Friday 5 October 2018

Mengidentifikasi Pertolongan Allah! A Tawakkal Story...

Tulisan kali ini berbeda. Isinya bukan curhat atau ngasih tips tapi cuma deskripsi semata. Mungkin bisa diinterpretasikan sebagai ungkapan syukur atau apapun terserah saja. Yang penting hanya ingin menulis saja. Tentang hidup. Yes, LIFE. 

Before you continue I just would like to say that my life was painful before tapi terus terang saya tetap CERIA. Saya dijauhi, di hujat banyak orang hanya karena jalan hidup saya tidak sama dengan orang kebanyakan. Saya juga ditinggalkan banyak orang, mostly saat pedih itu saya hadapi sendiri. Yaa kalau lagi sedih ditelan saja, itu intinya, toh esok pasti beda lagi episodenya, itu saja prinsip saya hehe. But now, I think it is worth noted bahwa hidup sekarang begitu berubah. Tentu saja yang namanya hidup, selama kita berusaha pasti akan ada perubaha. Right? And I do think setelah saya memilih mengakhiri pernikahan yang menyakitkan 6 tahun yang lalu itu, hidup saya bertambah baik dan baik. Dimulai dengan hanya 3 bulan setelah saya memutuskan berpisah saya dapat beasiswa ke India. Yeah, saya memang tidak lagi dapat tunjangan PNS saya tapi saat itu saya percaya gelar dari India itu bisa membuka jalan untuk saya. Dan pergilah saya selama 2 tahun. Di India pun, yah, meski saya banyak ber hemat tapi hidup tidak kejam kejam amat, masih banyak yang bisa disyukuri menurut saya. Saya bisa beli motor, menyewa rumah untuk diri saya sendiri dan hidup saya DAMAI. Pagi saya kuliah hingga jam 12, lalu shalat zuhur dan lunch lalu praktikum hingga jam 5 sore. Pulang, saya memasak lalu belajar lagi sampai jam 11. That's it. Dan prestasi saya juga tidak buruk buruk amat, mostly saya bisa menguasai pelajaran dan lulus tepat waktu. Dan saya pun pulang ke Indonesia di 2014. 

Saat itu saya dihantam lagi dengan pemotongan gaji hingga hampir separuhnya. Tapi itu pun malah membuat saya dapat pekerjaan kedua di sebuah kursus besar. Saya ketemu banyak orang hebat, saya malah menghasilkan jauh lebih besar dari gaji PNS saya dan bisa terbang kesana kemari mengurus beasiswa. Saat paceklik ini juga malah saya dapat tawaran S3 ke New Zealand, meski saat itu saya belum tahu bisakah saya lulus beasiswa. Meski gaji saya yg resmi cuma 1 juta 750 ribu yg habis untuk kos dan memberi Mama uang bulanan, saya masih bisa booking TOEFL iBT dan ber pesawat kesana kemari untuk interview beasiswa. Saya ingat di ujung 2014 saya sudah punya sederet rencana untuk 2015. Sesuatu yang tidak saya sangka akan bisa saya rencanakan dengan gaji resmi hanya 1 juta 750 ribu rupiah. Dan FYI, dua dari tiket pesawat saya waktu itu DIBAYARKAN oleh murid di kursus tempat saya mengajar, coba, betapa besar kuasa Allah!

Dan saya lulus 2 beasiswa. Imagine that, di 2015 saya memilih kontrak S3 untuk ke New Zealand. Dan meski awal datang ke negara ini saya takut tak bisa survive mostly karena saya ini tidak modern dan tidak punya uang banyak (kalau ada apa apa) bagaimana saya menopang hidup. Apalagi PhD saya lumayan berat di bidang green chemistry. Dan yak benar, saya diberi ujian lagi hehe. Saya kena DEPRESI di luar negeri! Saya tidak bisa ke lab lagi, badan saya tidak bisa dipaksa lagi, that was March 2016. Waktu saya mikir "bagaimana ini mengembalikan nilai kontrak yang sudah berjalan? Kalau meneruskan pun uang dari mana, wong setahun SPP itu hampir 100 juta rupiah. Maju kena mundur kena ini". Dan saya sudah berpikir pulang saja, lalu bayar pemerintah dari gaji tiap bulan. But you know what, sekali lagi Tangan Allah datang. Saya malah PINDAH ke Education! Dan hari pertama saya pindah saya malah dapat JOB. ALHAMDULILLAH! Dan ajaibnya, semua pihak AGREE saya pindah. Beasiswa, imigrasi, supervisor, semua Dijalankan oleh Allah! 

Setelah itu saya kira hidup akan berjalan datar saja. Tapi ternyata TIDAK! Masih banyak kejutan Allah SWT setelah itu. Mama saya meninggal, yang cukup melumpuhkan saya di 2017. Saya booking next day international flight seharga 13 juta rupiah, imagine that, betapa sintingnya saya yang super hemat dan penuh rencana itu nge booking tiket semahal itu. Tapi saya berhasil mengejar kesempatan bertemu Mama dan sata pulang ke New Zealand, uang tiket itu DIGANTI oleh uang berduka dari University of Auckland. 

November 2017 saya pulang lagi ke Samarinda. Kali ini dibiayai beasiswa. Selain ambil data, saya juga punya rencana lain yaitu meunutaskan urusan saya dengan masa lalu yang tak ingin menyelesaikan surat perceraian dan "menggantung" saya selama 5 tahun. Dulu saat ke India saya sudah bayar pengacara dengan tabungan saat itu tapi kasus gagal karena saya tidak bisa hadir karena saya sedang di India. Setelah itu? Gak punya uang lagi hahaha. Dan kali ini saya menyewa PENGACARA yang sama, tapi dengan bayaran jauh lebih besar. Kali ini saya siap habis habisan memperjuangkan hak saya untuk jadi wanita ber status jelas. Dan saya BERHASIL! Meski ada ancaman waktu yang tidak cukup karena saya harus kembali ke NZ setelah 12 minggu ternyata 8 minggu saja proses selesai! Begitu DIMUDAHKAN! 

Dan saya beli RUMAH tanpa hutang! Sesuatu yang tidak saya sangka juga akan bisa saya beli dengan gaji saya yang segitu gitu saja (FYI, sejak 2015 gaji PNS saya hanya 3,5 juta karena sertifikasi tidak bisa cair karena saya sekolah).  Imagine that, matematika macam apa ini? 

After that, saya kembali ke NZ dan MENIKAH! Kami membayar seluruh proses surat menyurat disini dengan dollar! Sebulan setelah itu, bulan April 2018, kami malah bayar ongkos haji yang hampir 103 juta rupiah! Dan saya bayar sendiri juga, suami saya tidak membayarkan ongkos naik haji saya. Jika kita hitung dari uang beasiswa yang 2000 NZD sebulan plus bayar apartemen 1200 NZD dan sisa 800 NZD sebulan belum termasuk ongkos makan itu, matematika darimana saya bisa mengumpulkan 11 ribu dollar hanya dalam waktu sebulan? Karena uang saya sudah terpakai semua untuk beli rumah tanpa riba itu. Dan haji saya pun LUAR BIASA. Saya Ditempatkan Allah di clock tower Makkah-bersama rombongan orang Eropa dan Amerika. Masjid Al Haram pun hanya hitungan langkah dari hotel kami. Di Mina pun, saya berkumpul dengan rombongan Eropa dan Amerika. sesekali saya melihat rombongan dari Indonesia dan berpikir betapa ajaibnya Allah Memberi saya jalan hidup. Saya menikah dengan bule muslim NZ lalu pergi haji dari negara ini. 

Pulang haji, saya pikir, ok, selesai semua pengeluaran besar ya. Eh ternyata tahun 2019 kami malah booking tiket kapal pesiar ke Australia, booking balon udara, booking tiket ke Indonesia. Itu juga saya bayar sendiri. Lalu saya juga sedang menyiapkan uang tiket ke Eropa. EROPA! Imagine that, mana ada PNS golongan IIIC yang lagi sekolah dan cuma sisa 800 NZD sebulan uang beasiswanya bisa mengumpulkan uang tiket ke Eropa? Yang lebih ajaib lagi, uang 11,500 NZD yang saya setorkan untuk haji awal tahun ini, sudah RECOVER. Allah sudah Mengembalikan saldo tabungan saya bahkan LEBIH dari sebelum saya berangkat haji! Subhanallah, bahkan saat saya mengetik ini, saya meneteskan air mata. 

Let me tell you how life sekarang ini berjalan. Pagi saya akan digendong suami bule saya ke WC hehe saking malasnya saya berjalan ke WC kalau pagi. Lalu saya shalat subuh berjamaah dengannya. Lalu saya memilih baju dan aksesoris yang hendak dipakai. Setelah itu saya dan dia bekerja. Ia cuma guru TK dan supir bis on weekend, tapi Allah Mencukupi kebutuhan kami berdua. Lalu ia akan SMS saya bilang sudah tiba di tempat kerjanya. Saya bekerja, sampai sore jam 5 lalu kerja lagi di facility sejam berikutnya. Pulang, kami nonton Big Bang, ketawaan lalu shalat Maghrib berjamaah. Dinner, lalu saya akan belajar dan ia juga membaca di mejanya. Dan kami pun tidur untuk bangun jam 4 pagi dan memulai hari kami dengan tahajjud dan saya teruskan dengan membaca Quran menunggu subuh. 

Luar biasa damai, luar biasa cukup. Luar biasa saya Ditolong Allah SWT. Melewati masa masa berat pasca perpisahan itu, menyelesaikan surat saya yang DIGANTUNG selama 5 tahun, mengembalikan harga diri saya. Dan semua itu jika kita lihat hanya MATEMATIKA ALLAH yang berjalan. Kalau Matematika saya wah sudah tidak survive saya ini hehe. 

Maka saya bersyukur saya banyak ditinggalkan orang saat perpisahan saya itu. Saya melihat manusia berubah dan sadar saya tak boleh menggantungkan apa apa lagi pada manusia tapi hanya pada Allah SWT semata. Dan saat saya minta tolong pada-Nya dan Ia Menolong saya, saya mendapatkan SEMUANYA! Tangan-Nya lah yang telah Menolong saya selama ini. Matematika-Nya lah yang Berjalan selama ini sehingga 1,7 juta itu cukup di Samarinda, 10 ribu rupee itu cukup saat di India, perjalanan haji 11,500 NZD itu terbayar dengan mudah, 13 juta rupiah pengacara itu terbayar sempurna, rumah itu terbeli tanpa riba. 

Jangan putus tawakkal hanya pada Allah SWT. 
Saya sudah membuktikan KUASA Nya!
Auckland, 6 Oktober 2018, 

-Nurul Kasyfita Church-

Image result for tawakkal image

Friday 7 September 2018

A Hajj Story, what to bring what to expect

Hi there!

Meskipun ini judulnya adalah "a very very late post" saya pikir ada baiknya jika saya share pengalaman saya melaksanakan ibadah haji dari luar negeri. Anyway, just a recap for those of you yang tidak berteman dengan saya di FB or iG, saya saat ini sedang PhD di University of Auckland. Di tengah PhD saya, Allah Takdirkan saya bertemu seorang muslim New Zealander yang akhirnya menikahi saya dan jadi mahram saya ke tanah suci. Allah beri kami jalan untuk ber haji sejak tanggal 11-30 Agustus 2018 lalu.

Melalui postingan ini, saya ingin menggambarkan pengalaman saya dan apa saja yang saya siapkan untuk perjalanan ini. Saya tahu sudah banyaaaak sekali tulisan tentang rukun dan wajib haji di internet sehingga mungkin saya tidak akan membahas hal itu. Saya hanya membahas tentang pengalaman pribadi saya dan apa yang saya siapkan dan apa yang menurut saya bisa Anda siapkan jika Anda sedang mempersiapkan ibadah haji.

