Tuesday 30 December 2014

Farewell beautiful past, welcome bright future!

Hello, hello!

Ini menandai tulisan terakhir saya di thn 2014 ini. Bukan utk merayakan thn baru, sama sekali saya bukan tipe org yg ikut ikutan melakukan sesuatu hal hanya karena kebanyakan org melakukannya. Namun karena ini adalah perayaan umum, dan setiap kegiatan kita dimulai globally dengan januari, so wajarlah, jika saya memposting beberapa rencana saya di thn depan.

The past, 2014
Sekarang saya ingin me review beberapa hal yg telah saya capai di 2014. Alhamdulillah, meskipun 2014 masih thn peraliham bagi saya, setodaknya guncangan hidup itu tidak terlalu keras bagi saya. Istilahnya, meskipun pesawat saya harus landing dengan satu ban, saya berhasil mendaratkannya dengan tanpa guncangan yg merontokkan segalanya. Tahun ini saya berhasil menggenggam master kedua saya. Saya berhasil membuktikan pada siapa pun yg dua thn lalu meragukan saya, bahwa saya bisa. Saya lulus dengan predikat distinction, nilai IPK akhir saya 81.17 hingga saya terbuka lebar untuk doktoral. Saya memang bukan the top scorer di kelas saya, tapi diantara org asing yg menuntut ilmu di Mysore University, di jurusan kimia, saya adalah yg tertinggi. Dan saya pikir, ini patut saya syukuri, karena saya sekolah di tengah kehilangan, di tengah perubahan hidup, di tengah tdk adanya akses ke anak saya. Pun, Allah tdk pernah meninggalkan saya. Dan alhamdulillah, meskipun dasar ilmu kimia saya tdk se mumpuni org org lain, meskipun hidup saya carut marut, alhamdulillah, proyek "sakit hati" saya ke India membuahkan hasil. Saya berhasil menutup perjuangan saya di India dengan nilai super manis.

Tiba di tanah air, saya dihadapkan dengan pemotongan gaji. Saya dihadapkan dengan hidup sendiri dengan akses ke anak yg masih saja susah. Lagi lagi pesawat harus saya landing kan dengan guncangan se mulus mungkin. Jika pun ada guncangan, maka itu tidak boleh meruntuhkan semangat saya. Lalu saya pun berusaha mengirim lamaran, mencari penghasilan tambahan. Semata mata agar saya bisa membayar kamar kos, membantu org tua saya dan agar saya ttp bisa hidup. Saya tiba di Juli 2014, Agustus saya sdh mendapat panggilan. Saya tes, dan alhamdulillah lulus. Namun saya masih merasa biaya hidup masih belum tertutupi. Hidup saya habiskan dengan bekerja, bekerja bekerja. Sambil terus berusaha menemui anak saya. Kadang down dengan cibiran org, dgn susahnya akses menemui anak, namun saya tdk menyerah. Istilahnya seguncang apapun pesawat ini, saya harus mampu mendaratkannya dengan minimum impact. Pelan pelan saya lengkapi kenyamanan kamar saya, pelan pelan saya menata hidup saya. Dan dalam proses itu, saya sangat merasakan kehadiran Allah mencukupi apapun yg saya perlukan. Saya memang sendiri, namun justru pada saat saya tdk berharap pada siapa siapa, pengharapan saya pada Allah mencapai puncaknya. Saat tidak ada seorang pun yg menemani saya, Allah terus saya rasakan kehadiranNya. Segala sesuatu disiapkan Allah tepat pada waktu Nya. Sempurna.

Lalu di tengah aktifitas saya, saya mulai mencari peluang untuk sekolah lagi. Sekolah membuat saya jauh lebih bahagia daripada uang. Ilmu membuat saya bersemangat. Dan jika pun saya tdk cukup baik utk berkeluarga, maka semoga jihad saya utk menuntut ilmu akan jadi amal baik diri saya yg fakir ini. Saya mencermati segala peluang, mengontak negara negara yg kira kira bisa saya tembus. India tentu saja sangat berpotensi menjadi tujuan saya, tapi, sekali lagi, saya ingin mencoba di tempat lain. Saya ingin menajamkan riset skill saya. Maka negara berikutnya harus negara maju. Dan saya tdk menunggu org lain utk mewujudkan mimpi saya. Saya, dengan Allah Swt, yg akan mewujudkannya!

