Friday 7 September 2018

A Hajj Story, what to bring what to expect

Hi there!

Meskipun ini judulnya adalah "a very very late post" saya pikir ada baiknya jika saya share pengalaman saya melaksanakan ibadah haji dari luar negeri. Anyway, just a recap for those of you yang tidak berteman dengan saya di FB or iG, saya saat ini sedang PhD di University of Auckland. Di tengah PhD saya, Allah Takdirkan saya bertemu seorang muslim New Zealander yang akhirnya menikahi saya dan jadi mahram saya ke tanah suci. Allah beri kami jalan untuk ber haji sejak tanggal 11-30 Agustus 2018 lalu.

Melalui postingan ini, saya ingin menggambarkan pengalaman saya dan apa saja yang saya siapkan untuk perjalanan ini. Saya tahu sudah banyaaaak sekali tulisan tentang rukun dan wajib haji di internet sehingga mungkin saya tidak akan membahas hal itu. Saya hanya membahas tentang pengalaman pribadi saya dan apa yang saya siapkan dan apa yang menurut saya bisa Anda siapkan jika Anda sedang mempersiapkan ibadah haji.

Ok, here are the list yang harus disiapkan:

1. Money: yup, tentu saja ini ibadah yang tidak murah. Untuk di NZ saya harus setor ongkos naik haji sebesar 10,560 NZD atau sekitar 103 juta rupiah. Lalu karena saya ingin eraly return karena pekerjaan saya di University of Auckland, saya harus menambah 595 NZD. Saya pikir biaya ini cukup worthed mengingat jarak NZ yang jauuuuuh sekali dari Arab Saudi. Untuk perjalanan ini, kami menggunakan 3 kali penerbangan (Auckland-Melbourne-Colombo-Jeddah) dengan transit di Colombo selama 16 jam yang ditanggung oleh pihak travel. Dengan 103 juta rupiah bersama grup haji NZ saya mendapatkan:
- 2 kali makan (breakfast dan dinner-buffet-all you can eat), hotel di clock tower Makkah (kami berpindah hotel 3 kali-yang agak annoying untuk saya karena harus pack dan unpack lagi), tapi semua hotelnya memuaskan dan jarak yang SANGAT dekat dengan masjid Al Haram.
- Hotel saya: Swissotel Makkah (bukan Swissotel Al-Maqom) (3 hari) lalu Movenpick (4 hari) lalu saat kami pulang dari Mina kami dipindahkan ke Conrad Hotel Makkah (3 hari). Cukup memuaskan karena saya yakin dengan 103 juta rupiah berangkat dari Indonesia, saya tidak akan mendapatkan layanan macam ini.
- Transportasi selama di Makkah dan Madinah.
-Tour ziarah di Makkah dan Madinah.
- Visa haji.
- Hotel di Madina (9 hari) sangat dekat dengan Masjid Nabawi.
- Zam zam 5 L.
- 3 kali penerbangan termasuk transit hotel semalam di Sri Lanka.
103 juta tidak termasuk biaya vaksin dan biaya DAM sebesar 430 riyal yang dibayar di Saudi Arabia karena kami melaksanakan haji tamattu'. FYI, ada tiga jenis haji: 1) Tamattu'-dimana umrah dilaksanakan dahulu lalu haji dengan niat ihram masing masing. Nah, karena ihram terputus inilah maka haji tamattu' WAJIB bayar DAM. Biayanya 430 Riyal (thn 2018) atau 150 USD kalau mau bayar lewat travel. I choose to pay it through Malaysian group karena mereka lebih paham tentang ini dibanding grup NZ. Di grup NZ DAM ini disebut sebagai Qurbani, yang dalam anggapan saya mirip KURBAN, sedangkan di grup Malaysia, DAM ya DAM, Kurban ya Kurban. 2) Haji Qiraan-umrah dan haji dilaksanakan secara langsung dalam satu ihram. Ini tak perlu bayar DAM karena Anda tidak break the ihram, tapi susah, karena selama ber ihram rambut pun tak boleh jatuh dari kepala kita. 3) Haji Ifraad-biasanya untuk penduduk Makkah, dimana haji dilaksanakan tanpa umrah. Yang berhaji dengan metode ini biasanya langsung datang ke Arafah di hari wukuf, lalu ikut jamarat dan tawaf ifadaa tanpa ikut di tenda Mina.
Jadi jelas ya, uang itu adalah hal yang harus benar benar disiapkan untuk ibadah ini.