Ok, here are the list yang harus disiapkan:

1. Money: yup, tentu saja ini ibadah yang tidak murah. Untuk di NZ saya harus setor ongkos naik haji sebesar 10,560 NZD atau sekitar 103 juta rupiah. Lalu karena saya ingin eraly return karena pekerjaan saya di University of Auckland, saya harus menambah 595 NZD. Saya pikir biaya ini cukup worthed mengingat jarak NZ yang jauuuuuh sekali dari Arab Saudi. Untuk perjalanan ini, kami menggunakan 3 kali penerbangan (Auckland-Melbourne-Colombo-Jeddah) dengan transit di Colombo selama 16 jam yang ditanggung oleh pihak travel. Dengan 103 juta rupiah bersama grup haji NZ saya mendapatkan:
- 2 kali makan (breakfast dan dinner-buffet-all you can eat), hotel di clock tower Makkah (kami berpindah hotel 3 kali-yang agak annoying untuk saya karena harus pack dan unpack lagi), tapi semua hotelnya memuaskan dan jarak yang SANGAT dekat dengan masjid Al Haram.
- Hotel saya: Swissotel Makkah (bukan Swissotel Al-Maqom) (3 hari) lalu Movenpick (4 hari) lalu saat kami pulang dari Mina kami dipindahkan ke Conrad Hotel Makkah (3 hari). Cukup memuaskan karena saya yakin dengan 103 juta rupiah berangkat dari Indonesia, saya tidak akan mendapatkan layanan macam ini.
- Transportasi selama di Makkah dan Madinah.
-Tour ziarah di Makkah dan Madinah.
- Visa haji.
- Hotel di Madina (9 hari) sangat dekat dengan Masjid Nabawi.
- Zam zam 5 L.
- 3 kali penerbangan termasuk transit hotel semalam di Sri Lanka.
103 juta tidak termasuk biaya vaksin dan biaya DAM sebesar 430 riyal yang dibayar di Saudi Arabia karena kami melaksanakan haji tamattu'. FYI, ada tiga jenis haji: 1) Tamattu'-dimana umrah dilaksanakan dahulu lalu haji dengan niat ihram masing masing. Nah, karena ihram terputus inilah maka haji tamattu' WAJIB bayar DAM. Biayanya 430 Riyal (thn 2018) atau 150 USD kalau mau bayar lewat travel. I choose to pay it through Malaysian group karena mereka lebih paham tentang ini dibanding grup NZ. Di grup NZ DAM ini disebut sebagai Qurbani, yang dalam anggapan saya mirip KURBAN, sedangkan di grup Malaysia, DAM ya DAM, Kurban ya Kurban. 2) Haji Qiraan-umrah dan haji dilaksanakan secara langsung dalam satu ihram. Ini tak perlu bayar DAM karena Anda tidak break the ihram, tapi susah, karena selama ber ihram rambut pun tak boleh jatuh dari kepala kita. 3) Haji Ifraad-biasanya untuk penduduk Makkah, dimana haji dilaksanakan tanpa umrah. Yang berhaji dengan metode ini biasanya langsung datang ke Arafah di hari wukuf, lalu ikut jamarat dan tawaf ifadaa tanpa ikut di tenda Mina.
Jadi jelas ya, uang itu adalah hal yang harus benar benar disiapkan untuk ibadah ini.

2. Fisik: true, ibadah ini benar benar MELELAHKAN. Dan percayalah, bahkan dalam niatnya saja disebutkan "O Allah, Accept this and make this easy for me". Ibadah haji itu sungguh menguras tenaga. Hingga hari ke-6 tiba di NZ saja saya masih jatuh bangun mengatasi keinginan untuk tidur. Selama 3 hari di minggu ini, saya baru bisa buka mata di jam 11 siang atau jam 2 siang, imagine that. Dan saya berangkat dalam keadaan sehat, masih muda, you can imagine jika Allah Takdirkan ber haji di usia yang sudah senja. Berikut adalah rukun haji yang HARUS dilakukan or haji Anda tidak valid:
- Wukuf di Arafah tanggal 9 Dzulhijjah (sunnah berada di luar tenda sejak ba'da Zuhur hingga Maghrib). Bayangkan berada di bawah suhu 49 derajat saat kami wukuf dan mohon ampun pada Allah SWT. Setiap yang ber haji WAJIB hadir di Arafah meski hanya pakai helikopter semua orang WAJIB hadir di Arafah meski cuma 15 menit saja.
- Jumratul Aqabah tanggal 10 Dzulhijjah (12 km berjalan kaki-tidak termasuk jalan kaki dari tenda ke lintasan awal jamarat). Saya banyak melihat jamaah asal Indonesia yang kolaps di lintasan jamarat ini. Umumnya mereka kehabisan oksigen atau kehausan. Satu lagi, pastikan Anda tidak makan yang aneh aneh sebelum jamarat, karena tidak ada WC dalam lintasan panjang ini-yang ada hanya tempat isi air minum. Drink, keep drinking, itu saran saya karena dengan banyak minum tubuh Anda tidaka kan dehidrasi, dan percayalah, karena suhu yang panas, you won't believe bahwa Anda tidak akan ingin buang air kecil. So, minum saja terus.
- Tawaf ifadaa. Ini adalah tawaf yang WAJIb dilakukan di tanggal 10 Dzulhijjah, setelah Anda jamarat siangnya. Oya Jumratul Aqabah itu bisa dilakukan sejak matahari terbit, namun dua jamarat lainnya harus dilakukan ba'da zuhur, so you can imagine betapa panasnya berjalan 12 km untuk jamarat.
Jadi urutannya adalah: Anda wukuf di Arafah, bermalam di musdalifah (wajib haji tapi bukan rukun haji) mengumpulkan batu, jumratul aqabah siang esoknya, pulang ke tenda di Mina, qurban (bayar dam), buka ihram, cukur rambut (tahallul), lalu malamnya tawaf ifaada (sudah pakai baju biasa tidak ber ihram lagi. Dan seluruh rukun haji DONE.
Namun selain rukun ada wajib haji, yaitu:
- Bermalam di Musdalifah.
- Dua kali jamarat sunnah tanggal 11 dan 12 Dzulhijjah.
- Sa'i setelah thawaf ifadaa
- Tawaf Al-Wida atau thawaf perpisahan dengan Ka'bah sesaat sebelum meninggalkan Makkah.
Dan semua ini perlu FISIK yang kuat. Bahkan untuk saya saja, saya menahan makan selama di tenda Mina agar perut saya tidak dangdut an saat jamarat atau saat thawaf. Percayalah, manusia berjubel, saya sering kali harus berjinjit untuk dapat oksigen saat thawaf, WC berebut, benar benar melelahkan, apalagi buat saya yang sudah 3 tahun ini tinggal di NZ, dimana space benar benar sangat kaya disini, subhanallah, betul betul melelahkan!

3. Mental. Meski sudah ber siap siap dengan segala kekacauan, tetap saja saya pribadi shock dengan trip ini. Saya yang di NZ biasa menyendiri tiba tiba harus berbagi kamar dengan 3 orang lain saat di Makkah lalu di tenda Mina saya bersama dengan 79 orang wanita lainnya. Belum termasuk WC, subhanallah, sekali antri WC itu bukan hanya 5-6 orang di depan pintu Wc tapi ada 25-30 ladies yang kebelet ingin buang hajat. Belum lagi, karena suhu yang panas, uap WC itu naik dan you know, jika saya seriusi bau WC itu mungkin setiap kali saya buang air saya muntah. Belum lagi saat mandi pertama kali setelah lepas ihram, you hope air akan mendinginkan kita ya kan, ternyata air yang keluar suhunya ya di atas 36 derajat gitu, jadi bukannya malah fresh malah tambah panas. I view kejadian ini sebagai gambaran bagaimana hausnya para penghuni neraka dan tetap di azab dengan air panas dan tetap minum karena tak ada pilihan lain. Benar benar banyak sekali pelajaran yang saya dapat selama di Mina, yang akan saya bahas di tulisan selanjutnya. Jadi bersiaplah dengan kekacauan, bersiaplah dengan menunggu ber jam jam (kami pernah berada selama 8 jam di bis hanya dari Mina ke Makkah yang cuma 20 menit), bersiaplah dengan tak kebagian tempat shalat, ber siaplah kepala diinjak injak saat shalat, bersiaplah dengan ke brutalan umat manusia karena saking banyaknya. Oya, satu lagi, bersiaplah berdesak desakan, bersiaplah didorong kesana kemari, bersiaplah disodok sodok dari belakang terutama saat mendekati point point popular seperti Ka'Bah, maqam ibrahim, hijr ismail atau makam Rasulullah di Madinah. Hingga saat ini badan belakang saya masih biru biru disodok banyak ladies saat berjuang hendak masuk ke Raudah di Madinah, tidak termasuk saat digencet di dekat Ka'bah. Luar biasa lah perjuangannya pokoknya.

Apa yang harus dibawa?
- Botol minum besaaar, saya tidak terlalu menyarankan bawa botol semprot karena menurut saya tambah di semprot tambah panas, nikmati saja panasnya.
- Indomie, yup, belilah Indomie saat masih di Makkah sebelum ke Mina. Makanan di Mina itu sangat "arab" dengan kualitas daging yang kita tak tahu apakah basi atau tidak. Group leader kami menyarankan tidak usah makan daging dan makan nasi secukupnya saja agar perut tidak dangdut an saat ibadah. So, saya pikir indomie itu makanan yang sangat menunjang selera saat di Mina.
- Travel light-bawalah hanya 2 potong baju saat di Mina. Tapi ber siap siap bawa banyak pakaian dalam karena WC yang terbatas dan mungkin saja akan ada "kecelakaan" tak sempat ke WC sehingga baju dalam itu sangat perlu. Tak perlu bawa banyak ke Mina, karena percayalah space yang ada di tenda itu SANGAT sempit sehingga jika Anda bawa banyak barang Anda tak akan bisa tidur dengan lega. Kasurnya pun sangat tidak nyaman, saat ditiduri melesak ke dalam gitu dan AC yang blowing gila gilaan bikin perut mudah kembung.
- Bawa sandal cadangan, karena saat di Jamarat sandal Anda bisa saja putus karena terinjak jamaah lain. Satu lagi, bawa tas ransel khusus sandal karena saat masuk masjid Al Haram Anda harus buka sandal dan tas itu akan sangat berguna. "shoes bag" itu kata RC.
- Bawa ihram cadangan-agar saat ihram utama Anda kotor Anda bisa ganti di Mina atau di Arafah.
- Bawa buku doa. Saya menyesal tidak bawa Yasin pemberian Mama yang banyak sekali amalan amalan ber faedah disana. Sehingga saat di Arafah saya hanya banyak baca Quran dan zikir yang saya tahu, tanpa tahu zikir mana yang utama.
- Bawa topi lebar-sangat berguna saat jamarat, Anda tak perlu repot buka tutp payung.
- Sun glasses- kacamata hitam-sangat berguna bahkan saat di Makkah-karena white marble dari Masjid Al Haram itu cukup menyilaukan mata.
- Bawa S hook, itu gantungan yang sangat berguna saat di WC, Anda cukup gantungkan S hook itu Anda bisa gantung banyak hal disitu.
- Bawa obat diare-ini sangat penting buat saya.
- Bawa pampers-yup, saya pakai adult diapers, jaga jaga saja kalau tidak sempat ke WC.