Dan tiba lah saya di penghujung thn ini. Saya telah diterima bekerja di sebuah lembaga bonafid di Samarinda. Penerimaan mereka sangat baik terhadap saya. Gaji dan sertifikasi saya akan segera aktif lagi. Saya menikmati kebersamaan saya dg mhswa dan murid murid saya. Saya terdaftar sebagai peserta TOEFL iBT sebagai persyaratan melamar beasiswa berikutnya. Aplikasi lamaran saya sedang dalam proses review di negara tujuan saya selanjutnya, India sedang memproses ijazah akhir saya, dengan masih terus membantu saya untuk mimpi doktoral saya. Rekomendasi berjalan, review berlangsung, saya melengkapi dokumem dan meningkatkan kualitas diri sembari menunggu Allah SWT Memutuskan yg terbaik untuk saya.

Lalu apa rencana saya thn depan?

The bright future, 2015.
Setelah berhasil menutup 2014 dengan banyak kenangan manis, kini saatnya saya bersiap di 2015. Berikut daftar hal yg telah menunggu saya thn depan.

Satu, Tembus TOEFL iBT
Saat ini saya tengah belajar tiap hari. Saya mengerjakan soal, me review kekuatan dan kelemahan saya, berlatih membuat essay, berbicara lugas dlm waktu terbatas, segala sesuatu yg diperlukan utk tembus nilai 90 dan essay minimal 21. Saya dapat banyak bantuan utk rencana ini. Manajer saya sgt mendukung, teman saya meminjamkan bukunya, banyak org yg mendukung rencana positif saya ini. Maka saya harus berusaha agar tembus nilai tsb. Insya Allah, i will do my best!

Dua, India trip
Saya akan kembali ke India, mengambil ijazah, menemui org org yg menunggu saya disana. Itu akan jadi perjalanan menyenangkan di thn depan krn saya berencana utk mengunjungi taj mahal di kunjungan kali ini. Saya akan memproses ijazah saya lalu segera mengirimkannya ke negara yg saya tuju selanjutnya. Segala rencana itu telah matang bahkan sebelum thn ini berganti.

Tiga, one mukena one month
Saya berencana ber wakaf dengan sedikit penghasilan saya. Di tengah saya berjuang utk hidup saya, saya berencana mewakafkan satu mukena satu bulan dengan menaruh mukena di kota yg saya singgahi. Harapan saya, wakaf saya insya Allah akan tersebar ke Malaysia, India, dimana pun Allah mentakdirkan kaki saya mendarat. Maka mukena wakaf saya harus ada di masjid yg saya singgahi. Jika Allah berkenan, maka wakaf mukena ini akan saya bawa ke seluruh kota yg akan saya singgahi dalam oerjalanan saya belajar dan mengajar.

Empat, end my day with Quran
Saya selalu membiasakan membaca wikipedia sebelum tidur. Ini utk tetap mengaktifkan otak saya terhadap referensi asing. Sejak minggu lalu, saya mengaktifkan membaca quran setelahnya. Dengan ini, saya selalu tidur dlm keadaan berwudhu, dan kata terakhir yg saya ucapkan sebelum saya tidur adalah ayat Allah. Ini juga merupakan keseimbangan dunia dan akhirat menurut saya.

Dan itu hanya beberapa rencana yg akan saya jalankan di 2015. Untuk mengawalinya, besok saya berencana shalat maghrib di masjid, lalu buka puasa di sebuah restoran. Sendiri? Yup, saya tdk suka merepotkan siapa pun. Saya tetap bahagia, meskipun hanya dengan diri saya sendiri. Karena menurut saya, kebahagiaan saya tdk terletak di bahu atau tangan org lain. Saya, yg akan mewujudkannya!

Dan itulah, my beautiful past, my bright future.