2. Fisik: true, ibadah ini benar benar MELELAHKAN. Dan percayalah, bahkan dalam niatnya saja disebutkan "O Allah, Accept this and make this easy for me". Ibadah haji itu sungguh menguras tenaga. Hingga hari ke-6 tiba di NZ saja saya masih jatuh bangun mengatasi keinginan untuk tidur. Selama 3 hari di minggu ini, saya baru bisa buka mata di jam 11 siang atau jam 2 siang, imagine that. Dan saya berangkat dalam keadaan sehat, masih muda, you can imagine jika Allah Takdirkan ber haji di usia yang sudah senja. Berikut adalah rukun haji yang HARUS dilakukan or haji Anda tidak valid:
- Wukuf di Arafah tanggal 9 Dzulhijjah (sunnah berada di luar tenda sejak ba'da Zuhur hingga Maghrib). Bayangkan berada di bawah suhu 49 derajat saat kami wukuf dan mohon ampun pada Allah SWT. Setiap yang ber haji WAJIB hadir di Arafah meski hanya pakai helikopter semua orang WAJIB hadir di Arafah meski cuma 15 menit saja.
- Jumratul Aqabah tanggal 10 Dzulhijjah (12 km berjalan kaki-tidak termasuk jalan kaki dari tenda ke lintasan awal jamarat). Saya banyak melihat jamaah asal Indonesia yang kolaps di lintasan jamarat ini. Umumnya mereka kehabisan oksigen atau kehausan. Satu lagi, pastikan Anda tidak makan yang aneh aneh sebelum jamarat, karena tidak ada WC dalam lintasan panjang ini-yang ada hanya tempat isi air minum. Drink, keep drinking, itu saran saya karena dengan banyak minum tubuh Anda tidaka kan dehidrasi, dan percayalah, karena suhu yang panas, you won't believe bahwa Anda tidak akan ingin buang air kecil. So, minum saja terus.
- Tawaf ifadaa. Ini adalah tawaf yang WAJIb dilakukan di tanggal 10 Dzulhijjah, setelah Anda jamarat siangnya. Oya Jumratul Aqabah itu bisa dilakukan sejak matahari terbit, namun dua jamarat lainnya harus dilakukan ba'da zuhur, so you can imagine betapa panasnya berjalan 12 km untuk jamarat.
Jadi urutannya adalah: Anda wukuf di Arafah, bermalam di musdalifah (wajib haji tapi bukan rukun haji) mengumpulkan batu, jumratul aqabah siang esoknya, pulang ke tenda di Mina, qurban (bayar dam), buka ihram, cukur rambut (tahallul), lalu malamnya tawaf ifaada (sudah pakai baju biasa tidak ber ihram lagi. Dan seluruh rukun haji DONE.
Namun selain rukun ada wajib haji, yaitu:
- Bermalam di Musdalifah.
- Dua kali jamarat sunnah tanggal 11 dan 12 Dzulhijjah.
- Sa'i setelah thawaf ifadaa
- Tawaf Al-Wida atau thawaf perpisahan dengan Ka'bah sesaat sebelum meninggalkan Makkah.
Dan semua ini perlu FISIK yang kuat. Bahkan untuk saya saja, saya menahan makan selama di tenda Mina agar perut saya tidak dangdut an saat jamarat atau saat thawaf. Percayalah, manusia berjubel, saya sering kali harus berjinjit untuk dapat oksigen saat thawaf, WC berebut, benar benar melelahkan, apalagi buat saya yang sudah 3 tahun ini tinggal di NZ, dimana space benar benar sangat kaya disini, subhanallah, betul betul melelahkan!