What to expect:
- Chaos.
- Competition: yup, di hajj trip ini Anda ber kompetisi dengan banyak orang. Lambat makan, tempat duduk habis, lambat ke masjid, spot depan Ka'bah habis. Intinya harus selalu alert dan berpacu dengan banyak manusia. Untuk apapun. Apapun.
- Emosi: yak, akan ada banyak orang yang marah dengan Anda, apakah karena merasa didorong, atau merasa Anda ambil spacenya, kadang meski Anda sudah reserve tempat, ada saja yang me ringsek datang dan ikhlaskan saja semua itu, Anda tak tahu mana yang manusia mana yang malaikat.
- Sabar: yup, hajj itu katanya SABR. Sabar, sabar, sabar. Saat kita tidak dapat makan, saat hendak ke WC tidak sempat, saat hampir menyentuh ka'bah lalu terdorong ke luar, sabar, sabar sabar.
- Waiting waiting dan waiting: apalagi jika Anda ber pergian dengan grup yang cukup besar. Kami saja yang cuma 170 orang pernah bis tidak jalan selama 4 jam hanya karena ada 2 orang yang hilang dan akhirnya ditemukan sedang TIDUR di kamar hotelnya. Marah? Toh tak ada gunanya, jadi bawa saja ikhlas, sabar dan menerima itu sebagai TAKDIR Allah SWT.
- Ikhlas. Bawa ikhlas saja, bawa berserah pada Allah, biar Allah yang Mengatur mana yang terbaik. Kita mungkin ber ambisi ingin menyentuh Ka'Bah, tapi jika Allah Takdirkan BELUM, ya Belum. Saya sempat menangis di Raudah-tinggal satu layer lagi saya akan melihat makam Rasulullah, tapi sodokan demi sodokan di belakang saya bikin saya tidak kuat, lalu sambil menangis saya keluar dari gelombang manusia itu meski sempat shalat 2 rakaat dulu dan mohon maaf pada Rasulullah for not being strong enough untuk beliau.
- Miss infomasi. yak, ini banyak sekali. Apalagi saat Anda hendak berjuang menuju Raudah. Kadang mereka bilang gate yang ini yang dibuka, lalu kita kesana, menunggu ber jam jam, ber desakan, tapi yang dibuka malah gate yang lain. Saya mengalami hal ini. Tapi lucunya, justru dengan ke tidak jelasan informasi itu, saya yang malam itu tak ber ambisi lagi hendak masuk ke Raudah, justru terbawa arus manusia ke layer terakhir saya dengan makam Rasulullah. Subhanallah, disitulah Anda akan merasakan kuasa Allah SWT.
- Lost connection. Saya justru merasa agak susah connect dengan Tuhan saat saya disana, akibat banyaknya manusia, dan hidup yang terus diburu buru. Satu satunya momen yang saya merasa DEKAT sekali dengan Tuhan justru saat saya baca Quran untuk Mama. Atau saat saya berdesakan di Ka'Bah. Saya seringkali menatap langit saat itu dan bilang "I am here, ya Allah". Selain itu, saya pikir susah sekali merasakan koneksi dengan Tuhan, karena bahkan saat kita shalat saja kita bisa diinjak injak manusia lain atau penjaga Arab itu yang berteriak teriak :"haji haji, tarik tarik" hehe. Saya justru merasa koneksi saya dengan Tuhan sangat lancar saat di NZ, saat hening, saat hanya ada Tuhan dan saya. That is how I feel.

Saya masih akan menulis ini insya Allah per kota. Sejak di Makkah, Mina dan Madinah. Semoga bermanfaat. Jika Anda bertanya: dengan perjalanan se melelahkan itu, apakah saya masih ingin ber haji lagi? Yup, saya bilang, jika saya masih Diberi Allah Kesempatan ber haji lagi, I would do it all over again. Yak, ini memang perjalanan yang tidak mudah, yak ini memang menguras tenaga, tapi percayalah, kepuasan spiritual yang kita dapat juga LUAR BIASA.

I maybe a koboy in my muslim, therefore, I am glad Allah Berkenan Membuka jalan saya menuju ke RumahNya. Alhamdulillah.

Salam dari Auckland,
8 September 2018,

-Nurul Kasyfita Church-


Wednesday 5 September 2018

The Life of Mrs. Church: When You Want Just A Simple Life in Life

Hi there.

It's me again. Kali ini saya ingin menulis tentang hidup dan bagaimana ia telah membawa saya here and there hingga hari ini. Honestly, saya ini bukan orang yang bermimpi tinggi. My dream sejak kecil itu hanya punya rumah di sebuah pertanian lalu hidup dari hasil tani. Unlike other people, saya tidak pernah punya target ingin menikah dengan bankir, manager, dokter atau apapun sophisticated man lainnya. Satu hal yang membuat saya klepek klepek dengan a man hanya: IMAN. Saya mudah sekali jatuh cinta dengan laki laki yang religius. Itu saja.

Di fase pertama hidup saya pun biasa saja. Fase pertama ini ya saat kita memulai kuliah dan menentukan jurusan apa yang akan kita pursue. Yes, saya lulus beasiswa STAN, tapi tidak diambil karena sakit, yes, saya lulus ke Farmasi UNHAS tapi juga saya mundur karena tak kuat dengan kegiatan lab, dan yes, saya berakhir di FKIP-jadi mahasiswa calon guru. Simple, bukan? Saat itu pun saya kira hidup akan sederhana saja, saya akan menikah dengan seorang guru pesantren, punya anak, punya rumah dan hidup cukup. That's it.

But, lagi lagi hidup buat saya ternyata tak se simple itu. Saya memang menikah, punya anak, lalu salah jahit pasca melahirkan hingga bertahun tahun lamanya-bahkan hingga hari ini perut saya masih ON and OFF karena hal itu. Lalu setelah semua hal itu, saya TERPISAH dengan anak saya. Opsinya jelas dari laki laki itu: hidup bersamanya maka akan dapat anak OR berpisah dan terpisah dengan anak. I really can't live with him anymore, sehingga meski banyak sekali yang telah direnggutnya dari saya sebagai balasan karena saya tak menuruti tawarannya, I choose to go.

Selesai? No! Ternyata kerumitan hidup itu baru saja dimulai. Saya dapat beasiswa ke India, lalu pergi selama 2 tahun. Saya menghilang dari kota dan negara kelahiran saya sendiri-menyepi, sambil menyelsaikan master kedua saya di India. 2014-saya pulang-tanpa harta-dan berakhir menjadi anak kos. Anak kos yang tiap malam tidur dengan pisau di bawah bantal saya karena pintu kamar kos yang mudah sekali di dobrak orang dan saya harus bersiap siap jika ada bahaya.

Aaaand, saya lulus another beasiswa ke New Zealand. Beasiswa doktoral kali ini. Gelar saya dari India membuka jalan masuk ke Universitas nomer satu di negara ini-The University of Auckland. Saya pikir hidup akan "lempeng" dari sini-saya akan sekolah, kuliah hingga selesai. But NOPE, saya malah kena depresi akibat experimen saya yang gagal di lab dan PhD saya yang terancam karam. Saya pikir saat itu, yo wis lah, paling saya pulang, bekerja lagi di Indonesia. Tapi ternyata TIDAK! Saya Ditakdirkan Allah berhasil memindahkan PhD saya ke education-sponsor beasiswa setuju, pihak universitas setuju dan just on my day 1 pindah ke education-I GOT A JOB! Bukan job yang muluk muluk-seperti saya bilang, saya ini orangnya sederhana dan tidak ingin gaya gayaan. Apa yang bisa menghasilkan uang halal, itu yang saya kerjakan. Job pertama saya hanya jadi tukang ketik meeting dekan, dibayar 25$ per jam-itu saja, itu pun hanya 2 hari setelah itu DONE. But, berkat pekerjaan itu saya jadi dikenal manajer saya yang sekarang-yang memberi saya kontrak panjang dari universitas nomer satu di negara ini. Pekerjaannya juga bukan yang muluk muluk-cuma jadi timetabler di universitas ini. Mengurusi jadwal, mengatur ruangan dan waktu mengajar dosen, itu saja. Dosen kok jadi timetabler? Halah buat saya mah yang penting HALAL-tidak korup, tidak mencuri uang orang, itu saja.

Looks like a simple life from that point. Hehe, NO! Three weeks setelah saya landing di NZ, saya dikejar kejar oleh seorang bule NZ. Ia yang mengaku muslim meski dengan nama belakang CHURCH. Tapi alamak, bagaimana pula saya bisa menikah, surat cerai saya saja belum selesai dari tanah air, meski saya sudah 5 tahun berpisah dengan mantan saya. Maklum, mana ada anak kos punya uang dan tenaga mengurusi surat itu. Awal tahun 2012, saya sebenarnya sudah mengurus hal itu tapi digagalkan pengadilan karena saya dianggap tak bisa menghadiri sidang (wong saya di India, dengan duit pas pasan bagaimana mau menghadiri sidang di Indonesia?). Saya sebenarnya sangat tersanjung dengan perhatian bule ini-ia pantang menyerah dan selalu berusaha memenangkan hati saya. Kombinasi religius dan romantis-hal yang sangat saya dambakan dari seorang laki laki. Tapi apa daya, mana bisa menikah dengan lelaki baru tanpa surat cerai yang jelas, iya kan? Mau pulang mengurus, proposal saya juga belum tuntas di education sehingga harus selesai dulu baru bisa pulang.

Finally, akhir 2017 saya bisa pulang ke tanah air, bayar pengacara dan surat itu resmi di tangan saya awal 2018 alhamdulillah! Terasa terlahir sebagai pribadi baru saat itu. Daan Maret 2018 kami pun menikah di NZ. Dan karena meski saya hanya ingin a simple life, life is never simple buat saya. Saya menikah dengan dua hukum: Islam dan Internasional. Setelah lamaaa tak punya surat nikah atau surat cerai (manusia tanpa status saya bilang hehe), akhirnya saya punya dua surat nikah sekaligus-dari muslim community dan dari Internal Affair NZ-semacam capil kalau di Indonesia.

Looks  like hidup mulai simple! Sudah menikah kan, sudah punya surat yang kuat, so apa lagi coba? Heheh again, NO! Setelah seluruh hiruk pikuk menikah itu, kami malah daftar haji dari luar negeri. Saya mulai pusing lagi, apakah saya yg dengan student visa ini bisa diluluskan visa haji nya. Jujur untuk yg ini, saya tidak menyangka saya, wanita koboy beragama ini akan mampu melakukannya. Mampu secara finansial, secara physical-karena saya tahu, ini ibadah tidak mudah. Tapi Allah Takdirkan saya mampu-visa lulus dan saya pun berangkat dengan rombongan dari luar negeri. Dan tidak sendiri, tapi bersama suami bule saya! I do feel ya Allah, ini kisah hidup ajaib banget yak. Rasanya tak percaya saya akan melakukan ibadah paling akhir dari rukun islam ini dari luar negeri. As I said, saya ini cuma a simple woman dan just want a simple life. Tapi sepertinya Allah Takdirkan ada banyak kejutan dalam hidup sederhana saya ini. Kami menunaikan ibadah haji bersama rombongan dari NZ dan Fiji. Tak terbayangkan betapa emosionalnya saya saat melihat Ka'bah pertama kali-kombinasi dari rasa tak percaya tentu saja-(well, anak kos naik haji? Mimpi kali ye) dan rasa takjub Allah Izinkan semua ini terjadi justru bukan dari negara dimana saya terlahir. Plus, saya yang sejak perpisahan itu mengira saya akan sendiri saja dalam hidup ini-tak pernah menyangka saya akan berangkat haji dengan seorang kiwi NZ-yang berstatus suami! Isn't life is just bizzare but amazing at the same time?

