Wednesday 16 May 2018

Dear Najwa, happy birthday!

Dear Najwa, 

Aku menulis ini setelah berlatih untuk simposium internasional akhir bulan ini. Sebenarnya aku ngantuk dan lelah sekali karena bekerja seharian ini tapi aku tak ingin momen ku terlewat untuk mengucapkan selamat ulang tahun untukmu, anakku. Seperti biasa, aku tak bisa mengucapkannya secara langsung padamu namun percayalah, kau, selalu dalam doa ku, doa kami, saat ini, aku dan Russell Church yang kini mendampingiku. 

Dear Najwa, happy birthday. 
Di ulang tahunmu yang ke-12 ini aku hanya ingin mengingatkan padamu bahwa kau anak yang hebat! Tidak semua anak mampu bertahan dalam keceriaan seperti yang kau tunjukkan jika mereka berada di posisimu. Kau sudah tak lagi mendapatkan kasih sayang seorang ibu di usiamu yang baru 6 tahun saat itu, saat kau dan aku dipisahkan oleh amarah orang orang yang merasa lebih berhak padamu, daripada aku. Aku tahu, hidupmu tidak mudah sejak saat itu. Di usia 6 tahun itu kau belajar membuat teh sendiri karena tidak ada lagi aku yang bisanya menyiapkan teh es di kulkas bahkan sebelum kau tiba dari sekolahmu. Aku selalu ingat akan hal itu. Aku juga tahu, berat bagimu menemukan kawan yang tulus, yang tidak membully dirimu hanya karena kulitmu jauh lebih gelap daripada anak anak lain yang merasa paling sempurna hanya karena kulit mereka. Percayalah anakku, KAU CANTIK. YOU ARE BEAUTIFUL. Kulit seperti kulitmu itu adalah kulit eksotis yang sangat cantik dimata orang luar negeri yang lebih akrab dengan perbedaan. Jadi kau tak perlu bersedih hati hanya karena olok olok kawanmu itu. Mereka TIDAK SIGNIFIKAN dalam hidupmu. 

Dear Najwa, happy birthday!
12 tahun yang lalu aku melahirkanmu. Saat itu setelah kau lahir bidan yang menanganiku menyatakan aku salah jahit dan mengalami infeksi di organ vitalku. Itu pun saat itu yang merawatmu kebanyakan aku dan nenek, aku basically banyak sendiri saat itu. Setelah salah jahit itu, aku jadi sering kena penyakit perut dan aku sudah tak bisa menahan kalau mau buang air besar, yah, that is true, anakku. Dan ada banyak saat dimana aku harus pakai pampers dewasa demi tetap bisa menjalankan aktifitas dan tidak terhambat oleh penyakit di tubuhku, dan kau lihat anakku, dengan jatuh bangun itu aku menyelesaikan gelar masterku di luar negeri. Lalu aku dapat beasiswa lagi ke negara lain lagi. Aku tidak menyerah dengan keadaan, anakku, dan itu yang ku harap bisa kau warisi untuk bekal hidupmu. Hidup tidak selalu sesuai dengan apa yang kita rencanakan, dan kita harus selalu siap dengan berbagai cara untuk tetap survive. Aku tak pernah menyesali salah jahit di tubuhku ini, karena melalui salah jahit ini, kau lahir ke dunia. Dan aku juga tak terlalu larut dalam kesedihan, setelah salah jahit itu, lalu membesarkanmu selama 6 tahun, kini aku dan keluargaku melihat mu pun saja tidak boleh seolah olah kami tak ada jasa membesarkanmu. Semua sudah Digariskan oleh Allah dan kita ini hanya menjalani saja. Aku hanya ingin kau lakukan satu hal untuk hidupmu: BE HAPPY, bagaimana pun hidup memperlakukan kita. Teruslah berbahagia dan berbuat baik, karena kalau kita tidak bahagia rasanya susah berbuat baik. Jadi apapun itu, anakku, jadilah anak yang berbahagia, no matter what. Aku takkan pernah menentang apapun keputusanmu dalam hidup, percayalah, kau akan selalu ku dukung untuk bahagia. Aku juga pernah tidak bahagia, mungkin kau dulu sering melihatku menangis, tapi kini, see, aku menemukan hidup yang sebenarnya, aku dihormati, dicintai dan dibahagiakan. Jadi jangan terlalu larut dalam kesedihan ya anakku, lift it up, kau tetap bisa bahagia.