3. Mental. Meski sudah ber siap siap dengan segala kekacauan, tetap saja saya pribadi shock dengan trip ini. Saya yang di NZ biasa menyendiri tiba tiba harus berbagi kamar dengan 3 orang lain saat di Makkah lalu di tenda Mina saya bersama dengan 79 orang wanita lainnya. Belum termasuk WC, subhanallah, sekali antri WC itu bukan hanya 5-6 orang di depan pintu Wc tapi ada 25-30 ladies yang kebelet ingin buang hajat. Belum lagi, karena suhu yang panas, uap WC itu naik dan you know, jika saya seriusi bau WC itu mungkin setiap kali saya buang air saya muntah. Belum lagi saat mandi pertama kali setelah lepas ihram, you hope air akan mendinginkan kita ya kan, ternyata air yang keluar suhunya ya di atas 36 derajat gitu, jadi bukannya malah fresh malah tambah panas. I view kejadian ini sebagai gambaran bagaimana hausnya para penghuni neraka dan tetap di azab dengan air panas dan tetap minum karena tak ada pilihan lain. Benar benar banyak sekali pelajaran yang saya dapat selama di Mina, yang akan saya bahas di tulisan selanjutnya. Jadi bersiaplah dengan kekacauan, bersiaplah dengan menunggu ber jam jam (kami pernah berada selama 8 jam di bis hanya dari Mina ke Makkah yang cuma 20 menit), bersiaplah dengan tak kebagian tempat shalat, ber siaplah kepala diinjak injak saat shalat, bersiaplah dengan ke brutalan umat manusia karena saking banyaknya. Oya, satu lagi, bersiaplah berdesak desakan, bersiaplah didorong kesana kemari, bersiaplah disodok sodok dari belakang terutama saat mendekati point point popular seperti Ka'Bah, maqam ibrahim, hijr ismail atau makam Rasulullah di Madinah. Hingga saat ini badan belakang saya masih biru biru disodok banyak ladies saat berjuang hendak masuk ke Raudah di Madinah, tidak termasuk saat digencet di dekat Ka'bah. Luar biasa lah perjuangannya pokoknya.

Apa yang harus dibawa?
- Botol minum besaaar, saya tidak terlalu menyarankan bawa botol semprot karena menurut saya tambah di semprot tambah panas, nikmati saja panasnya.
- Indomie, yup, belilah Indomie saat masih di Makkah sebelum ke Mina. Makanan di Mina itu sangat "arab" dengan kualitas daging yang kita tak tahu apakah basi atau tidak. Group leader kami menyarankan tidak usah makan daging dan makan nasi secukupnya saja agar perut tidak dangdut an saat ibadah. So, saya pikir indomie itu makanan yang sangat menunjang selera saat di Mina.
- Travel light-bawalah hanya 2 potong baju saat di Mina. Tapi ber siap siap bawa banyak pakaian dalam karena WC yang terbatas dan mungkin saja akan ada "kecelakaan" tak sempat ke WC sehingga baju dalam itu sangat perlu. Tak perlu bawa banyak ke Mina, karena percayalah space yang ada di tenda itu SANGAT sempit sehingga jika Anda bawa banyak barang Anda tak akan bisa tidur dengan lega. Kasurnya pun sangat tidak nyaman, saat ditiduri melesak ke dalam gitu dan AC yang blowing gila gilaan bikin perut mudah kembung.
- Bawa sandal cadangan, karena saat di Jamarat sandal Anda bisa saja putus karena terinjak jamaah lain. Satu lagi, bawa tas ransel khusus sandal karena saat masuk masjid Al Haram Anda harus buka sandal dan tas itu akan sangat berguna. "shoes bag" itu kata RC.
- Bawa ihram cadangan-agar saat ihram utama Anda kotor Anda bisa ganti di Mina atau di Arafah.
- Bawa buku doa. Saya menyesal tidak bawa Yasin pemberian Mama yang banyak sekali amalan amalan ber faedah disana. Sehingga saat di Arafah saya hanya banyak baca Quran dan zikir yang saya tahu, tanpa tahu zikir mana yang utama.
- Bawa topi lebar-sangat berguna saat jamarat, Anda tak perlu repot buka tutp payung.
- Sun glasses- kacamata hitam-sangat berguna bahkan saat di Makkah-karena white marble dari Masjid Al Haram itu cukup menyilaukan mata.
- Bawa S hook, itu gantungan yang sangat berguna saat di WC, Anda cukup gantungkan S hook itu Anda bisa gantung banyak hal disitu.
- Bawa obat diare-ini sangat penting buat saya.
- Bawa pampers-yup, saya pakai adult diapers, jaga jaga saja kalau tidak sempat ke WC.