Now, 5 hari setelah saya tiba di NZ, you think life is simple from now, right? Sudah selesai ibadah haji, sudah menikah, pekerjaan juga baik baik saja, supervisor ok, apa lagi coba? Hehe, nope, sekarang saya pusing memikirkan visa student saya yang akan expire tahun depan dan harus di re new 6 months from now. Ya udah, re new aja kan? Simple. Hehehe I wish it could be that simple. Saat ini saya hendak mengurus visa residency based on partnership karena saya menikah dengan seorang kiwi. But, lagi lagi visa itu tak semudah ucapannya-saya harus menyediakan 2 SKCK-dari kepolisian RI dan dari India-karena saya pernah tinggal di India dalam kurun waktu 10 tahun terakhir selama 2 tahun. Itu saja pusing kepala saya gimana ngurusnya hehe. You must be thinking "yo wes, diurus aja, toh cuma SKCK toh". Yup, correct, ini cuma SKCK. Theen yang saya pusingkan adalah saya tidak akan langsung dapat permanent residency tapi baru bisa residenscy saja-yang seperti visa yang lain ada tanggal expirenya. Saya baru bisa dapat visa permanent residency yang tidak ada expire expire date an kalau sudah berdiam selama 2 tahun di NZ-menunjukkan komitmen to stay in NZ hehe. Padahal, saya ini terikat dengan negara RI kita yang tercinta. Saya ini PNS dan beasiswa pun dari Indonesia. Saya harus pulang setelah PhD ini untuk mengabdi ke negara. Yaa kalau pulang kan tuh visa residency bisa expire dong hahaha. Nah, disitu saya pusingnya. Hidup saya ini entah mau bagaimana akhirnya. Saya menikah dengan seorang warga negara NZ, saya bahagia disini, tapi saya bangun rumah di Indonesia, pekerjaan saya di Indonesia, bule ini pun akan ikut dengan saya ke Indonesia, tapi kami berniat menghabiskan masa tua di NZ. Pusing toh? Ini hidup akhirnya hendak dimanaaaaa. Sementara kawan kawan saya di usia 38 tahun mungkin sudah settle down, sudah punya aset dimana mana, sudah jelas tempat tinggalnya dimana-saya masih luntang lantung di luar negeri dan belum tahu akan tinggal dimana. Masih mahasiswa, masih berjuang sekolah plus bekerja.

Anyway, that is life. Itulah hidup. Bagaimana pun rumitnya, tetap harus dijalani dan diusahakan dengan sebaik baik ikhtiar. Plus diiringi dengan sabar, syukur dan selalu tawakkal akan kebaikan takdir-Nya.

Sekali lagi, saya ini bukan wanita yang aiming high. Tapi Allah Takdirkan saya menulis ini dari luar negeri, saya menikah dengan bule luar negeri, saya bekerja di luar negeri, ber haji dengan grup dari luar negeri dan mungkin akan pindah dan jadi warga negara negeri ini. Wallahu alam. Hidup ternyata tak pernah simple untuk saya. Dan sepertinya Anda akan terus membaca episode demi episode dari wanita yang tak pernah aiming high dalam hidupnya-seorang wanita yang mengira hidupnya akan sederhana-tapi ternyata itu tak se sederhana yang dibayangkannya. Seorang wanita muslim asal Samarinda. Ia yang kini menambah nama belakangnya menjadi Nurul Kasyfita Church.



Auckland, 6 September 2018,

-Mrs. Church-

Tuesday 3 July 2018

JUAL BELI (HANYA) DENGAN ALLAH: THE (NON) RIBA STORY

"Yang ini", tunjuknya saat itu menunjuk sebuah denah lokasi tanah. Ia baru saja tiba di tanah air. Baru seminggu. Ia ingat itu tanggal 5 November saat ia bertemu dengan agen rumah yang sudah sejak ia di luar negeri meng hunting dirinya agar mau melihat lokasi. Awalnya ia ragu, ingat banyak kasus yang ia dengar, bayar dengan developer, rumah tak pernah jadi, uang raib entah kemana. Lagipula budget rumah ini besar sekali. Ia ngeri membayangkan membayar uang sebesar itu untuk sebuah rumah. Namun berulang kali ia searching for a better price, ia tak juga kunjung mendapatkan apa yang ia mau. Yaa ada rupa ada harga lah ya. Lokasi yang tidak banjir, perumahan yang rapi, terletak di daerah yang medium, bukan juga yang high class karena ia tak terlalu perduli dengan kelas kelas an dalam hidup ini. Yang ia perlu hanya RUMAH-tempat berteduh yang tidak nyewa, tidak bayar kos lagi dan TANPA RIBA. 

Sekali lagi: TANPA RIBA. Bukan apa apa, satu, ia tak suka punya hutang. Berhutang dengan negara selama 10 bulan saja itu pun akibat kesalahan pembayaran gaji, ia jera, dan itu pun tanpa bunga. Ia hanya harus mengembalikan kelebihan pembayaran gaji sebesar 13 juta selama 10 bulan itu saja. Tapi rasa berhutang itu cukup bikin sakit kepalanya. Ia tak habis pikir kenapa orang lain gemar ber hutang demi membeli apa yang mereka inginkan saat ini, padahal nanti kepala puyeng karena gaji tak sesuai dengan yang didapat. Dua, ia tak kuat bayar bunga. Itu bunga sangat mencekik. Ambil yang short loan tetap ada bunganya yang long loan tambah gila cekikannya. Tiga, ia takut tak lunas akhirnya apa yang ia cicil bertahun tahun disita Bank. Empat, jauuuuh sebelum riba ribaan ini jadi trend di masyarakat, ia sudah tahu dari abah mama nya menerima bunga bank itu saja haram apalagi membayar bunga. Sudah bayar, haram pula hedeh. Jadilah ia pribadi bersabar. Saat ia belum punya uang ia hanya bisa berdoa di kamar kos tiga langkahnya "Ya Allah berilah saya atap untuk berteduh" sambil terus bersyukur ia masih punya kamar kos di setiap hujan turun karena banyak orang yang kebanjiran dan kedinginan di luar sana. Sambil terus berdoa semoga orang orang itu segera diberi tempat yang hangat. 

Dan tiba tiba ia Diberi Allah beasiswa. Awalnya ia tak menyangka tabungannya akan terkumpul secepat ini. Sejak ia dikontrak oleh universitas terbesar di New Zealand ini, tabungannya terus merangkak naik. Ia juga heran asalnya darimana karena uang beasiswanya hampir habis untuk bayar sewa apartemen setiap minggunya. Ia pun tak mau menerima bunga bank (meski dalam dollar) disini karena sekali lagi ITU HARAM. Sedekahnya pun tak banyak lagi disini karena masjid jarang dan celengan masjid itu tak lagi berseliweran dimana mana. Namun satu yang masih ia amalkan sejak ia di India, ia selalu membeli beras, lalu membawanya ke praying room di city campus dimana ada kotak HELPING HAND untuk siapa yang memerlukan makanana. Ia selalu mengambil filosofi salah satu sahabat Rasulullah yang memikul sendiri beras karena ada rakyatnya yang kelaparan. Ia pikir membeli sendiri beras lalu membawanya ke praying room itu adalah ketulusan luar biasa ketimbang hanya sekedar transfer uang ke rekening muslim association di Auckland. Hanya itu yang ia selalu usahakan sedekahkan. Berbeda saat di tanah air, ada banyak hal yang bisa ia kontribusikan. Ia senang mencuci mukena, atau membelikan sekotak air mineral ditaruh randomly di setiap masjid yang dekat dengan toko kelontong. Sengaja ia tak beli di supermarket, satu biar dekat dengan masjidnya dan dua, memberi rejeki ke yang punya toko kelontong yang pasti bukan pengusaha besar. Ia selalu punya ALASAN di setiap tindakannya. 

Dan tanggal 5 November itu, rasa tak percaya saat itu ia Diberi rejeki Allah untuk menunjuk maket sebuah tanah yang akan dibangun rumah oleh developer. Ia, yang cuma anak kost itu? Yang cuma dosen golongan III? Yang gak punya bisnis apa apa kecuali nge les privat sana sini? Beli rumah? Cash? Gak salah tuh? *ngakak sempurna lah*. Tapi itu benar, ia benar-benar menunjuk denah sebuah rumah dengan lokasi tanah dimana rumahnya akan dibangun. Bismillah.

Developer ini sangat gigih mengejarnya sejak tahu ia berminat membeli rumah cash. Mereka tentu saja tetap menyodorkan pinjaman bank itu dengan iming iming JAUH LEBIH TERJANGKAU dan ini program untuk KPR bukan buat CASH dan uangnya BISA BUAT YANG LAIN, Bu, begitulah, tapi ia berkeras. Take my offer or leave it. Saat itu si developer membawanya ke rumah contoh dan ia menyukai itu meski harganya hahaha ia yang anak kos ini tak pernah menyangka ia akan membeli sesuatu seharga itu. 

Ini maketnya: 

Maket rumah

Saat itu negosiasi alot terjadi karena si developer berkeras tak mau memundurkan dinding untuk dapur dengan alasan ini maket sudah standard, kalau rubah desain harus lapor ke Jakarta dan ada tambahan harga 11 juta. Ia berkeras budgetnya sudah mentok dan ia tak akan menambah meski hanya 1 sen saja.  Lalu dengan tangkas ia berkata "well, I trust your skill, Pak, otherwise I will not come to you. I believe, you have the capability to make this dream come true". Skill yang ia pelajari di University of Auckland-membuat orang lain merasa berarti. Leadership skill yang ia pelajari-seperti halnya Bill Clinton yang bisa membuat siapapun yang ia ajak bicara merasa tak ada orang lain yang lebih penting di dunia. Si developer minta waktu seminggu waktu itu tapi ia mendesak "if you agree, I would like to sign the contract on 11 November-my birthday". Si developer tak bisa janji karena harus ke Yogya dan ia mengiayakan saja-ia yakin jika ini takdirNya Allah akan jadikan. Pun ia tak mau terlalu terlihat sangat berminat (meskipun iya) karena nanti developer akan merasa di atas angin. 

9 November, developer menelpon. Ibu, I can make your dream come true. Thank you for trusting us. Ia sebenarnya ingin bersorak bahagia tapi tetap stay cool sambil bilang "thank you, Pak, I know you and your team are the right ones. I am happy to invest my money to you". 

Lalu dibuatlah kontrak jual beli itu dan ia tanda tangan di tanggal 11 November 2017-hari Sabtu tepat di usia ke-37-5 tahun setelah rumah yang dulu ia beli ditarik paksa oleh masa lalu. Ia menecrmati setiap poin kontrak dan meng koreksi setiap barisnya agar tak ada kesalahan pemahaman-ia memastikan jika developer terlambat menyerahkan kunci mereka akan dapat konsekuensi. 4 bulan mereka minta waktu-Maret 2018-rumah akan selesai-tepat di waktu ia menikah dengan bule New Zealander. What a wedding gift!

Tanda tangan kontrak di 11 November 2017-ulang tahun ke-37


Daaan setiap minggu si developer terus update progress rumahnya-bahkan setelah ia kembali ke Auckland-mereka tetap berkomunikasi. Developer yang sangat senang berkomunikasi dalam bahasa Inggris dengannya dan ia dengan respect membalas pesan pesan si developer. Rumahnya pun ber proses-sambil ia terus memantau dari luar negeri. Ia melihat tanah mulai diuruk, lalu tiang berdiri, atap dipasang seperti gambar berikut: 

Rumah per Maret 2018

Lalu serah terima kunci dilakukan. Ia cuma mendengar dari luar negeri. Semua urusan sudah selesai, alhamdulillah developer ini amanah dan tanah yang dulu ia lihat kini sudah berdiri sebuah rumah dan ia senang dan bersyukur melihat hasilnya. Tepat di bulan Maret 2018, developer memenuhi janjinya. Di saat yang sama ia mengirimkan foto pernikahannya pada si developer yang memberi selamat padanya. Hubungan yang saling menghormati satu sama lain. Professional, penuh dengan respect. 

