Thursday 10 May 2018

A SPIRITUAL JOURNEY IN LIFE PART 1: CHOOSING THE RIGHT AGENT


Haji. Bagi saya ini seperti ibadah yang sangat tinggi dan hanya orang orang yang benar benar beriman dan mampu secara fisik dan finansial yang bisa menjalaninya. Terus terang saya bukan orang yang bermimpi besar akan menjalani perjalanan ini. Satu, dulu saya sering sakit perut aneh yang membuat saya tidak bisa beraktifitas lancar seperti orang lain. Jangankan hendak perjalanan jauh, ke Balikpapan saja dulu saya takut padahal itu Cuma perjalanan 3 jam dari Samarinda. Dua, saya ini penakut naik pesawat. Kalau ada pesawat yang Cuma sejam atau semenit saya lebih baik naik itu hehe. Tidak bisa membayangkan duduk berjam jam lamanya di pesawat menuju ke suatu tempat. Tiga, uangnya darimana. Jangankan memikirkan biaya haji yang puluhan bahkan ratusan juta itu, bayar kos saja 750 ribu di tahun 2014 itu saya harus kerja di dua tempat. Empat, ya elah iman saya saja masih on off, beragama masih koboy, masak mimpi naik haji. Begitulah pikiran saya.

Selain itu saya kurang support dengan (maaf) kebiasaan orang kita yang mencantumkan gelar religius ini di depan nama mereka, bahkan sering marah atau tersinggung jika sudah naik haji terus kita lupa panggil dengan Pak Haji atau Bu Hajjah. Menurut saya, ini sesuatu yang tak perlu di mention. Yes, I know, melakukannya memang berat, perlu dana, waktu, tenaga yang tidak sedikit, sehingga harus dihargai, tapi bukankah sebaiknya cukup orang tahu kita berangkat, share hal hal yang bermanfaat, then kalau pulang yo wis, perbaiki diri terus. Bukan terlena dengan gelar itu, seolah olah kita sudah jadi manusia pilihan Tuhan. Saya memang bukan termasuk manusia yang senang dengan gelar gelar. Menurut saya, everyone is equal, kita ini MANUSIA, yang membedakan hanya KUALITAS IMAN kita. Itu saja.

Anyway, di tengah tidak adanya faktor dukungan untuk berhaji itu, baik segi finansial, iman, fisik, mental, Allah Takdirkan saat ini saya sedang kuliah PhD di luar negeri. Yang ajaib, saya malah ketemu jodoh disini dan jodoh saya seorang muslim kiwi. Kami pun sebenarnya tidak pernah berambisi untuk ke tanah suci, hanya tahun lalu kami tiba tiba ber nazar akan hal ini. Itu pun karena saat itu saya sedang menghadapi hal yang rumit di tanah air dan you know, saat kita berada dalam kesulitan, kita selalu berdoa lebih kencang dari biasanya. Dan keluarlah kalimat itu “if Allah proceeds our process, let’s do hajj next year”. Padahal harganya saja belum tahu, kerumitan urusannya juga masih buta, sudah “lancang” ingin berhaji. Dan tunangan saya waktu itu pun mengiyakan. Dan alhamdulillah, urusan saya memang BENAR BENAR DILANCARKAN. So, here we are berusaha mewujudkan nazar kami, dari luar negeri.

Berangkat haji dari luar negeri itu ada untung ruginya. Untungnya, space terbuka LEBAR. Apalagi di negara Barat seperti New Zealand ini, sangat sedikit mereka yang hendak ber haji. Jika pun ada, biasanya sudah cukup berumur dan itu pun bukan orang NZ asli. Biasanya mereka orang India atau Pakistan yang sudah tinggal lama di NZ. Sehingga, asal kita hendak ber haji, biasanya bisa berangkat on the year. Ruginya, karena jarang yang hendak beribadah ini, travel yang mengurusi juga sedikit, dan menurut saya, service nya kurang kompetitif dengan harga yang MELAMBUNG (apalagi pakai kurs dollar). Memilih travel yang akan mengurusi perjalanan ini pun susah susah gampang. Apalagi yang menjalankan bukan orang NZ asli tapi pendatang seperti India, Srilanka atau Pakistan. Yaaa beda saja sih,sepertinya kalau westerner yang mengurusi akan jauh lebih profesional. 

