Tuesday 28 March 2017

The Lasagna Story

Hi hi, saya lagi nih dengan tulisan iseng saya hehe.

Kali ini saya ingin cerita tentang masakan yg baru saya berhasil kuasai plus filosofis di baliknya. Namanya... LASAGNA. Iyaaa itu makanan Itali yg bisa dengan mudah dipesan di restoran Itali cepat saji. Tapi kali ini, saya ingin bikin sendiri hehe.

Awalnya karena RC membelikan saya oven. Apartmen yg say tinggali di lantai 15 ini tidak punya oven sehinga kalau mau nge baking harus turun ke lantai 1 dan itu pun harus rebutan dengan anak-anak lain. Repot, ribet and you know me, saya tidak suka keramaian.

Tapi karena nge baking juga bukan makanann wajib orang Indonesia ya saya santai santai saja. Namun ya tetap penasaran gimana sih rasanya nge baking hehe.



Dan the lasagna story ini jadi bagian dari my life celebration dalam mengatasi kesulitan hidup. Setelah tahun lalu saya didera depresi, lalu kuliah PhD saya yg akhirnya harus kolaps, maka tahun ini saya bersyukur ada banyak rejeki ada banyak hal baik yg terjadi justru setelah saya keluar dari sains.

Salah satunya adalah saya dibelikan oven oleh RC. Siapa yg tdk senang coba, dapurnya dihiasi dengan macam macam pernak pernik. Padahal dulu dapur saya tu jelek banget, kadang ada tikus ngintip plus alat-alatnya, jangankan oven kompor aja cuma kompor minyak hehe.

Dan sekarang yay, saya punya dapur plus OVEN! Plus APRON! Plus disubsidi suruh masak yg saya mau. Siapa yg gak happy coba?Dan memiliki skill baru dalam hidup itu pasti menyenangkan dan itu yg saya rencanakan dengan oven baru saya. I am lucky saya itu diberkahi Allah dengan sifat yg mudah bahagia meski tak punya banyak jadi punay oven saja sudah bikin saya bersyukur luar biasa hehehe. Yg iri terus bilang cuma gitu aja pamer, silahkan minggir ya. I have my own way to celebrate my life :-).
                                                           
And, kemarin saat saya off tak punya proposal yg digarap dan juga lagi libur kerja, saya memilih memasak lasagna.

Bahannya:
- Lasagna sheet, kalau disini bisa pilih yg harus direbus dulu atau yg bisa langsung pakai, saya pilih yg langsung bisa dimasak.
- Daging sapi cincang
- Bawang putih, bawang bombay
- Paprika, bisa juga diganti dengan terong kalau suka.
- Parsley
- Oregano bubuk
- Mozarella dan parmesan cheese.
- Saos lasagna botol kalau mau bisa buat sendiri dari saos tomat.

Caranya:
- Pre heat dulu oven di suhu 180 selama 30 menit
- Sambil nge pre heat, tumis daging sapi cincang dengan bawang bombay plus bawang putih. Taburi garam, merica, oregano secukupnya.
- Susun lapisan lasagna. Untuk saya kemarin:
Lapis 1: saos tomat
Lapis 2 daging cincang
Lapis 3: paprika dengan parsley.
- Ulangi lagi dengan lapis 1, lapis 2 hingga lapis 3.
- Bagian atas taburi dengan mozarella dengan parmesan hingga ketutup semua
-Tutup dengan aluminium foil lalu panggang hingga 30 menit
- Keluarkan buka alumunium foil nya lalu panggang lagi hingga 10 menit.

Jadi deh! Tunggu 10 menit yaa kalau nggak pas dipotong bisa gak teratur bentuknya.


Now filosofisnya:
Life itu seperti lasagna. Harus berlapis lapis dan beraneka rasa. Harus ada rasa asin dari air mata dan keringat. Harus ada rasa manis dari cinta. Harus ada rasa asem saat diibulin atau dimanfaatkan. So kalau sdh jadi satu seperti lasagna bisa bikin semuanya jadi terasa enak karena gabungan dari berbagai macam rasa. Hehehe, gak jelas ini ya.

Oya saya juga buat garlic bread kemarin, mudah aja mah kalau ini. Cuma roti bagel panjang itu dipotong potong terus diolesi butter yg dicairkan bersama parsley dan garlic bubuk plus oregano.



Panggang 5 menit hingga coklat di suhu 180, lalu keluarkan taburi mozarella lalu panggang lagi sampai kejunya meleleh. Udah, gitu doang.

Selamat mencoba yaaa.

Happy baking!

Auckland, 29 Maret 2017.

-NK-

Friday 24 March 2017

The Story of A Kitchen Glory

Hi there.

Sudah lama saya tidak menulis dan malam ini kayaknya lagi pingin menulis hehe.

Temanya apa ya? Kitchen glory aja deh meski pun ntar kaitannya dengan kitchen.

Anyway, ini sih terkait dengan "mainan baru" di dapur hehe. I have a new oven! Udik? Biariin. Emang saya gak pernah punya oven seumur hidup. Satu gak bisa baking, dua di Indo oven listrik ya mahal jatuhnya karena listrik gak murah men hehe.