Hanya sebulan di bulan April 2018, ia minta pada abahnya untuk memulai proyek "mendandani rumah". Ia membagi proyek ini dalam 4 fase insya Allah. Awalnya ia minta abah mencarikan tukang pagar dan terali untuk jendela. Mulailah pembicaraan dilakukan. Ia menghitung budget lengkap dengan berapa akan memberi abah untuk jasa beliau meluangkan waktu untuk ini. She is professional. Tidak ada satu pun keringat orang yang menetes yang tak pantas dihargai. Dan sebelum lebaran 2018, pagar dan terali berdiri. Rumahnya tampak kokoh dengan pagar minimalis yang ia minta itu. Ia puas melihat hasi kerja kerasnya sudah berbuah. Lalu lebaran tiba, abah minta waktu istirahat dulu dan ia setuju. 
Rumah per akhir Mei 2018

Now phase 3 sudah berjalan. Hari ini mungkin ia akan melihat hasil akhirnya. Bisnis dengan tukang pagar akan selesai hari ini dan ia akan beralih ke tukang yang lain. Abahnya sudah mencarikan tukang yang lain itu dan fase 4 akan dimulai. Ia terus bekerja di luar negeri, belajar malam hari dan memastikan seluruh elemen dalam hidupnya berjalan seimbang. Ia benar benar kick back dalam hidup. 

Phase 3 ON: July 2018

Ia hanya ingat satu kalimat di Al Quran yang sering dibacanya pagi ini. "Tidak akan rugi siapapun yang Berjual Beli dengan Allah". So, ini hanya sebuah cerita anak kos yang dulu bayar kos 750 ribu per bulan saja tercekik, seorang wanita yang setelah tak mampu meneruskan rumah tangganya direnggut banyak hal darinya, ini hanya sebuah ilustrasi bahwa kita bisa hidup tanpa riba. Kita bisa hidup tanpa hutang bank. Kita jauh lebih tenang dan barokah tanpa menyekolahkan SK di bank. Kita bisa HIDUP TANPA RIBA. 

Jika ada yang mengartikan ini sebagai pamer, show off, terserah saja. Atau Anda yang bilang "halah cuma rumah seiprit gitu aja dibanggakan" ya terserah saja. Saya cuma menulis, Anda baca, terserah suka atau tidak, none of my business. Bagi saya, rumah ini sudah barokah luar biasa dari Allah SWT. Saya hanya mensyukuri bahwa setelah seluruh badai hidup itu, Allah masih Membersamai kewarasan saya untuk tak berhutang meski saya harus makan seadanya. Saya hanya ingin berbagi bahwa sekali lagi KITA BISA HIDUP TANPA RIBA. Berjual belilah (hanya) dengan Allah! Yang Maha Kaya. Apa yang tak mungkin bagi-Nya. Kun, jadi, maka TERJADILAH. 

Auckland, 4 Juli 2018
6 tahun setelah hidup porak poranda.

Nurul Kasyfita



Friday 22 June 2018

MY HAJJ TRIP STORY: ONE STEP CLOSER

Jika Anda baru membaca postingan saya yang ini, maka postingan hajj story sebelumnya yang bercerita tentang perjalanan kami memilih agen yang mengurusi perjalanan haji kami ada disini. Di story yang kali ini saya akan bercerita tentang bagaimana kami memulai step selanjutnya, yaitu HAJJ VISA. 

Untuk visa haji ini sendiri, ada banyak petualangan yang saya temukan hehe. Pertama, saya adalah customer unik dengan level kecerewetan luar biasa. Saya tidak akan berhenti until I got satisfied. Jadi agen yang mengurusi saya ini terus terang pasti LELAH dengan seluruh email dan pertanyaan detil saya. Plus, saya ini argumentatif orangnya, tidak akan menerima dengan alasan mereka, saya pasti akan cari cara untuk menyanggah, to get the best deal lah. Wajar kan uang itu tidak tumbuh di pohon yang tinggal kita goyang turun sendiri hehe. I work SUPER HARD (lebay) for my money, so wajar kalau saya harus tahu kemana uang saya akan digunakan oleh travel yang mengurusi perjalanan saya. Ok here is the story: 

1. (EARLY) RETURN FLIGHT
Yep, ini juga cukup menguras waktu meski saya hanya berurusan dengan travel ini via email, tapi teteup lah ya waktu yang kita invest untuk nulis atau nge jawab email itu EXPENSIVE. So, saya dan RC (my husband) harus pulang lebih dulu karena pekerjaan kami. Unfortunately, ini travel (kayaknya) belum pernah ngurusi jamaah yang ingin pulang duluan seperti kami berdua ini, dan well, it looks like memang CUMA KAMI BERDUA yang hendak pulang duluan. Jadi mulailah di charge extra. Awalnya cuma 120$ yang menurut kami, well, that is great. Kami bayar, dan we think it's done. 2 minggu setelah pembayaran, saya dihubungi lagi katanya harga booking tiket melambung sehingga bayarnya  harus 595 $ which is kami harus add another 475$. Mulai betanduk saya. Saya argue mereka dengan bilang "kalian itu nge rubah harga lho, kita customer kan sudah ok dari 2 minggu lalu, kenapa tidak di booking kan?". Lalu mereka beralasan lagi saat itu regulasi belum bisa membooking (whaaattt) dan beralasan lagi kenapa mahal karena ada domestic flight dari Madinah ke Riyadh saat itu sehingga kami tak perlu naik bis seperti jamaah lain dan bisa maksimal waktu di Madinah. Selain itu, yaaa tentu saja alasan seperti kalian ini booking individual, gak booking secara group jadi harganya beda. Fine, kami bayar lah itu 475$ sisanya. 
Selesai? Nope. Seminggu setelah itu saya dihubungi lagi. Itu flightnya gak ada yang tanggal 31 Agustus harus tanggal 27 yang berarti kami cuma SEMALAM di Madinah (whaaattt). Sudah bayar mahal eh gak bisa banyak stay di Madinahnya. Sedih lah kami. But as I said, saya ini orangnya pantang menyerah. Saya email lagi mereka dan bilang "I trust your expertise skill in this". Eh akhirnya OK kami pulang tanggal 31 Agustus which means kami sempat 5 malam di Madinah (yay). Then, another problem happened. Saya dihubungi lagi katanya gak bisa exit dari Riyadh karena kami on hajj visa sedangkan yang exit dari Riyadh cuma yang umroh (asem). Disini saya "semprot" lagi mereka. "Bukannya kalian itu travel, mestinya mikir dong, ini kan perjalanan haji bukan umroh, kenapa dibookingkan lewat kota yang mana visa haji akan bermasalah?". Mereka apologise lalu bilang akan dibookingkan exit from Jeddah (seperti halnya kami entering Saudi juga dari Jeddah), so aman lah. Tapi gak ada tanggal 31 Agustus, jadi harus leaving Madinah tanggal 30. Fine lah, hilang lagi semalam di Madinah, tapi itu jauh lebih baik ketimbang ketahan di negara orang gak bisa exit karena visa. Eh, terus bilang lagi travelnya harus leaving Madinah 16 jam sebelumnya lho ya kan kalian naik bis ke Jeddah. Naaaah disini saya sudah jadi naga. Saya sembur dengan api kemarahan saya hahahaha. Saya bilang "I paid for one domestic flight for that extra charge, if you take that domestic flight away from us, please return our money". Terdiam lah si travel hahaha lalu bilang ok, ok akan tetap di book domestic flight dari Madinah ke Jeddah jadi gak usah naik bis. Mereka juga masih sempat menawarkan exit dari Riyadh dengan iming iming bisa dapat semalam lagi di Madinah, dan mencoba bilang mereka sudah nanya ke konsulat Arab Saudi di Auckland, tapi saya gak mau take a risk. Iya elu bilang dijamin bla bla lah entar kalau ada apa apa di Riyadh bukannya kami berdua yang harus nanggung. So, finally, argument yg ini beres. Kami akan leaving Madinah by domestic flight sore jam 5 ke Jeddah dan terbang dari Jeddah ke Colombo, Srilanka, jam 10 malam. Finally, done. 

2. SURAT KETERANGAN MUSLIM
Whoa ini another story. Sebagai kelengkapan syarat visa harus ada surat keterangan muslim. Ini sebenarnay gak susyah kalau apartment kami dekat masjid atau kami tergabung sebagai pengurus masjid di Auckland. Lah, kami berdua ini bekerja full time, bahkan my husband itu kerjanya 6 days a week. Saya yang punya waktu ini buta tentang Auckland. Akhirnya saya meng email penghulu kami yang dulu menikahkan kami. Beliau bilang, ok, akan diurus. Lamaaa email saya tidak berbalas, mulai kasak kusuk lagi saya nanya. Akhirnya apa? Email saya malah di forward ke imam yang lain. Nah imam yang ini lain lagi. Setelah kami submit scan copy paspor ya elah lamaaa gak neg balas, sementara waktu kami cuma dua minggu untuk melengkapi semua persyaratan dokumen itu. Akhirnya, suami saya telpon ke beliau yang alhamdulillah dijawab (karena sebelumnya baik saya maupun suami saya telpon selalu masuk voicemail). Dan beliau bilang suratnya ready by tonight, alhamdulillah. Terus terang saya agak keder dengan surat keterangan muslim ini dan kalau saja berangkat dari Indonesia tidak akan diperlukan yang ini. Jadi kayak ngurus surat yang (I think unncessary) tapi harus diurus hahaha. Selain itu, karena suami saya bule kulit putih dengan nama belakang Church dan saya WNI yang student di luar negeri itu bikin mereka angkat alis dan mikir "ni dua orang beneran muslim?" hahaha. Anyway, semoga malam ini tu surat kelar jadi kami bisa move forward ke step selanjutnya. Amiin. 

3. VAKSIN
Kalau yang ini sama kayaknya dengan di Indonesia. Bedanya disini vaksin itu dimulai dari travel doctor namanya. Jadi kalau ada orang NZ yang hendak travel mereka akan menemui dokter umum (GP namanya) lalu dari GP ini akan mengirim ke travel doctor yang langsung nge buka website negara yang akan kita kunjungi. Lalu mereka akan kasih warning penyakit apa saja yang umumnya ada di negara itu. Saya juga diberi booklet tentang what to do while you travel dan tentunya vaksin yang direkomendasikan. Saya harusnya vaksin hepatitis A, typhoid, tetanus, flu dan meningitis. Tapi karena yang diminta dari kedutaan Saudi cuma flu dengan meningitis saya cuma vaksin itu saja, soalnya dua vaksin yang lain mahal boo hahaha, dan itu tidak ditanggung asuransi. Biaya ketemu travel doctornya pun lumayan nyekik, 60 dollar cuma konsultasi doang, 600 ribu itu biaya hidup saya sebulan saat jadi anak kos hahaha. Terus biaya vaksinnya 154 dollar belum obat yang dianjurkan dibawa itu juga not on insurance. Buanyak pokoknya! Hehehe nyengir kuda kemarin ngeliat gaji 1,300$ itu tinggal 300$ setelah bayar rent dan semua biaya vaksin ini hehehe. Sudahlah, besok kerja lagi. Kita juga diminta menyediakan proof of vaccination yang distempel medical centre nya. Dan untuk saya semuanya done by University of Auckland Health Centre. 

4. HAJJ CLASS
Di luar dugaan saya, hajj class nya ternyata banyak sekali sampai 7 kali. Ini kelas 1,5 jam isinya ya tentang apa saja yang akan dihadapi dalam perjalanan haji. Minggu ini kami akan membicarakan hajj introduction, purity, salat in Haram. Menarik karena manasiknya akan dalam Bahasa Inggris dan saya bisa ketemu jamaah yang lain. Tapi saya masih khawatir dengan knowledge imamnya hahaha, tapi yang jelas sih pastinya lebih pintar dari saya hehehe. Pengalaman soalnya saat shalat Iedul Fitri di Auckland kok beda dengan yang di Indonesia, tapi sangka baik saja dengan bilang "pasti imamnya gak bego mimpin shalat Ied salah, pasti saya yang bego jadi gak tahu kalau ada shalat Ied model begitu" hehe. But anyway, saya juga belajar lah, supaya gak buta nerima pelajaran. Setidaknya tahu apa yang harus dilakukan disana. Plus, saya sudah niat hendak make additional umrah karena hotel kami dekat sekali dengan meeqat, jadi bisa additional umrah, insya Allah. 