Dear Najwa, happy birthday. 
Kau juga harus tahu ibumu ini jatuh bangun dalam cacian, hinaan, hujatan sejak aku (dianggap) meninggalkanmu. Aku tidak pernah meninggalkanmu, dan aku yakin kau tahu itu. Kau pasti ingat saat aku membawamu bersamaku ke tempat nenek dan lihatlah apa yang terjadi. Amarah, gedor pintu, seolah olah aku menculik dirimu. Maka hal itu bukan berarti aku meninggalkanmu, aku menyebut itu sebagai "aku dipisahkan darimu". Dan aku tak ingin ribut, itu saja, maka dari itu aku MENGALAH, aku MENJAUH dan PERGI. Dan terus terang sejak hidupku berlayar sendiri di tahun 2012 itu aku tak lagi perduli dengan ucapan orang. Yang penting aku harus tetap BERNAFAS, harus tetap HIDUP dan BERGERAK. Kau pun harus begitu, anakku. Tumbuhlah kuat tapi tidak menyakiti orang lain. Pilihlah untuk diam jika engkau disakiti dan menangislah hanya dengan Allah saja. Ia lah Penolong kita, anakku. Jadi manusia itu hanya sementara, dan kau tak perlu tergantung pada manusia. Bergantunglah hanya pada ALLAH, anakku, karena yang Menggenggam hati manusia itu ALLAH. Jadi biar saja, teman mem bully, mengolok, berbuat jahat, diam saja, fokus dengan doa, fokus dengan belajar, fokus dengan kebaikan. Masalah mereka nanti biar Allah saja yang Balas. Allah Maha Mendengar doa doa kita dan Ia tidak pernah tidur! Jadi, jangan terlalu sedih dengan olok olok teman dear Najwa, teruslah fokus dengan doa dan kebaikan. Tidak perlu terlalu bersedih dengan hal hal yang tidak signifikan. I know I know, sebagai manusia yang punya hati, kita pasti sakit, tapi kita juga harus tumbuh menjadi kuat anakku. Kita harus tetap BERNAFAS, BERGERAK dan HIDUP! 

Dear Najwa, happy birthday. 
Tahun ini aku sebenarnya ingin memberimu kartu ucapan seperti dua tahun lalu. Tapi aku sadar, Nenek sudah meninggal, dan kau tak lagi aktif di sekolah itu. Aku juga sempat berpikir membelikan kue ulang tahun lalu menyuruh gojek mengantar ke sekolah tapi aku sadar tahun ini kau berulang tahun tepat di 1 Ramadhan (bukankah itu luar biasa, anakku?) Selain itu, kau juga pasti sudah dipindahkan ke sekolah yang aku takkan tahu lagi dimana. Dan lihatlah anakku, bukankah akhirnya masa ini datang? Januari tahun ini kau sempat memintaku menunda kepulanganku ke Auckland, dan menunggu hingga kau lulus SD tapi bukankah akhirnya meski kita satu kota aku tak bisa lagi menemuimu. Aku tak tahu kau di sekolah mana saat ini dan pasti pengawasan atasmu lebih ketat lagi. Ku pikir kau pasti bukan di sekolah umum seperti SD mu saat ini dimana aku dan nenek bisa datang menjengukmu. So, meskipun aku tak pulang ke Auckland, kita tetap tak bisa bertemu lagi. Jadi aku memutuskan memeliharamu dalam doa doa panjangku, dan selalu bersangka baik pada Takdir Allah SWT. Dan aku terlalu yakin, pada saat-Nya kau dan aku akan Ia Kumpulkan kembali. Allah terlalu luar biasa dengan segala takdir-Nya anakku, percayalah. Akan ada hari dimana kau dan aku beremu lagi. Dan sementara kita belum bertemu, doa, itulah penghubung aku dan dirimu. 