What to expect:
- Chaos.
- Competition: yup, di hajj trip ini Anda ber kompetisi dengan banyak orang. Lambat makan, tempat duduk habis, lambat ke masjid, spot depan Ka'bah habis. Intinya harus selalu alert dan berpacu dengan banyak manusia. Untuk apapun. Apapun.
- Emosi: yak, akan ada banyak orang yang marah dengan Anda, apakah karena merasa didorong, atau merasa Anda ambil spacenya, kadang meski Anda sudah reserve tempat, ada saja yang me ringsek datang dan ikhlaskan saja semua itu, Anda tak tahu mana yang manusia mana yang malaikat.
- Sabar: yup, hajj itu katanya SABR. Sabar, sabar, sabar. Saat kita tidak dapat makan, saat hendak ke WC tidak sempat, saat hampir menyentuh ka'bah lalu terdorong ke luar, sabar, sabar sabar.
- Waiting waiting dan waiting: apalagi jika Anda ber pergian dengan grup yang cukup besar. Kami saja yang cuma 170 orang pernah bis tidak jalan selama 4 jam hanya karena ada 2 orang yang hilang dan akhirnya ditemukan sedang TIDUR di kamar hotelnya. Marah? Toh tak ada gunanya, jadi bawa saja ikhlas, sabar dan menerima itu sebagai TAKDIR Allah SWT.
- Ikhlas. Bawa ikhlas saja, bawa berserah pada Allah, biar Allah yang Mengatur mana yang terbaik. Kita mungkin ber ambisi ingin menyentuh Ka'Bah, tapi jika Allah Takdirkan BELUM, ya Belum. Saya sempat menangis di Raudah-tinggal satu layer lagi saya akan melihat makam Rasulullah, tapi sodokan demi sodokan di belakang saya bikin saya tidak kuat, lalu sambil menangis saya keluar dari gelombang manusia itu meski sempat shalat 2 rakaat dulu dan mohon maaf pada Rasulullah for not being strong enough untuk beliau.
- Miss infomasi. yak, ini banyak sekali. Apalagi saat Anda hendak berjuang menuju Raudah. Kadang mereka bilang gate yang ini yang dibuka, lalu kita kesana, menunggu ber jam jam, ber desakan, tapi yang dibuka malah gate yang lain. Saya mengalami hal ini. Tapi lucunya, justru dengan ke tidak jelasan informasi itu, saya yang malam itu tak ber ambisi lagi hendak masuk ke Raudah, justru terbawa arus manusia ke layer terakhir saya dengan makam Rasulullah. Subhanallah, disitulah Anda akan merasakan kuasa Allah SWT.
- Lost connection. Saya justru merasa agak susah connect dengan Tuhan saat saya disana, akibat banyaknya manusia, dan hidup yang terus diburu buru. Satu satunya momen yang saya merasa DEKAT sekali dengan Tuhan justru saat saya baca Quran untuk Mama. Atau saat saya berdesakan di Ka'Bah. Saya seringkali menatap langit saat itu dan bilang "I am here, ya Allah". Selain itu, saya pikir susah sekali merasakan koneksi dengan Tuhan, karena bahkan saat kita shalat saja kita bisa diinjak injak manusia lain atau penjaga Arab itu yang berteriak teriak :"haji haji, tarik tarik" hehe. Saya justru merasa koneksi saya dengan Tuhan sangat lancar saat di NZ, saat hening, saat hanya ada Tuhan dan saya. That is how I feel.