Dan finally, dokumen aplikasi visa haji kami siap di folder ini, cuma tinggal nunggu surat keterangan muslim dari masjid itu, semua sudah lengkap alhamdulillah. Air mata saya menetes tadi pagi saat memasukkan semua dokumen ini. Ajaib saja rasanya bagaimana dulu saya bayar kos 750 ribu rupiah saja mabok, sekarang Ditakdirkan Allah sedang mempersiapkan perjalanan haji. Dan rasanya emosional sekali melihat foto saya, foto suami, paspor kami yang berbeda warna dan New Zealand marriage certificate itu yang menyatukan nama kami berdua. Can you imagine semua cerita ini terjadi di luar negeri? Can you imagine anak kos jalan Pramuka Samarinda itu kini sedang mempersiapkan perjalanan haji? Can you believe ia yang di tahun 2012 itu dihina banyak orang karena rumah tangganya yang hancur lebur itu kini sudah menikah lagi dengan lelaki yang membuatnya sangat happy dan mereka akan "kind of berbulan madu" dalam perjalanan haji ini? Can you believe that? 



Well, I guess when you believe, miracle happens. That's it ;-)

Semoga bermanfaat!

Auckland, 23 Juni 2018

-Mrs. Church (that is abou to go to Makkah)-

Wednesday 16 May 2018

Dear Najwa, happy birthday!

Dear Najwa, 

Aku menulis ini setelah berlatih untuk simposium internasional akhir bulan ini. Sebenarnya aku ngantuk dan lelah sekali karena bekerja seharian ini tapi aku tak ingin momen ku terlewat untuk mengucapkan selamat ulang tahun untukmu, anakku. Seperti biasa, aku tak bisa mengucapkannya secara langsung padamu namun percayalah, kau, selalu dalam doa ku, doa kami, saat ini, aku dan Russell Church yang kini mendampingiku. 

Dear Najwa, happy birthday. 
Di ulang tahunmu yang ke-12 ini aku hanya ingin mengingatkan padamu bahwa kau anak yang hebat! Tidak semua anak mampu bertahan dalam keceriaan seperti yang kau tunjukkan jika mereka berada di posisimu. Kau sudah tak lagi mendapatkan kasih sayang seorang ibu di usiamu yang baru 6 tahun saat itu, saat kau dan aku dipisahkan oleh amarah orang orang yang merasa lebih berhak padamu, daripada aku. Aku tahu, hidupmu tidak mudah sejak saat itu. Di usia 6 tahun itu kau belajar membuat teh sendiri karena tidak ada lagi aku yang bisanya menyiapkan teh es di kulkas bahkan sebelum kau tiba dari sekolahmu. Aku selalu ingat akan hal itu. Aku juga tahu, berat bagimu menemukan kawan yang tulus, yang tidak membully dirimu hanya karena kulitmu jauh lebih gelap daripada anak anak lain yang merasa paling sempurna hanya karena kulit mereka. Percayalah anakku, KAU CANTIK. YOU ARE BEAUTIFUL. Kulit seperti kulitmu itu adalah kulit eksotis yang sangat cantik dimata orang luar negeri yang lebih akrab dengan perbedaan. Jadi kau tak perlu bersedih hati hanya karena olok olok kawanmu itu. Mereka TIDAK SIGNIFIKAN dalam hidupmu. 

Dear Najwa, happy birthday!
12 tahun yang lalu aku melahirkanmu. Saat itu setelah kau lahir bidan yang menanganiku menyatakan aku salah jahit dan mengalami infeksi di organ vitalku. Itu pun saat itu yang merawatmu kebanyakan aku dan nenek, aku basically banyak sendiri saat itu. Setelah salah jahit itu, aku jadi sering kena penyakit perut dan aku sudah tak bisa menahan kalau mau buang air besar, yah, that is true, anakku. Dan ada banyak saat dimana aku harus pakai pampers dewasa demi tetap bisa menjalankan aktifitas dan tidak terhambat oleh penyakit di tubuhku, dan kau lihat anakku, dengan jatuh bangun itu aku menyelesaikan gelar masterku di luar negeri. Lalu aku dapat beasiswa lagi ke negara lain lagi. Aku tidak menyerah dengan keadaan, anakku, dan itu yang ku harap bisa kau warisi untuk bekal hidupmu. Hidup tidak selalu sesuai dengan apa yang kita rencanakan, dan kita harus selalu siap dengan berbagai cara untuk tetap survive. Aku tak pernah menyesali salah jahit di tubuhku ini, karena melalui salah jahit ini, kau lahir ke dunia. Dan aku juga tak terlalu larut dalam kesedihan, setelah salah jahit itu, lalu membesarkanmu selama 6 tahun, kini aku dan keluargaku melihat mu pun saja tidak boleh seolah olah kami tak ada jasa membesarkanmu. Semua sudah Digariskan oleh Allah dan kita ini hanya menjalani saja. Aku hanya ingin kau lakukan satu hal untuk hidupmu: BE HAPPY, bagaimana pun hidup memperlakukan kita. Teruslah berbahagia dan berbuat baik, karena kalau kita tidak bahagia rasanya susah berbuat baik. Jadi apapun itu, anakku, jadilah anak yang berbahagia, no matter what. Aku takkan pernah menentang apapun keputusanmu dalam hidup, percayalah, kau akan selalu ku dukung untuk bahagia. Aku juga pernah tidak bahagia, mungkin kau dulu sering melihatku menangis, tapi kini, see, aku menemukan hidup yang sebenarnya, aku dihormati, dicintai dan dibahagiakan. Jadi jangan terlalu larut dalam kesedihan ya anakku, lift it up, kau tetap bisa bahagia.

Dear Najwa, happy birthday. 
Kau juga harus tahu ibumu ini jatuh bangun dalam cacian, hinaan, hujatan sejak aku (dianggap) meninggalkanmu. Aku tidak pernah meninggalkanmu, dan aku yakin kau tahu itu. Kau pasti ingat saat aku membawamu bersamaku ke tempat nenek dan lihatlah apa yang terjadi. Amarah, gedor pintu, seolah olah aku menculik dirimu. Maka hal itu bukan berarti aku meninggalkanmu, aku menyebut itu sebagai "aku dipisahkan darimu". Dan aku tak ingin ribut, itu saja, maka dari itu aku MENGALAH, aku MENJAUH dan PERGI. Dan terus terang sejak hidupku berlayar sendiri di tahun 2012 itu aku tak lagi perduli dengan ucapan orang. Yang penting aku harus tetap BERNAFAS, harus tetap HIDUP dan BERGERAK. Kau pun harus begitu, anakku. Tumbuhlah kuat tapi tidak menyakiti orang lain. Pilihlah untuk diam jika engkau disakiti dan menangislah hanya dengan Allah saja. Ia lah Penolong kita, anakku. Jadi manusia itu hanya sementara, dan kau tak perlu tergantung pada manusia. Bergantunglah hanya pada ALLAH, anakku, karena yang Menggenggam hati manusia itu ALLAH. Jadi biar saja, teman mem bully, mengolok, berbuat jahat, diam saja, fokus dengan doa, fokus dengan belajar, fokus dengan kebaikan. Masalah mereka nanti biar Allah saja yang Balas. Allah Maha Mendengar doa doa kita dan Ia tidak pernah tidur! Jadi, jangan terlalu sedih dengan olok olok teman dear Najwa, teruslah fokus dengan doa dan kebaikan. Tidak perlu terlalu bersedih dengan hal hal yang tidak signifikan. I know I know, sebagai manusia yang punya hati, kita pasti sakit, tapi kita juga harus tumbuh menjadi kuat anakku. Kita harus tetap BERNAFAS, BERGERAK dan HIDUP! 

Dear Najwa, happy birthday. 
Tahun ini aku sebenarnya ingin memberimu kartu ucapan seperti dua tahun lalu. Tapi aku sadar, Nenek sudah meninggal, dan kau tak lagi aktif di sekolah itu. Aku juga sempat berpikir membelikan kue ulang tahun lalu menyuruh gojek mengantar ke sekolah tapi aku sadar tahun ini kau berulang tahun tepat di 1 Ramadhan (bukankah itu luar biasa, anakku?) Selain itu, kau juga pasti sudah dipindahkan ke sekolah yang aku takkan tahu lagi dimana. Dan lihatlah anakku, bukankah akhirnya masa ini datang? Januari tahun ini kau sempat memintaku menunda kepulanganku ke Auckland, dan menunggu hingga kau lulus SD tapi bukankah akhirnya meski kita satu kota aku tak bisa lagi menemuimu. Aku tak tahu kau di sekolah mana saat ini dan pasti pengawasan atasmu lebih ketat lagi. Ku pikir kau pasti bukan di sekolah umum seperti SD mu saat ini dimana aku dan nenek bisa datang menjengukmu. So, meskipun aku tak pulang ke Auckland, kita tetap tak bisa bertemu lagi. Jadi aku memutuskan memeliharamu dalam doa doa panjangku, dan selalu bersangka baik pada Takdir Allah SWT. Dan aku terlalu yakin, pada saat-Nya kau dan aku akan Ia Kumpulkan kembali. Allah terlalu luar biasa dengan segala takdir-Nya anakku, percayalah. Akan ada hari dimana kau dan aku beremu lagi. Dan sementara kita belum bertemu, doa, itulah penghubung aku dan dirimu. 

Dear Najwa, happy birthday. 
Aku ingin kau tetap ceria, tetap bahagia, tetap bersangka baik pada Allah SWT. Dan jadikan Allah sebagai SATU SATUNYA peganganmu dalam hidup ini. Kau tak perlu bersedih dengan kondisi hidup kita saat ini, karena percayalah, doaku selalu mengelilingimu. Tidak ada satu sujud pun dalam shalatku yang tidak tersebut namamu. Please don't be sad dengan keadaan anak anak lain karena banyak orang hebat justru dilahirkan dari kemalangan anakku. Jadi dikelilingi fasilitas itu bukan jaminan orang itu akan sukses. Suatu saat, percayalah, kau mungkin akan sekolah ke luar negeri sementara anak anak lain yang mengolok olokmu saat ini, cuma bisa melihat kesuksesanmu di negara lain. Kau akan meraih beasiswa, atau kau akan ku sekolahkan di negara Barat dimana persamaan dan kemanusiaan dijunjung tinggi. Dimana kulit mu tidak akan diolok olok bahkan kau dianggap cantik oleh orang orang di sekitarmu. Kau akan jadi manusia bahagia, di negara lain, sementara tukang olok olok itu hanya akan bertahan di tempurung mereka saja. Tidak kemana mana. Tunggu saja, masa itu akan datang, anakku. 

Dear Najwa, happy birthday. 
Aku akan terus menulis untukmu. Kau akan terus menemukan tulisan tulisanku selama aku masih bernafas dan masih hidup. Semoga usiamu barokah, sebentar lagi kau akan mulai baligh, kau akan mengalami menstruasi dan itu berarti kau sudah tak boleh meninggalkan ibadah rutin seperti shalat. Dimana pun kau berada, apapun yang terjadi dalam hidupmu, jangan pernah tinggalkan shalat. Karena itu adalah penghubung kita dengan Rabb! Semoga kau bahagia dimana pun kau berada saat ini. Semoga kau bisa makan KFC (yang kau sebut dengan makan SIP dulu waktu kau kecil), semoga kau tetap tumbuh menjadi anak yang penuh cinta. Kuat tapi tidak menindas. Dan tetap fokus dengan doa. Percayalah Allah SWT selalu Bersama kita. Suatu saat kita akan berkumpul lagi. Jika tidak di dunia ini, maka masih ada akhirat menanti. 