Dear Najwa, happy birthday. 
Aku ingin kau tetap ceria, tetap bahagia, tetap bersangka baik pada Allah SWT. Dan jadikan Allah sebagai SATU SATUNYA peganganmu dalam hidup ini. Kau tak perlu bersedih dengan kondisi hidup kita saat ini, karena percayalah, doaku selalu mengelilingimu. Tidak ada satu sujud pun dalam shalatku yang tidak tersebut namamu. Please don't be sad dengan keadaan anak anak lain karena banyak orang hebat justru dilahirkan dari kemalangan anakku. Jadi dikelilingi fasilitas itu bukan jaminan orang itu akan sukses. Suatu saat, percayalah, kau mungkin akan sekolah ke luar negeri sementara anak anak lain yang mengolok olokmu saat ini, cuma bisa melihat kesuksesanmu di negara lain. Kau akan meraih beasiswa, atau kau akan ku sekolahkan di negara Barat dimana persamaan dan kemanusiaan dijunjung tinggi. Dimana kulit mu tidak akan diolok olok bahkan kau dianggap cantik oleh orang orang di sekitarmu. Kau akan jadi manusia bahagia, di negara lain, sementara tukang olok olok itu hanya akan bertahan di tempurung mereka saja. Tidak kemana mana. Tunggu saja, masa itu akan datang, anakku. 

Dear Najwa, happy birthday. 
Aku akan terus menulis untukmu. Kau akan terus menemukan tulisan tulisanku selama aku masih bernafas dan masih hidup. Semoga usiamu barokah, sebentar lagi kau akan mulai baligh, kau akan mengalami menstruasi dan itu berarti kau sudah tak boleh meninggalkan ibadah rutin seperti shalat. Dimana pun kau berada, apapun yang terjadi dalam hidupmu, jangan pernah tinggalkan shalat. Karena itu adalah penghubung kita dengan Rabb! Semoga kau bahagia dimana pun kau berada saat ini. Semoga kau bisa makan KFC (yang kau sebut dengan makan SIP dulu waktu kau kecil), semoga kau tetap tumbuh menjadi anak yang penuh cinta. Kuat tapi tidak menindas. Dan tetap fokus dengan doa. Percayalah Allah SWT selalu Bersama kita. Suatu saat kita akan berkumpul lagi. Jika tidak di dunia ini, maka masih ada akhirat menanti. 

Sudah hampir tengah malam di Auckland. Selamat ulang tahun ya nak, happy Ramadhan juga, semoga selalu Dimudahkan Allah kita beribadah di bulan suci ini. Kami, selalu berdoa untukmu, dan pada saat-Nya kita akan berkumpul kembali.  Amin. 

Auckland, 16 Mei 2018, 
Jam 11:24 malam. 
36 menit menuju tanggal 17 Mei. 
Happy birthday, Najwa. 