Saya memang suka masak. Dari dulu zaman saya Diberi Allah kompor dengan sumbu dan minyak tanah, lalu beralih ke gas dan hingga akhirnya sekarang punya kompor listrik di Auckland. Mungkin ada yang berpikir "kok segitunya ya di zaman modern ini kompor kok masih sumbu plus minyak tanah?"

Hehe cerita dikit ya. Itu karena orang yg bersama saya dulu menganggap kompor gas berbahaya karena gas nya bisa meledak. Iya sih, semua alat mah pasti bahaya. Tapi bukan berarti harus dihindari kan. Namun seperti biasa meski bagaimana pun saya memohon tetap saja "his decision is absolute" gak ada tawar tawaran. Kalau gak bisa nerima masak pakai kompor minyak tanah ya gak usah masak tapi juga gak ada makanan. Akhirnya dengan muka sedih saya tetap memasak. Di rumah mama saya dulu saat saya gadis kompornya kompor gas, lalu tiba-tiba saya harus berkompromi masak dengan kompor minyak tanah yg lamaaaaa banget baru masak. Suka sedih liat ikan layang yg dimasak sering over oiled. Tapi mau gimana lagi, HE IS ALWAYS RIGHT!

Alhamdulillah pemerintah akhirnya menetapkan harus pakai gas untuk menghindari keborosan minyak tanah. Saya bersyukur sekali saat itu, saat akhirnya kompor gas mengisi dapur saya. Meski lantai dapur saya dulu banyak yg bolong papannya dan kadang ada saja tikus ngintip, tapi saya tetap betah berlama-lama di dapur itu.

Kitchen is my kingdom, tempat dimana saya adalah ratu dan tak bisa diganggu gugat apa yg saya putuskan untuk dimasak. And I like that authority. Dan meski resiko pakai kompor gas adalah SAYA HARUS BERJUANG MENGGANTI GAS SAAT TABUNG GAS KOSONG, saya tetap bahagia. Masakan saya tidak lagi over oiled dan yg lebih penting, bisa masak lebih cepat sehingga lebih efisien. Perkara tidak dibantu saat ganti tabung, biarin, toh saya punya cara mengatasinya. Tinggal pergi ke warung lalu minta tolong dengan anak remaja penjaga tokonya agar mengantar dan mengganti tabung gas di rumah saya. Beres! Gitu aja kok repot?

Kadang dari jendela dapur itu, saya juga suka melihat langit dari jendela kecil itu. Lalu membayangkan kapan saya bisa sekolah ke luar negeri. Tapi mengingat penyakit yg mendera saya pasca melahirkan, wah sudahlah lupakan saja. Apalagi akhirnya saya menyadari bahwa cinta saja dalam rumah tangga itu tidak cukup. Kita juga perlu laki-laki pekerja keras yg siap mewujudkan mimpi pasangannya. Well, akhirnya saat itu saya memilih mengalah, mengabdi dan mengubur mimpi meski tak pernah dihargai.

Aaannndd, tiba tiba saya Ditakdirkan tak punya rumah lagi apalagi dapur hehehe. Saya terhempas dengan badai perpisahan. Lalu jadilah saya seorang anak kost yg tak punya dapur. Ada sih kost an yg punya dapur bersama, tapi saya kurang suka berkumpul dengan orang banyak. Saya suka sendirian. Tak suka beramai ramai. Akhirnya saya berakhir di kamar kost dengan private kamar mandi (yg menurut saya jauh lebih perlu ketimbang dapur). Jadilah saya melanglang buana makan dari warung satu ke warung lain (yg terjangkau kantog tipis saya hehehe). Kadang bakso kadang mie ayam, kadang nasi goreng apapun intinya kenyang. Namun satu yg hilang, saya kehilangan dapur hik. Dan hoby memasak saya jadi susah sekali tersalurkan.

Dan yak, episode India datang. Saya akhirnya punya dapur lagi meski awalnya share dengan dua orang vietnam. Namun akhirnya saya memilih menyewa rumah sendiri. Rumah sementara saya di India itu mungil, hanya hall plus kitchen dengan bathroom. Tapi wuih bahagianyaaaaa punya dapur lagiii heheheh.

Here is my small kitchen in India plus tempat tidur dimana saya biasanya istirahat meski kerasnya naudzubillah hehehe.



Di rumah ini cooking skill saya bertambah lagi. Saya biasa masak masakan India disini. Meski rumah ini tak lebar, tapi saya senang sekali mendiaminya. Kitchen, itu ternyata give me a significant happiness.

Lalu tibalah saya ke Indonesia lagi. Lagi lagi saya kehilangan kitchen dan harus puas dengan nasi kotak, bungkusan atau bakso dan mie ayam dekat kost. Kangen rindu dengan kitchen, tapi tetap dijalani dengan semangat. Hingga akhirnya datanglah episode kitchen selanjutnya.