Sudah hampir tengah malam di Auckland. Selamat ulang tahun ya nak, happy Ramadhan juga, semoga selalu Dimudahkan Allah kita beribadah di bulan suci ini. Kami, selalu berdoa untukmu, dan pada saat-Nya kita akan berkumpul kembali.  Amin. 

Auckland, 16 Mei 2018, 
Jam 11:24 malam. 
36 menit menuju tanggal 17 Mei. 
Happy birthday, Najwa. 

With all love and prayer, 

-ME-




Thursday 10 May 2018

A SPIRITUAL JOURNEY IN LIFE PART 1: CHOOSING THE RIGHT AGENT


Haji. Bagi saya ini seperti ibadah yang sangat tinggi dan hanya orang orang yang benar benar beriman dan mampu secara fisik dan finansial yang bisa menjalaninya. Terus terang saya bukan orang yang bermimpi besar akan menjalani perjalanan ini. Satu, dulu saya sering sakit perut aneh yang membuat saya tidak bisa beraktifitas lancar seperti orang lain. Jangankan hendak perjalanan jauh, ke Balikpapan saja dulu saya takut padahal itu Cuma perjalanan 3 jam dari Samarinda. Dua, saya ini penakut naik pesawat. Kalau ada pesawat yang Cuma sejam atau semenit saya lebih baik naik itu hehe. Tidak bisa membayangkan duduk berjam jam lamanya di pesawat menuju ke suatu tempat. Tiga, uangnya darimana. Jangankan memikirkan biaya haji yang puluhan bahkan ratusan juta itu, bayar kos saja 750 ribu di tahun 2014 itu saya harus kerja di dua tempat. Empat, ya elah iman saya saja masih on off, beragama masih koboy, masak mimpi naik haji. Begitulah pikiran saya.

Selain itu saya kurang support dengan (maaf) kebiasaan orang kita yang mencantumkan gelar religius ini di depan nama mereka, bahkan sering marah atau tersinggung jika sudah naik haji terus kita lupa panggil dengan Pak Haji atau Bu Hajjah. Menurut saya, ini sesuatu yang tak perlu di mention. Yes, I know, melakukannya memang berat, perlu dana, waktu, tenaga yang tidak sedikit, sehingga harus dihargai, tapi bukankah sebaiknya cukup orang tahu kita berangkat, share hal hal yang bermanfaat, then kalau pulang yo wis, perbaiki diri terus. Bukan terlena dengan gelar itu, seolah olah kita sudah jadi manusia pilihan Tuhan. Saya memang bukan termasuk manusia yang senang dengan gelar gelar. Menurut saya, everyone is equal, kita ini MANUSIA, yang membedakan hanya KUALITAS IMAN kita. Itu saja.

Anyway, di tengah tidak adanya faktor dukungan untuk berhaji itu, baik segi finansial, iman, fisik, mental, Allah Takdirkan saat ini saya sedang kuliah PhD di luar negeri. Yang ajaib, saya malah ketemu jodoh disini dan jodoh saya seorang muslim kiwi. Kami pun sebenarnya tidak pernah berambisi untuk ke tanah suci, hanya tahun lalu kami tiba tiba ber nazar akan hal ini. Itu pun karena saat itu saya sedang menghadapi hal yang rumit di tanah air dan you know, saat kita berada dalam kesulitan, kita selalu berdoa lebih kencang dari biasanya. Dan keluarlah kalimat itu “if Allah proceeds our process, let’s do hajj next year”. Padahal harganya saja belum tahu, kerumitan urusannya juga masih buta, sudah “lancang” ingin berhaji. Dan tunangan saya waktu itu pun mengiyakan. Dan alhamdulillah, urusan saya memang BENAR BENAR DILANCARKAN. So, here we are berusaha mewujudkan nazar kami, dari luar negeri.

Berangkat haji dari luar negeri itu ada untung ruginya. Untungnya, space terbuka LEBAR. Apalagi di negara Barat seperti New Zealand ini, sangat sedikit mereka yang hendak ber haji. Jika pun ada, biasanya sudah cukup berumur dan itu pun bukan orang NZ asli. Biasanya mereka orang India atau Pakistan yang sudah tinggal lama di NZ. Sehingga, asal kita hendak ber haji, biasanya bisa berangkat on the year. Ruginya, karena jarang yang hendak beribadah ini, travel yang mengurusi juga sedikit, dan menurut saya, service nya kurang kompetitif dengan harga yang MELAMBUNG (apalagi pakai kurs dollar). Memilih travel yang akan mengurusi perjalanan ini pun susah susah gampang. Apalagi yang menjalankan bukan orang NZ asli tapi pendatang seperti India, Srilanka atau Pakistan. Yaaa beda saja sih,sepertinya kalau westerner yang mengurusi akan jauh lebih profesional. 

Anyway, diantara dua agen yang saya temui, satu adalah agen besar bermarkas di Australia dan NZ (sebutlah agen A), sedangkan yang satu NZ dan Fiji (agen B). Agen A sudah saya hubungi sejak awal Maret, tapi SLOOOOW banget jawab email. Jadi keki. Telpon pun kadang tidak diangkat. Mungkin karena base mereka di Australia. Saya bertanya masalah student visa saya yang masih belum jelas apakah boleh melamar visa haji lewat NZ. Akhirnyaaaa setelah menunggu lamaaaa, 2 minggu lalu mereka membalas email saya dengan SORRY, WE CAN’T HELP YOU ON THIS.  Mengecewakan, apalagi harga mereka jauh lebih murah dari travel B.

Long story short, travel B tiba tiba menghubungi kami malam Jumat minggu lalu. Itu karena saya pernah menulis expression of interest ke mereka. Dan travel B ini meyakinkan bahwa VISA SAYA BOLEH MELAMAR HAJI. Saya jelas tidak percaya dong. Apalagi travel A sudah menyebut mereka sudah dikonfirm oleh konsulat Arab Saudi di Auckland. Akhirnya, saya sendiri yang telpon ke konsulat Arab Saudi. Dan akhirnya dikonfirm boleh melamar haji. Lega.

Untuk service sendiri, travel B yang lebih mahal memang tampak jauh lebih profesional. Web mereka interaktif, bahkan kita bisa melihat berapa jumlah uang yang kita bayarkan dan berapa sisanya. Lalu semua jamaah dikumpulkan di FB page, ada juga WA grup untuk hajj class. Hotel mereka juga di swissotel Makkah di Makkah tower, di ring terdekat dengan Ka’bah, dan yang di Madinah di Movenpick, NO AZIZIYAH apartment. Saya juga baru ngeh aziziyah apartment ini adalah apartemen penduduk Makkah yang bisa disewa selama musim haji (tentu dengan harga yang lebih murah dari hotel). Resiko di Aziziyah, kita akan sering packing dan unpacking, yang membuat lelah jamaah. Kalau di hotel, apalagi yang paling dekat dengan Ka’bah, kelelahan itu bisa dikurangi. Email saya juga berbalas cepat dengan customer service yang bukan orang India atau Pakistan sepertinya (namanya Hesham Jones), dan Inggrisnya oke. Selain itu mereka tidak terbang langsung ke Jeddah tapi berhenti semalam di Kolombo, Srilanka untuk istirahat di hotel di Srilanka yang juga ditanggung travel. Lalu akan ada kelas haji (4 kali sebelum berangkat), lunch provided, dengan shekh lulusan Makkah (katanya). Yang termahal ya hotel itu yang mencapai 41 juta untuk 10 hari di Mekkah dan 9 hari di Medinah. Itu pun kami tidak bertahan selama itu di Madinah, hanya 2 hari, kami kembali bertolak ke Auckland (with extra charge hehe). Dan akhirnya, dengan berbagai pertimbangan, bismillahirrahmaannirrahiim, kami memutuskan melaksanakan perjalanan ini melalui travel B. Lebih mahal 10 jutaan, tapi lebih terjamin akan diurusi (sepertinya) hehe.



Dan saat kami menerima bukti pembayaran via email tersebut hari ini, rasanya ajaib sekali. Rasanya tidak mungkin kami mampu (dengan saya yang cuma kerja serabutan sana sini dan RC yang cuma guru TK di Auckland), tapi Alhamdulillah. Apalagi mengingat betapa tidak punya nya saya saat tiba di Auckland. Benar benar mampu menguras air mata.

There you go. I tell you the story. Perjuangan kami masih jauh untuk trip ini. Meski sudah di konfirm konsulat, saya masih ketar ketir dengan status student visa saya melamar haji. Tapi semuanya sudah Digariskan Allah SWT. Kita ini hanya menjalani saja. Setidaknya satu lagi pengalaman saya bertambah, tahu seluk beluk bagaimana orang pergi haji dari luar negeri. Doakan perjuangan kami untuk nazar besar ini yah. Amiin. Semoga bermanfaat, amin. 

Monday 30 April 2018

Selamat menempuh ujian nasional, Najwa


Dear Najwa,

Berdasarkan info di internet, aku tahu bahwa tanggal 3-5 Mei nanti kau akan menjalani salah satu tes yang serius dalam hidupmu, USBN kalau dulu di zamanku namanya EBTANAS. Ujian Nasional intinya. Aku tahu mungkin saat ini kau pasti sedang mempersiapkan diri. Kau pasti sedang gugup, takut tidak bisa mengerjakan soal. Dan aku, seperti biasa hanya bisa mendoakanmu disini.

Aku juga tahu kau tak seberuntung anak anak lain yang dilepas oleh ibu mereka di gerbang sekolah, yang mungkin disiapkan bekalnya di hari hari ujian nasional lalu mereka masih bisa berbalik dan melihat ibu ibu mereka tersenyum dan berkata “kamu pasti bisa”. Kau tak seberuntung itu anakku, aku tahu itu. Dan situasi bertambah sulit karena nenek pun sudah meninggal dan tidak bisa lagi menemuimu di sekolah lalu menghubungkanmu denganku disini. Bahkan jika pun aku di tanah air saat ini, hanya tinggal hitungan hari kau akan pindah ke sekolah dimana aku tak bisa lagi menemuimu dan sama seperti halnya saat ini, kita hanya akan terhubung dengan doa. Aku tahu kau tak seberuntung anak anak lain itu. Saat ini dengan kekuatan anak anak mu, kau berusaha tegar dan menjalani ujian nasional itu. Dan mungkin karena itu tadi malam aku bermimpi kau mengejar, memelukku dan berkata “I miss you”. So kupikir hari ini aku harus menulis ini untukmu.

Melalui tulisan ini aku hanya ingin bercerita bagaimana aku melewati ujian nasionalku. Terus terang aku jauh lebih beruntung darimu, nenek dulu sangat memperhatikan dan mendoakan, meski tidak menuntut harus berhasil. Kau harus tahu bahwa ibumu ini tidak pernah dituntut harus berhasil oleh nenek. Malah nenek marah kalau aku ini belajarnya kelewatan hehe. Apalagi dulu itu sekolahku kebakaran tepat beberapa bulan sebelum Ebtanas. Akhirnya aku harus belajar numpang di sekolah lain, salah satunya aku pernah ikut belajar Matematika di sekolahmu sekarang, karena guru Matematika yang melatih kami dulu guru Matematika di SD mu sekarang. Waktu itu, ibumu yang pemalu ini mulailah berbaur dengan anak anak lain yang menurut pandanganku dulu JAUH LEBIH KAYA, JAUH LEBIH PINTAR, JAUH LEBIH HEBAT, JAUH LEBIH BERUNTUNG.  