With all love and prayer, 

-ME-




Thursday 10 May 2018

A SPIRITUAL JOURNEY IN LIFE PART 1: CHOOSING THE RIGHT AGENT


Haji. Bagi saya ini seperti ibadah yang sangat tinggi dan hanya orang orang yang benar benar beriman dan mampu secara fisik dan finansial yang bisa menjalaninya. Terus terang saya bukan orang yang bermimpi besar akan menjalani perjalanan ini. Satu, dulu saya sering sakit perut aneh yang membuat saya tidak bisa beraktifitas lancar seperti orang lain. Jangankan hendak perjalanan jauh, ke Balikpapan saja dulu saya takut padahal itu Cuma perjalanan 3 jam dari Samarinda. Dua, saya ini penakut naik pesawat. Kalau ada pesawat yang Cuma sejam atau semenit saya lebih baik naik itu hehe. Tidak bisa membayangkan duduk berjam jam lamanya di pesawat menuju ke suatu tempat. Tiga, uangnya darimana. Jangankan memikirkan biaya haji yang puluhan bahkan ratusan juta itu, bayar kos saja 750 ribu di tahun 2014 itu saya harus kerja di dua tempat. Empat, ya elah iman saya saja masih on off, beragama masih koboy, masak mimpi naik haji. Begitulah pikiran saya.

Selain itu saya kurang support dengan (maaf) kebiasaan orang kita yang mencantumkan gelar religius ini di depan nama mereka, bahkan sering marah atau tersinggung jika sudah naik haji terus kita lupa panggil dengan Pak Haji atau Bu Hajjah. Menurut saya, ini sesuatu yang tak perlu di mention. Yes, I know, melakukannya memang berat, perlu dana, waktu, tenaga yang tidak sedikit, sehingga harus dihargai, tapi bukankah sebaiknya cukup orang tahu kita berangkat, share hal hal yang bermanfaat, then kalau pulang yo wis, perbaiki diri terus. Bukan terlena dengan gelar itu, seolah olah kita sudah jadi manusia pilihan Tuhan. Saya memang bukan termasuk manusia yang senang dengan gelar gelar. Menurut saya, everyone is equal, kita ini MANUSIA, yang membedakan hanya KUALITAS IMAN kita. Itu saja.

Anyway, di tengah tidak adanya faktor dukungan untuk berhaji itu, baik segi finansial, iman, fisik, mental, Allah Takdirkan saat ini saya sedang kuliah PhD di luar negeri. Yang ajaib, saya malah ketemu jodoh disini dan jodoh saya seorang muslim kiwi. Kami pun sebenarnya tidak pernah berambisi untuk ke tanah suci, hanya tahun lalu kami tiba tiba ber nazar akan hal ini. Itu pun karena saat itu saya sedang menghadapi hal yang rumit di tanah air dan you know, saat kita berada dalam kesulitan, kita selalu berdoa lebih kencang dari biasanya. Dan keluarlah kalimat itu “if Allah proceeds our process, let’s do hajj next year”. Padahal harganya saja belum tahu, kerumitan urusannya juga masih buta, sudah “lancang” ingin berhaji. Dan tunangan saya waktu itu pun mengiyakan. Dan alhamdulillah, urusan saya memang BENAR BENAR DILANCARKAN. So, here we are berusaha mewujudkan nazar kami, dari luar negeri.

Berangkat haji dari luar negeri itu ada untung ruginya. Untungnya, space terbuka LEBAR. Apalagi di negara Barat seperti New Zealand ini, sangat sedikit mereka yang hendak ber haji. Jika pun ada, biasanya sudah cukup berumur dan itu pun bukan orang NZ asli. Biasanya mereka orang India atau Pakistan yang sudah tinggal lama di NZ. Sehingga, asal kita hendak ber haji, biasanya bisa berangkat on the year. Ruginya, karena jarang yang hendak beribadah ini, travel yang mengurusi juga sedikit, dan menurut saya, service nya kurang kompetitif dengan harga yang MELAMBUNG (apalagi pakai kurs dollar). Memilih travel yang akan mengurusi perjalanan ini pun susah susah gampang. Apalagi yang menjalankan bukan orang NZ asli tapi pendatang seperti India, Srilanka atau Pakistan. Yaaa beda saja sih,sepertinya kalau westerner yang mengurusi akan jauh lebih profesional. 

