari, beliau menunjukkan tempat itu. "Muslim prayer room". Beliau berusaha membuka pintu musholla itu untuk saya, namun terkunci, akhirnya saya meminta izin pergi saja karena sepertinya tidak ada orang di dalam. Beliau berkata "you can do your pray in my office". Saya terbelalak, lalu berkata dengan sopan "no. thank you. Sir". Akhirnya beliau memberi ide untuk mengetuk pintu itu dan yes, pintu pun terbuka hehe.

Saya membungkukkan badan berkali-kali pada beliau. Luar biasa rasa terima kasih saya pada orang asing ini. Beliau berkenan menerima saya, menawari posisi teaching assistant, bahkan mengantarkan saya hingga ke musholla. Semua kekhawatiran saya bahwa beliau akan berbeda dengan email-emailnya hilang. Beliau benar-benar seperti bunyi email=emailnya. Bahkan sebelum pergi, beliau masih berkata"It is nice to meet you, and email me over the weekend, let me know your condition".

Saya pun masuk, shalat Ashar dan bertemu banyak muslim lainnya. Saya ikut shalat ashar berjamaah dan sejuk rasanya mendengarkan adzan di Auckland. Di tempat yang begitu jauh dari rumah, Allah masih hadir untuk saya.

5. The Warehouse
Ini adalah seperti Ace hardware. Saya membeli keperluan awal hidup seperti piring gelas, dan penggorengan. Disini lah saya membeli gembok kunci yang super muahaaahhlll, hehehe. 20 dollar untuk sebuah gembok itu luar biasaaa. Saya pun selesai berbelanja, sudah punya roti sendiri dan membawa belanjaan saya pulang.

Supir bis yang kedua ini agak ramah. Dan saya benar-benar berterima kasih pada beliau. Saya pun berjalan kaki dari bus stop, menikmati pemandangan mount Eden dan bersyukur akan hal- hal yang telah saya capai di hari kedua. Alhamdulillah ya Allah, for the smooth second day in Auckland!

Auckland, 3.10.2015


Nurul Kasyfita

My PhD Journey: First Days in Auckland

Hi guys.

Well, well, I am now in Auckland. Kali ini saya ingin berbagi kisah ttg Auckland di awal hidup saya disini ya. Bagi Anda yang mengikuti postingan saya di fb, pasti tahu bahwa saya berangkat tgl 30 September kemarin dan tiba di Auckland tanggal 1 Oktober 2015. Saya akan bercerita tentang dua hari perjalanan saya, karena ini sangat berkesan bagi saya, so far.

30 September 2015.
Hari ini hari yang berat buat saya. Sejak pagi, meski saya sarapan di hotel, saya tetap tidak bisa menikmatinya. Hari ini benar-benar hampa buat saya, karena meskipun saya bersama keluarga, saya tahu detik detik saya meninggalkan mereka semua sudah tiba. Saya bersalaman dengan ibu saya dan adik saya, dan hampir saja tidak bisa melangkahkan kaki ke luar hotel. Yang saya ucapkan hanya TUNGGU SAYA, TUNGGU SAYA. Kenapa? Karena kedua orang tua saya sudah tua dan you know, umur itu tidak tahu kapan berakhirnya, sementara saya akan berada puluhan km dari mereka semua. Bahkan untuk mencapai Samarinda saja, saya harus menghabiskan 20 jam perjalanan. Tentu tidak sebentar bukan? Semoga Allah selalu memeliharakan kai semua, dan mengizinkan saya untuk bertemu beliau beliau kembali amin.

Saat di airport, rasanya tambah berat. Saya melihat ibu saya terakhir kali dari gerbang keberangkatan, menitikkan air mata dan hampir tidak melangkahkan kaki lagi. Saya ingan cancel PhD ini. Apa yang saya lakukan? Bego sekali langkah ini rasanya. Kenapa tidak master ini saja, bukankah sudah cukup untuk dapat hidup layak di Samarinda? Begitu pikiran yang berkecamuk di otak saya.

Tapi tentu pikiran gila itu harus segera dihilangkan, karena itu syaitan. Saya memukul kepala saya sendiri hanya untuk meyakinkan bahwa saya kuat. Saya pun menunggu pesawat ke Jakarta. Bagasi saya yang overweight 1 kg segera dibongkar dan mulailah perjalanan saya. Di pesawat menuju Jakarta, tidak banyak yang saya lakukan. Saya hanya menangis dan menangis.

Tiba di Jakarta, saya memindahkan bagasi ke Qantas. Berat sekali koper itu dan saya berulangkali melenguh untuk menguatkan diri. Saat ini kaki dan tangan saya sudah tidak terasa lagi bengkaknya karena memikul begitu banyak barang bawaan seorang diri. Saya check in, memastikan luggage tag nya adalah AUCKLAND dan menuju ruang tunggu. Bagasi saya ternyata hanya 29 kg di timbangan di Jakarta, tau gitu termos dan sepatu saya bawa bersama saya. Hik.

Saya pun memasuki pesawat. Wow, itu pesawat yang super besar. Saya belum pernah melihat pesawat sebesar itu. Saya ternyata bersebelahan dengan seorang warga negara Kroasia, seorang lelaki ramah yang saya pun tidak tahu namanya. Ia tinggal di Sydney dan sepanjang jalan kami banyak berbagi kisah, hingga akhirnya saya tertidur. Makanan pun mulai berganti rasa, dan satu satunya yang bisa saya habiskan hanyalah roti kebab. Entahlah, semuanya tasteless.