Saya masih akan menulis ini insya Allah per kota. Sejak di Makkah, Mina dan Madinah. Semoga bermanfaat. Jika Anda bertanya: dengan perjalanan se melelahkan itu, apakah saya masih ingin ber haji lagi? Yup, saya bilang, jika saya masih Diberi Allah Kesempatan ber haji lagi, I would do it all over again. Yak, ini memang perjalanan yang tidak mudah, yak ini memang menguras tenaga, tapi percayalah, kepuasan spiritual yang kita dapat juga LUAR BIASA.

I maybe a koboy in my muslim, therefore, I am glad Allah Berkenan Membuka jalan saya menuju ke RumahNya. Alhamdulillah.

Salam dari Auckland,
8 September 2018,

-Nurul Kasyfita Church-


Wednesday 5 September 2018

The Life of Mrs. Church: When You Want Just A Simple Life in Life

Hi there.

It's me again. Kali ini saya ingin menulis tentang hidup dan bagaimana ia telah membawa saya here and there hingga hari ini. Honestly, saya ini bukan orang yang bermimpi tinggi. My dream sejak kecil itu hanya punya rumah di sebuah pertanian lalu hidup dari hasil tani. Unlike other people, saya tidak pernah punya target ingin menikah dengan bankir, manager, dokter atau apapun sophisticated man lainnya. Satu hal yang membuat saya klepek klepek dengan a man hanya: IMAN. Saya mudah sekali jatuh cinta dengan laki laki yang religius. Itu saja.

Di fase pertama hidup saya pun biasa saja. Fase pertama ini ya saat kita memulai kuliah dan menentukan jurusan apa yang akan kita pursue. Yes, saya lulus beasiswa STAN, tapi tidak diambil karena sakit, yes, saya lulus ke Farmasi UNHAS tapi juga saya mundur karena tak kuat dengan kegiatan lab, dan yes, saya berakhir di FKIP-jadi mahasiswa calon guru. Simple, bukan? Saat itu pun saya kira hidup akan sederhana saja, saya akan menikah dengan seorang guru pesantren, punya anak, punya rumah dan hidup cukup. That's it.

But, lagi lagi hidup buat saya ternyata tak se simple itu. Saya memang menikah, punya anak, lalu salah jahit pasca melahirkan hingga bertahun tahun lamanya-bahkan hingga hari ini perut saya masih ON and OFF karena hal itu. Lalu setelah semua hal itu, saya TERPISAH dengan anak saya. Opsinya jelas dari laki laki itu: hidup bersamanya maka akan dapat anak OR berpisah dan terpisah dengan anak. I really can't live with him anymore, sehingga meski banyak sekali yang telah direnggutnya dari saya sebagai balasan karena saya tak menuruti tawarannya, I choose to go.

Selesai? No! Ternyata kerumitan hidup itu baru saja dimulai. Saya dapat beasiswa ke India, lalu pergi selama 2 tahun. Saya menghilang dari kota dan negara kelahiran saya sendiri-menyepi, sambil menyelsaikan master kedua saya di India. 2014-saya pulang-tanpa harta-dan berakhir menjadi anak kos. Anak kos yang tiap malam tidur dengan pisau di bawah bantal saya karena pintu kamar kos yang mudah sekali di dobrak orang dan saya harus bersiap siap jika ada bahaya.