Anyway, diantara dua agen yang saya temui, satu adalah agen besar bermarkas di Australia dan NZ (sebutlah agen A), sedangkan yang satu NZ dan Fiji (agen B). Agen A sudah saya hubungi sejak awal Maret, tapi SLOOOOW banget jawab email. Jadi keki. Telpon pun kadang tidak diangkat. Mungkin karena base mereka di Australia. Saya bertanya masalah student visa saya yang masih belum jelas apakah boleh melamar visa haji lewat NZ. Akhirnyaaaa setelah menunggu lamaaaa, 2 minggu lalu mereka membalas email saya dengan SORRY, WE CAN’T HELP YOU ON THIS.  Mengecewakan, apalagi harga mereka jauh lebih murah dari travel B.

Long story short, travel B tiba tiba menghubungi kami malam Jumat minggu lalu. Itu karena saya pernah menulis expression of interest ke mereka. Dan travel B ini meyakinkan bahwa VISA SAYA BOLEH MELAMAR HAJI. Saya jelas tidak percaya dong. Apalagi travel A sudah menyebut mereka sudah dikonfirm oleh konsulat Arab Saudi di Auckland. Akhirnya, saya sendiri yang telpon ke konsulat Arab Saudi. Dan akhirnya dikonfirm boleh melamar haji. Lega.

Untuk service sendiri, travel B yang lebih mahal memang tampak jauh lebih profesional. Web mereka interaktif, bahkan kita bisa melihat berapa jumlah uang yang kita bayarkan dan berapa sisanya. Lalu semua jamaah dikumpulkan di FB page, ada juga WA grup untuk hajj class. Hotel mereka juga di swissotel Makkah di Makkah tower, di ring terdekat dengan Ka’bah, dan yang di Madinah di Movenpick, NO AZIZIYAH apartment. Saya juga baru ngeh aziziyah apartment ini adalah apartemen penduduk Makkah yang bisa disewa selama musim haji (tentu dengan harga yang lebih murah dari hotel). Resiko di Aziziyah, kita akan sering packing dan unpacking, yang membuat lelah jamaah. Kalau di hotel, apalagi yang paling dekat dengan Ka’bah, kelelahan itu bisa dikurangi. Email saya juga berbalas cepat dengan customer service yang bukan orang India atau Pakistan sepertinya (namanya Hesham Jones), dan Inggrisnya oke. Selain itu mereka tidak terbang langsung ke Jeddah tapi berhenti semalam di Kolombo, Srilanka untuk istirahat di hotel di Srilanka yang juga ditanggung travel. Lalu akan ada kelas haji (4 kali sebelum berangkat), lunch provided, dengan shekh lulusan Makkah (katanya). Yang termahal ya hotel itu yang mencapai 41 juta untuk 10 hari di Mekkah dan 9 hari di Medinah. Itu pun kami tidak bertahan selama itu di Madinah, hanya 2 hari, kami kembali bertolak ke Auckland (with extra charge hehe). Dan akhirnya, dengan berbagai pertimbangan, bismillahirrahmaannirrahiim, kami memutuskan melaksanakan perjalanan ini melalui travel B. Lebih mahal 10 jutaan, tapi lebih terjamin akan diurusi (sepertinya) hehe.



Dan saat kami menerima bukti pembayaran via email tersebut hari ini, rasanya ajaib sekali. Rasanya tidak mungkin kami mampu (dengan saya yang cuma kerja serabutan sana sini dan RC yang cuma guru TK di Auckland), tapi Alhamdulillah. Apalagi mengingat betapa tidak punya nya saya saat tiba di Auckland. Benar benar mampu menguras air mata.

There you go. I tell you the story. Perjuangan kami masih jauh untuk trip ini. Meski sudah di konfirm konsulat, saya masih ketar ketir dengan status student visa saya melamar haji. Tapi semuanya sudah Digariskan Allah SWT. Kita ini hanya menjalani saja. Setidaknya satu lagi pengalaman saya bertambah, tahu seluk beluk bagaimana orang pergi haji dari luar negeri. Doakan perjuangan kami untuk nazar besar ini yah. Amiin. Semoga bermanfaat, amin.