Oh aku juga lupa, justru di hari Ebtanas itu nenek dengan kai berangkat naik haji. Jadi basically, aku pun ujian Ebtanas tanpa kai dengan nenek. Aku belajar dari buku dan kau pasti tahu betapa gilanya aku belajar. Dan mulailah aku mengerjakan ujian itu. Dan di luar dugaan, nilai ibumu ini meraih nilai tertinggi. Jadi anakku, tidak penting seberapa fasilitas yang kita punya, yang harus kita miliki itu adalah SEMANGAT pantang menyerah. Biarpun sekolahku dulu kebakaran, aku tak punya buku selengkap anak anak lain, bahkan percayalah anakku, S3 ku disini pun ku rintis dari sebuah kamar kos, dengan buku TOEFL pinjaman dari kawan, dengan dana yag dikumpulkan dari sana sini. Jadi sebanyak apapun fasilitas yang kita punya, tentu menyenangkan kalau kita punya semua itu, tapi itu tidak menjadi faktor penentu keberhasilan anakku. Ada banyak anak anak yang dimanjakan dengan fasilitas tapi akhirnya jadi terlena. Dan ada banyak juga anak anak yang tidak memiliki fasilitas tapi bisa berhasil dalam banyak hal. 

Tapi kau tak perlu khawatir anakku. Seperti halnya nenek, aku takkan pernah menuntutmu untuk jadi nomer satu. Yang penting terus berusaha, tetap pantang menyerah, dan JUJUR itu yang penting. Apapun hasil yang kau dapatkan, aku yakin itu adalah yang terbaik. Terus terang aku bukan ibu yang ingin kau meraih apa yang ku raih. Aku yakin kau pasti memiliki jalanmu sendiri, dan sukses itu tidak didefinisikan dari nilai ujian nasional saja anakku. Ada banyak orang jenius yang malah tidak berhasil di sekolah tapi malah menciptakan sesuatu yang luar biasa. Albert Einstein contohnya. Jadi, kau tak perlu khawatir dengan ujian ini. Tentu kau harus belajar, harus berdoa, tetap berusaha, itu pasti. Lalu kerjakan soal itu dengan hati hati, teliti, penuh pemikiran, tapi kau tak perlu khawatir dengan hasilnya. Hidup ini terlalu singkat kalau selalu kita isi dengan kekhawatiran.

So be happy, Najwa. Tetap semangat. Aku tahu aku takkan tahu berapa hasil USBN yang akan kau dapatkan, dan setelah ini kau akan dipindahkan ke sekolah dimana aku tak bisa lagi menemuimu di sekolah, tapi percayalah, jauh disini aku terus mendoakanmu, menitipkanmu bukan pada manusia, tapi pada Ia yang Memiliki seluruh alam semesta ini. Aku yakin doa doa panjangku ini akan sampai padamu dan kau pasti merasakan itu. Pada saat-Nya, pada saat qadar takdir perpisahan ini terpenuhi, pada saat yang sudah Ditulis Allah di Lauhul Mahfuz itu nanti, kita akan bertemu lagi. Mungkin kau akan kuliah di New Zealand, mungkin kita akan berlibur bersama di Auckland, aku sangat yakin, suatu saat Allah akan Kumpulkan kita lagi. Aku tidak menitipkanmu pada manusia, anakku, aku menitipkanmu pada Allah. Dan itu adalah buhul yang amat kuat.

Dan itu juga yang harus kau coba lakukan. Berusahalah anakku, tapi pada saat yang sama, serahkan semua hasil usahamu pada Allah SWT. Kita ini cuma manusia, kita cuma bisa berusaha, yang berhak menentukan hasil usaha kita itu Allah SWT. Dan jangan khawatir, sukses itu tidak hanya di sekolah saja anakku. Ibumu ini sudah bertemu banyak manusia sukses dan tidak semua dari mereka berasal dari sekolah. Kau bisa jadi apapun yang kau bahagia lakukan. Bahagia, itu saja yang kuharapkan akan kau lakukan dalam hidupmu. Do what makes you happy, anakku.

Good luck dengan ujian nasionalmu. Aku pun disini masih terus bergulat dengan perjuangan PhDku. Mari saling memanjat gunung pencapaian, anakku. Pada saat-Nya, kita bisa membangun jembatan dari puncak mu atau dari puncakku, dan kita akan bertemu.
Meanwhile, biar doa yang menyatukan kita. Alhamdulillah, kita masih berada di bawah langit yang sama, anakku.
Semoga berhasil, aku selalu mendoakanmu. You are always in my thoughts and in my prayer. Always.

Auckland, 1 Mei 2018,
-Me-



Thursday 26 April 2018

What a marriage life! Catatan Mrs. Church


Dear life.
Saat ini kau menempatkanku pada keadaan yang sangat tenang, keadaan penuh cinta. Kadang kadang aku pun tak percaya kini aku memiliki seseorang yang luar biasa romantis dan menyayangiku sepenuh hatinya. Well, aku sudah terbiasa dikecewakan, so saat aku menerimanya pun aku berpikir mungkin ia akan berubah begitu pernikahan dimulai. Tapi ternyata aku salah. Apa yang kurasakan saat ini penuh dengan ketenangan, kebahagiaan.

Tawa. Itu yang banyak kudapati di pernikahan ini. Ia begitu mudah membuatku tertawa, bahkan tersenyum sendiri ingat betapa banyak kalimat gombalnya yang selalu ia katakana sebagai FAKTA itu mampu membuatku tersenyum sinting sendirian. Seperti tadi malam, seperti biasa aku ke wc sekitar jam 4. Begitu aku kembali, area tidurku sudah ditempatinya. Lalu aku bertanya dengan suara manjaku “honey, my space naaah”. Dan ia pun berkata diantara tidurnya “I was looking for you, darling. The bed is not the same without you”. Atau “I am warming the bed for you, darling. So you won’t be cold when you come back to my arms”. OMG, siapa yang tidak senyum sinting mendengar kalimat seperti itu, meskipun mungkin itu gombal hehe. But it works.

Sebelumnya ia memeluk sebelum kami tidur dan berkata “I can’t get sick of your body. It is so nice, I love you, my darling”. Kalimat yang juga bikin meleleh. Kali lain ia berkata “your skin is so nice, darling, so smooth”.  Can you believe that? Saya yang cuma item kelas bawah kalau di Indonesia ini tiba tiba jadi item SO NICE oleh seorang bule di Auckland hahaha. Well, life is full of surprises sometimes.

Sore ini saat ia tiba di rumah, saya seperti biasa, menghambur ke pelukannya. Lalu kami saling melepas rindu setelah hamper 8 jam tidak bertemu. Setelah itu, seperti biasa saya membuatkannya lemon drink. Lalu setengah menggoda bilang “I will spit (meludah) on your lemon drink”. Dan ia berkata “oh please, darling, isn’t when we kiss you always give your saliva to me? And I LOVE it!”. Nah kalimat itu bikin saya mesem mesem lagi saat ini haha.

Not to mention sepanjang malam kami selalu bersentuhan, skin to skin contact. Dan it feels amazing. Awalnya saya agak kikuk karena terus terang saya belum pernah sleeping naked bahkan meskipun dulu saat saya single, apalagi ini berdua hahaha. Then one night I tried. Dan itu memang releasing banget dan saya begitu menikmati sentuhan langsung dengan kulitnya. Dan ia mengakui bahwa baru dengan saya ia merasakan begitu nikmatnya skin to skin contact itu.

Hidup kami begitu damai disini. Saya tetap puasa Senin Kamis, setiap Sabtu ia akan membawakan makanan take away, lalu Minggu malam ia akan mengajak saya berkencan. Ini lain lagi. Di jalan saat berkencan itu, ia akan selalu menggenggam tangan saya. Kadang tiba tiba nge kiss in public as di Auckland semua orang biasa saja melihat a couple kissing. Lalu di restoran ia akan membukakan kursi, membuka jaket saya, lalu di tengah makan atau memesan menu, ia akan menatap saya lalu bilang “wow”. Kadang ia sampai berdiri dari sisi mejanya hanya untuk memberikan a kiss on my lips. Senang diperlakukan seperti itu, dan kadang ada saja saya lihat pengunjung lain yang senyum senyum melihat kami.

Kamar kami selalu penuh dengan wangi bunga yang ia hadiahkan dua kali sebulan. Bunga tanggal 11 karena saya lahir tanggal itu dan bunga tanggal 22 karena itu tanggal kami bertemu. Saya benar benar dimanjakan oleh romansa seorang bule yang gentle dan selalu ingin doing right termasuk dalam memperlakukan wanitanya. Dan ia selalu menyebut saya sebagai “the gift from Allah”. Huah, senangnya! Saya merasa sangat berarti!

Dan amazingly, ia tak pernah mau jauh dari saya (padahal belum di pelet itu hahaha). Saat makan ia akan menyentuh kaki saya. Saat nonton tivi, ia akan memangku saya. Saat tidur, ia akan memeluk saya, bahkan saat ke toilet ia akan mencari saya di antara tidurnya. Bahkan di tengah menulis ini, sudah beberapa kali saya berhenti sejenak karena ia datang dari meja belajarnya dan memberikan kecupan atau pun hanya sekedar belaian di rambut saya sambil bertanya “how is it going, darling?”

Sungguh suatu kenikmatan tiada tara. Bersandar di bahunya, tidur di atas dadanya, terasa sekali sekarang saya dilindungi olehnya. Hingga kadang saya takut ia Diambil Allah lebih cepat dari saya. I really don’t know how to continue my life without him by my side. Dan saya ini sesungguhnya penyendiri kelas tinggi. Jika saya sudah begitu tergantung dengannya seperti saat ini, maka lelaki ini pasti luar biasa dalam melekatkan dirinya dengan saya (pakai lem super kayaknya) sehingga ia bisa meruntuhkan pertahanan saya yang tidak ingin terlalu dekat dengan manusia karena saya takut tersakiti.

Did I tell you bahwa setiap pagi juga ia akan menggendong saya ke toilet? Ini karena saya pernah bercanda “can you pee for me, darling?” hahaha. Dan ia benar benar melaksanakannya. Ia berjanji karena saya terlalu malas berjalan ke wc, ia akan menggendong saya setiap pagi. I think it was cuma gombal, but nope, he does it, every morning.

Dan malam ini, saya melihat foto lamanya ini. I can’t believe lelaki dengan bibir setipis ini bisa jatuh cinta pada saya yang biasa biasa ini hahaha. Mau menunggu saya menuntaskan urusan saya dengan masa lalu, bahkan berkenan membayar pengacara, lalu begitu saya tiba di Auckland, ia menikahi saya dengan dua hukum sekaligus, Islam dan Internasional.

And he is amazingly playful on bed. Mungkin karena bule hahaha jadi permainannya lebih canggih hahaha. Kadang saya merasa seperti Anna dalam Fifty Shades of Grey. Gileee perlengkapannya canggih haha, bahkan ia sering bercanda ia “hafal” anatomi tubuh saya hahahah. Amazing husband.
Belum lagi, karena ia bule, ia begitu rajin dan disiplin. Kadang saya terharu saat bangun ia sedang membersihkan dapur, atau toilet atau nge vakum saat minggu pagi. Oh ya, ia juga selalu memasak makanannya sendiri dan tugas saya Cuma bikini sandwich yang tinggal oles mentega itu lalu diisi ma keju, selesai hehe. Simple banget itu pun terima kasihnya luar biasa. Whoa, benar benar lelaki baik hati!

Bahagia. Itu mungkin yang bisa saya ungkapkan. Pernikahan ini begitu menyenangkan. Begitu menyenangkan. Alhamdulillah Allah Memberi saya kesempatan kedua. A descent one. 

Auckland, 26 April 2018
A very happy wife,

-Mrs. Church-