Aaaand, saya lulus another beasiswa ke New Zealand. Beasiswa doktoral kali ini. Gelar saya dari India membuka jalan masuk ke Universitas nomer satu di negara ini-The University of Auckland. Saya pikir hidup akan "lempeng" dari sini-saya akan sekolah, kuliah hingga selesai. But NOPE, saya malah kena depresi akibat experimen saya yang gagal di lab dan PhD saya yang terancam karam. Saya pikir saat itu, yo wis lah, paling saya pulang, bekerja lagi di Indonesia. Tapi ternyata TIDAK! Saya Ditakdirkan Allah berhasil memindahkan PhD saya ke education-sponsor beasiswa setuju, pihak universitas setuju dan just on my day 1 pindah ke education-I GOT A JOB! Bukan job yang muluk muluk-seperti saya bilang, saya ini orangnya sederhana dan tidak ingin gaya gayaan. Apa yang bisa menghasilkan uang halal, itu yang saya kerjakan. Job pertama saya hanya jadi tukang ketik meeting dekan, dibayar 25$ per jam-itu saja, itu pun hanya 2 hari setelah itu DONE. But, berkat pekerjaan itu saya jadi dikenal manajer saya yang sekarang-yang memberi saya kontrak panjang dari universitas nomer satu di negara ini. Pekerjaannya juga bukan yang muluk muluk-cuma jadi timetabler di universitas ini. Mengurusi jadwal, mengatur ruangan dan waktu mengajar dosen, itu saja. Dosen kok jadi timetabler? Halah buat saya mah yang penting HALAL-tidak korup, tidak mencuri uang orang, itu saja.

Looks like a simple life from that point. Hehe, NO! Three weeks setelah saya landing di NZ, saya dikejar kejar oleh seorang bule NZ. Ia yang mengaku muslim meski dengan nama belakang CHURCH. Tapi alamak, bagaimana pula saya bisa menikah, surat cerai saya saja belum selesai dari tanah air, meski saya sudah 5 tahun berpisah dengan mantan saya. Maklum, mana ada anak kos punya uang dan tenaga mengurusi surat itu. Awal tahun 2012, saya sebenarnya sudah mengurus hal itu tapi digagalkan pengadilan karena saya dianggap tak bisa menghadiri sidang (wong saya di India, dengan duit pas pasan bagaimana mau menghadiri sidang di Indonesia?). Saya sebenarnya sangat tersanjung dengan perhatian bule ini-ia pantang menyerah dan selalu berusaha memenangkan hati saya. Kombinasi religius dan romantis-hal yang sangat saya dambakan dari seorang laki laki. Tapi apa daya, mana bisa menikah dengan lelaki baru tanpa surat cerai yang jelas, iya kan? Mau pulang mengurus, proposal saya juga belum tuntas di education sehingga harus selesai dulu baru bisa pulang.

Finally, akhir 2017 saya bisa pulang ke tanah air, bayar pengacara dan surat itu resmi di tangan saya awal 2018 alhamdulillah! Terasa terlahir sebagai pribadi baru saat itu. Daan Maret 2018 kami pun menikah di NZ. Dan karena meski saya hanya ingin a simple life, life is never simple buat saya. Saya menikah dengan dua hukum: Islam dan Internasional. Setelah lamaaa tak punya surat nikah atau surat cerai (manusia tanpa status saya bilang hehe), akhirnya saya punya dua surat nikah sekaligus-dari muslim community dan dari Internal Affair NZ-semacam capil kalau di Indonesia.

Looks  like hidup mulai simple! Sudah menikah kan, sudah punya surat yang kuat, so apa lagi coba? Heheh again, NO! Setelah seluruh hiruk pikuk menikah itu, kami malah daftar haji dari luar negeri. Saya mulai pusing lagi, apakah saya yg dengan student visa ini bisa diluluskan visa haji nya. Jujur untuk yg ini, saya tidak menyangka saya, wanita koboy beragama ini akan mampu melakukannya. Mampu secara finansial, secara physical-karena saya tahu, ini ibadah tidak mudah. Tapi Allah Takdirkan saya mampu-visa lulus dan saya pun berangkat dengan rombongan dari luar negeri. Dan tidak sendiri, tapi bersama suami bule saya! I do feel ya Allah, ini kisah hidup ajaib banget yak. Rasanya tak percaya saya akan melakukan ibadah paling akhir dari rukun islam ini dari luar negeri. As I said, saya ini cuma a simple woman dan just want a simple life. Tapi sepertinya Allah Takdirkan ada banyak kejutan dalam hidup sederhana saya ini. Kami menunaikan ibadah haji bersama rombongan dari NZ dan Fiji. Tak terbayangkan betapa emosionalnya saya saat melihat Ka'bah pertama kali-kombinasi dari rasa tak percaya tentu saja-(well, anak kos naik haji? Mimpi kali ye) dan rasa takjub Allah Izinkan semua ini terjadi justru bukan dari negara dimana saya terlahir. Plus, saya yang sejak perpisahan itu mengira saya akan sendiri saja dalam hidup ini-tak pernah menyangka saya akan berangkat haji dengan seorang kiwi NZ-yang berstatus suami! Isn't life is just bizzare but amazing at the same time?