1 Oktober 2015
New day, new land. Si Kroasia membangunkan saya saat sarapan, dan berkata ini sudah pagi di Sydney. Ia menunjuk sunrise dari jendela pesawat dan pas saya lihat jam ternyata masih jam 2 di Samarinda. Sydney-Samarinda ternyata beda 3 jam. Saya agak bingung dengan waktu saat ini karena benar-benar pergi ke tempat yang lebih cepat zona waktunya itu membingungkan. Jika biasanya saya ke India dan dapat surplus waktu, kali ini saya seperti kehilangan waktu.

Saya pun lanjut ke Auckland. Saya duduk di terminal 36, dan benar-benar seperti orang hilang. Suhu sudah mulai menurun dan saya pun tertidur lagi di kursi. Hingga saya masuk pesawat dan ternyata di sebelah saya perempuan berkebangsaan Malaysia. Taoi kami tidak banyak bertegur sapa, karena ia lebih banyak mendengarkan musik. Kami diberi menu makan siang, dan jujur saya bingung dan merasa mual dengan menu makan siang saya. Satu satunya yang bisa saya habiskan hanya ES KRIM MANGGA yang segar menurut saya. Saya bahkan muntah di toilet pesawat karena perjalanan dan turbulensi lumayan banyak yang saya rasakan.

Dan....tibalah kami di Auckland. Sebelum landing, si pilot memberi kami aero show dengan terbang di atas sky tower, auckland zoo, mount eden, dan banyak lagi yang ditunjukkan si pilot. Saya benar-benar menikmati pemandangan Auckland dari atas. Ini seperti kota yang HIJAU. Itu yang saya rasakan.

Saya pun turun dari pesawat, dan dengan dag dig dug menunggu bagasi saya. Si Kroasia sempat bercerita bahwa ia kehilangan bagasinya saat transit dari Jerman ke Kuala Lumpur, jadi saya sempat takut barang saya tidak tiba ke Auckland. Alhamdulillah, si koper ungu ada. Saya pun memuat ke trolly dan memulai screening imigrasi. Imigrasi NZ sangat ketat dengan bioscreening yaitu barang barang dari makhluk hidup yang tidak boleh dibawa ke NZ bahkan madu sekalipun. Saya pun men declare beberapa barang karena jika kita bohong dan mereka melihat di X Ray, saya akan langsung didenda 400 NZD. Hoa, that is A LOT OF MONEY!

Saya sempat khawatir mereka akan mengambil beberapa barang terutama sendal jepit yang saya bawa karena outdoor outfit juga bisa disita. Saya juga bawa ANTANGIN, saudara saudara haha, jadi benar-benar takut akan disita. Eh, ternyata seluruh barang bawaan saya dinyatakan clear dan saya bisa keluar airport dengan segera.

Saya harus segera menemui perwakilan universitas yang menjemput saya, karena jika dalam waktu 1,5 jam saya tidak muncul, supir itu akan meninggalkan saya. Karena instruksi yang sudah sangat jelas, saya berhasil menemukan beliau. Seorang New Zealander yang gemuk dan seringkali bercanda dengan saya bahwa saya akan menjadikan NZ sebagai rumah saya. Saya cuma berkata singkat, Indonesia is my home, Sir.

Tibalah saya di hostel tempat saya akan berdiam, selama beberapa bulan ini. Saya masuk dan si supir bahkan menelponkan si penjaga hostel untuk saya. Muncullah seorang lelaki tua bernama Greg. Ia pun menjelaskan berbagai kamar yang ada di hostel dan saya memilih satu. Setelah ia pergi, mulailah barang barang bertebaran di kamar. Saya memasukkan satu per satu. Saat itulah cultural shock melanda saya. Wc ternyata tidak ada airnya, sehingga saya harus membawa botol untuk bilas. Dan satu satunya botol minum yang saya punya hanyalah aqua 135 ml. Selain itu saya tidak punya makanan dan perut saya lapar sekali. Cuaca juga sangat dingin saat malam hari dan karena WC di luar, saya harus menggigil ria ke WC. Perut lapar, cuaca dingin, WC yang mengejutkan, saat itulah saya mulai menitikkan air mata saya. Sendirian di kamar, jauh dari siapa pun.

Saat itu, satu yang saya lakukan, SYUKURI HAL SEKECIL APAPUN SAAT INI. Dan berikut hal yang saya syukuri saat hari pertama di Auckland.
1. Bagasi saya lolos screening tanpa ada pemeriksaan dan yang penting, ia selamat hingga ke Auckland.
2. Saya sudah dapat kamar tanpa harus menginap di hotel atau di barak asrama dan menghabiskan banyak uang untuk itu.
3.  Saya diantar supir dari Universitas dan tidak menghabiskan banyak uang untuk biaya taksi.
4. Saya sudah bertemu beberapa orang Indonesia di building ini dan sudah mulai ada teman.
5. Saya masih HIDUP. Masih mampu berpikir, meskipun dalam kesedihan.

Saya terus berkata "besok akan lebih baik, akan lebih baik, Insya Allah", sambil terus menangis. Saya tahu, saya akan sakit jika menangis terus, tapi karena beban saya penuh sekali, air mata ini terus mengalir Dan akhirnya, saya pun tertidur dalam kelelahan, pegalnya kaki dan tangan, perut yang keroncongan, setelah menjalani perjalanan 20 jam non stop.

This is my PhD journey. The new life begins again. Mungkin tidak akan mudah, tapi dengan Allah, semuanya akan baik baik saja.

Auckland, 2.10.2015.

Nurul Kasyfita