Anyway, diantara dua agen yang saya temui, satu adalah agen besar bermarkas di Australia dan NZ (sebutlah agen A), sedangkan yang satu NZ dan Fiji (agen B). Agen A sudah saya hubungi sejak awal Maret, tapi SLOOOOW banget jawab email. Jadi keki. Telpon pun kadang tidak diangkat. Mungkin karena base mereka di Australia. Saya bertanya masalah student visa saya yang masih belum jelas apakah boleh melamar visa haji lewat NZ. Akhirnyaaaa setelah menunggu lamaaaa, 2 minggu lalu mereka membalas email saya dengan SORRY, WE CAN’T HELP YOU ON THIS.  Mengecewakan, apalagi harga mereka jauh lebih murah dari travel B.

Long story short, travel B tiba tiba menghubungi kami malam Jumat minggu lalu. Itu karena saya pernah menulis expression of interest ke mereka. Dan travel B ini meyakinkan bahwa VISA SAYA BOLEH MELAMAR HAJI. Saya jelas tidak percaya dong. Apalagi travel A sudah menyebut mereka sudah dikonfirm oleh konsulat Arab Saudi di Auckland. Akhirnya, saya sendiri yang telpon ke konsulat Arab Saudi. Dan akhirnya dikonfirm boleh melamar haji. Lega.

Untuk service sendiri, travel B yang lebih mahal memang tampak jauh lebih profesional. Web mereka interaktif, bahkan kita bisa melihat berapa jumlah uang yang kita bayarkan dan berapa sisanya. Lalu semua jamaah dikumpulkan di FB page, ada juga WA grup untuk hajj class. Hotel mereka juga di swissotel Makkah di Makkah tower, di ring terdekat dengan Ka’bah, dan yang di Madinah di Movenpick, NO AZIZIYAH apartment. Saya juga baru ngeh aziziyah apartment ini adalah apartemen penduduk Makkah yang bisa disewa selama musim haji (tentu dengan harga yang lebih murah dari hotel). Resiko di Aziziyah, kita akan sering packing dan unpacking, yang membuat lelah jamaah. Kalau di hotel, apalagi yang paling dekat dengan Ka’bah, kelelahan itu bisa dikurangi. Email saya juga berbalas cepat dengan customer service yang bukan orang India atau Pakistan sepertinya (namanya Hesham Jones), dan Inggrisnya oke. Selain itu mereka tidak terbang langsung ke Jeddah tapi berhenti semalam di Kolombo, Srilanka untuk istirahat di hotel di Srilanka yang juga ditanggung travel. Lalu akan ada kelas haji (4 kali sebelum berangkat), lunch provided, dengan shekh lulusan Makkah (katanya). Yang termahal ya hotel itu yang mencapai 41 juta untuk 10 hari di Mekkah dan 9 hari di Medinah. Itu pun kami tidak bertahan selama itu di Madinah, hanya 2 hari, kami kembali bertolak ke Auckland (with extra charge hehe). Dan akhirnya, dengan berbagai pertimbangan, bismillahirrahmaannirrahiim, kami memutuskan melaksanakan perjalanan ini melalui travel B. Lebih mahal 10 jutaan, tapi lebih terjamin akan diurusi (sepertinya) hehe.



Dan saat kami menerima bukti pembayaran via email tersebut hari ini, rasanya ajaib sekali. Rasanya tidak mungkin kami mampu (dengan saya yang cuma kerja serabutan sana sini dan RC yang cuma guru TK di Auckland), tapi Alhamdulillah. Apalagi mengingat betapa tidak punya nya saya saat tiba di Auckland. Benar benar mampu menguras air mata.

There you go. I tell you the story. Perjuangan kami masih jauh untuk trip ini. Meski sudah di konfirm konsulat, saya masih ketar ketir dengan status student visa saya melamar haji. Tapi semuanya sudah Digariskan Allah SWT. Kita ini hanya menjalani saja. Setidaknya satu lagi pengalaman saya bertambah, tahu seluk beluk bagaimana orang pergi haji dari luar negeri. Doakan perjuangan kami untuk nazar besar ini yah. Amiin. Semoga bermanfaat, amin. 

No comments:

Post a Comment