Now, 5 hari setelah saya tiba di NZ, you think life is simple from now, right? Sudah selesai ibadah haji, sudah menikah, pekerjaan juga baik baik saja, supervisor ok, apa lagi coba? Hehe, nope, sekarang saya pusing memikirkan visa student saya yang akan expire tahun depan dan harus di re new 6 months from now. Ya udah, re new aja kan? Simple. Hehehe I wish it could be that simple. Saat ini saya hendak mengurus visa residency based on partnership karena saya menikah dengan seorang kiwi. But, lagi lagi visa itu tak semudah ucapannya-saya harus menyediakan 2 SKCK-dari kepolisian RI dan dari India-karena saya pernah tinggal di India dalam kurun waktu 10 tahun terakhir selama 2 tahun. Itu saja pusing kepala saya gimana ngurusnya hehe. You must be thinking "yo wes, diurus aja, toh cuma SKCK toh". Yup, correct, ini cuma SKCK. Theen yang saya pusingkan adalah saya tidak akan langsung dapat permanent residency tapi baru bisa residenscy saja-yang seperti visa yang lain ada tanggal expirenya. Saya baru bisa dapat visa permanent residency yang tidak ada expire expire date an kalau sudah berdiam selama 2 tahun di NZ-menunjukkan komitmen to stay in NZ hehe. Padahal, saya ini terikat dengan negara RI kita yang tercinta. Saya ini PNS dan beasiswa pun dari Indonesia. Saya harus pulang setelah PhD ini untuk mengabdi ke negara. Yaa kalau pulang kan tuh visa residency bisa expire dong hahaha. Nah, disitu saya pusingnya. Hidup saya ini entah mau bagaimana akhirnya. Saya menikah dengan seorang warga negara NZ, saya bahagia disini, tapi saya bangun rumah di Indonesia, pekerjaan saya di Indonesia, bule ini pun akan ikut dengan saya ke Indonesia, tapi kami berniat menghabiskan masa tua di NZ. Pusing toh? Ini hidup akhirnya hendak dimanaaaaa. Sementara kawan kawan saya di usia 38 tahun mungkin sudah settle down, sudah punya aset dimana mana, sudah jelas tempat tinggalnya dimana-saya masih luntang lantung di luar negeri dan belum tahu akan tinggal dimana. Masih mahasiswa, masih berjuang sekolah plus bekerja.

Anyway, that is life. Itulah hidup. Bagaimana pun rumitnya, tetap harus dijalani dan diusahakan dengan sebaik baik ikhtiar. Plus diiringi dengan sabar, syukur dan selalu tawakkal akan kebaikan takdir-Nya.

Sekali lagi, saya ini bukan wanita yang aiming high. Tapi Allah Takdirkan saya menulis ini dari luar negeri, saya menikah dengan bule luar negeri, saya bekerja di luar negeri, ber haji dengan grup dari luar negeri dan mungkin akan pindah dan jadi warga negara negeri ini. Wallahu alam. Hidup ternyata tak pernah simple untuk saya. Dan sepertinya Anda akan terus membaca episode demi episode dari wanita yang tak pernah aiming high dalam hidupnya-seorang wanita yang mengira hidupnya akan sederhana-tapi ternyata itu tak se sederhana yang dibayangkannya. Seorang wanita muslim asal Samarinda. Ia yang kini menambah nama belakangnya menjadi Nurul Kasyfita Church.



Auckland, 6 September 2018,

-Mrs. Church-