Wuusss saya Dibawa Allah ke Auckland. Saya pertama kali mendarat di dapur Rocklands, Dapur komunal yg lumayan banyak langkah kaki dari kamar hehe. Dan it is such a hassle lho bawa seua bumbu dapur, bahan masakan dan alat-alat masak itu ALL THE WAY ke dapur komunal itu. Belum kalau lupa satu hal, harus ALL THE WAY balik lagi ke kamar. Belum saat dingin, mengkeret lewat hall yg tanpa dinding itu hehehe.

Tapi disinilah cerita turning over itu bermula.

"Hi, are you new here?" sapa lelaki Pakeha itu sambil terus memasak. Dan sejak saat itu kami berkenalan dan menjadi dekat hingga sekarang.

Enough love story karena cerita ini tentang kitchen glory hehe.

Setelah 3 bulan di Rocklands, saya pun pindah ke unilodge. Wuih senangnya pas masuk kamar. Ada dapur lengkap dengan suction system, microwave dan semuanya LISTRIK! Ajaib banget dari cerita sebuah kompor sumbu minyak tanah lalu kompor gas dan sekarang semuanya serba LISTRIK! Senangnyaaaa. Here is my first kitchen di unilodge.



Jauh lebih modern dibanding yg di India tentu saja dan saya seperti nyawa ketemu raganya hehe. Saya senaaaaannngg sekali memasak disini dan meski ini bukan dapur super mewah dengan perlatan lengkap serba ada, saya masih bersyukur Dipinjami Allah untuk sementara.

Dan akhirnya saya dibawa kembali ke lantai 15. Dapur saya meluas dengan spesifikasi kurang lebih saja dengan dapur sebelumnya. Namun disini saya dimanjakan dengan banyak alat oleh RC. Ada frying pan electric, dan yg baru saja tiba, the oven. Wuihhhh senang banget punya oven. Seumur hidup saya tidak pernah membayangkan saya akan punya OVEN! Karena satu saya gak punya dapur (dulu) dan dua saya dibesarkan di keluarga yg kenalnya hanya kompor dan lebih banyak memasak daripada baking.

Sejak disini saya jdi kenal bahwa cooking terutama frying itu banyak efek negatifnya. Akhirnya saya belajar banyak ttg baking agar bisa menghasilkan makanan enak tapi minim minyak. Yay, akhirnya saya malah ditawari oven!

Dan hari ini, kami shopping di toko alat rumah tangga di Auckland, Saya disuruh memilih alat dapur buat teman masak. Dan yayyyyy, saya dibelikan lagi apron! Yg tulisannya keren banget:

COOKING WITH LOVE PROVIDES FOOD FOR THE SOUL.

Filosofis banget ya, cocok ma saya hehe. So, you know, hari ini saya merasa seperti balik jadi THE QUEEN yg kembali ke kingdomnya. Apron itu membuat saya kembali merasa dapat mahkota dan seperti Maleficent yg kembali dapat sayapnya (lebay) hehe. Saya punya dapur lagi, kali ini PLUS OVEN! Wah, sdh gak sabar ingin coba resep masakan western yg penuh dengan baking, minim oil dan dengan spesifikasi sehat.

Here is penampakan the new toy di dapur unilodge saya.



Wess mantap. Ni oven spesifikasi bandel. Baru dari baca aja sih belum tahu pas sdh di test. Hari ini saya rencana akan masak menu baking pertama, chicken roast dengan baked vegetable. Yay yay yay alhamdulillah sekarang tambah betah ber experimen di dapur. Seperti saya bilang, memasak itu adalah hobi yg gak bikin rugi. Karena se salah-salahnya pun, unlike chemistry di lab, kitchen itu akan selalu memberikan hasil yg MINIMAL bisa dimakan. Heheheh. That is why I LOVE KITCHEN!

Dan malam ini saya mengenakan ni apron lalu nge lihat city view dari lantai 15 Auckland, sambil mengucap: "kitchen glory. Dari kitchen sempit di Samarinda, lalu kitchen sederhana di India, kitchen Rocklands yg mempertemukan saya dengannya hingga akhirnya saya punya kitchen dengan apron plus oven segala yay! Alhamdulillah. Maleficent is BACK! Hehehehe.


Daaannn taraaaa, inilah the pride of the kitchen! Mulai besok saya akan lebih banyak berkutat dengan oven, mencoba berbagai resep western yg sdh tidak sabar ingin saya coba. Bikin lasagna, muffin, bikin cup cake, anything!

Ya Allah, terima kasih. Dari kompor sumbu minyak tanah, kompor gas, kompor listrik, microwave, frying pan elektrik, hingga hari ini, sebuah oven menghiasi my kitchen kingdom. Dari yg dulu komplen dikit disuruh diam, atau suruh beli pakai uang sendiri, hingga kini semuanya di subsidi.

Dan perjalanan kitchen story ini berawal dari sebuah jendela mini di Samarinda, saat menatap langit dan bergumam hendak sekolah ke luar negeri. From that day, the queen has finally got back her glory. The kitchen glory!

Auckland, 24 Maret 2017,

-ME-