Bagaimana dengan. Anda? Sdh ada re solusi thn depan? Ingatlah, hidup hanya sekedar melewatkan masa. Masa sulit, masa badai, tidak abadi. Yg tetap bertahan, adalah, mereka, yg tegar, bertahan melewatinya! Mereka, yg akan tetap abadi!

Trmksh telah membaca tulisan saya hingga baris ini. Semoga thn 2015 ini menjadi awal kebangkitan bagi siapa pun itu. Awal kesembuhan bagi siapa pun yg sdg sakit. Awal kebahagiaan bagi siapa pun yg sedang bersedih.

Happy new year! Success to all of us! Farewell, beautiful past, welcome bright future!

Samarinda, 31.12.2014

Nurul Kasyfita

Monday 29 December 2014

The Ikhlas Power

Hi there! Setelah sekian lama, maka saya menulis kembali untuk Anda.

Kali ini saya ingin menulis tentang ikhlas. Ini adalah kata yg sering kita ucapkan, namun susah sekali untuk diterapkan. Dan kali ini saya ingin sedikit membicarakan hal ini, berdasar sudut pandang saya yg miskin ilmu dan fakir amal ini. Semoga bermanfaat.

Ikhlas menurut saya adalah respons terbaik saat sesuatu tdk berjalan sesuai harapan. Misalnya, ketika Anda merasa sdh nelakukan yg terbaik, tapi ternyata hasilnya tdk sesuai dg harapan Anda. Contoh kecil, Anda sedang berjalan, eh, kaki masuk lubamg dan nyut nyut. Maka saat ini yg terbaik yg bisa Anda lakukan adalah ikhlas, menerima takdir Allah bahwa saat itulah waktu Nya kaki Anda masuk lubang. Itu yg terjadi pada saya minggu lalu, hehehe.

Ikhlas tidak sama dengan pasrah. Ikhlas berarti menerima takdir Allah setelah kita berusaha, sedang pasrah berarti diam dan menyerahkan semua pada Allah. Orang yg ikhlas akan berusaha yg terbaik, menyerahkan urusan pada Allah, lalu menerima keputusan Allah, apapun itu.

Orang yg ikhlas paham betul bahwa kita tdk memiliki apa apa ataupun siapa siapa di dunia ini. Orang yg ikhlas tdk akan termakan umpan, tidak jumawa dengan pujian, tapi juga tidak kalah dengan cacian. Tidak ada yg diperlukan orang yg ikhlas kecuali Allah swt di sampingnya. Orang yg ikhlas tidak akan beribadah hanya karena ingin dapat "fasilitas" dari Allah atau menghentikan ibadahnya saat hidupnya sulit. Orang yg ikhlas akan kontinyu dengan amal ibadahnya, saat ia di atas, atau di bawah.

Pada saat kita ikhlas, maka tubuh akan terasa rileks. Dan tentu saja ini adalah sensasi yg melegakan. Inilah yg menjadi dasar terapi yoga dengan duduk bersila, menghirup udara dari hidung dan mengeluarkannya dari mulut. Ikhlas adalah penerimaan. Ikhlas adalah penyerahan. Pada saat kita ikhlas, maka sakit seperih apapun, akan terasa ringan. Beban seberat apapun akan terasa normal. Bayangkan, jika Anda sakit, lalu terus beekeluh kesah krn kurang ikhlas dengan takdir itu. Bukankah segalanya menjdi lebih sakit? Kenapa tidak mencoba ikhkas dan menerima ini sdh takdir saya. Toh jika Anda berteriak pun, sakit Anda tdk berkurang. Terima lah, kita cuma makhluk, Allah lah penguasa kita.

Dan itulah yg saya rasakan saat ini. Saya menerima jika saya tdk bisa berkumpul dengan Najwa lagi. Ikhlas bahwa itulah takdir yg ditetapkan Allah untuk saya. Ikhlas bahwa saat ini hidup tengah berada di samudera luas dan saya tdk punya apa apa kecuali diri saya yg harus berenang sendiri mencari daratan. Intinya, ikhlas, menerima dan selalu bersangka baik pada ketentuanNya.

Apakah saya berhenti beribadah? Tidak. Jika saya berhenti beribadah hanya kareba takdir hidup yg sedang di bawah, berarti saya tdk ikhlas beribadah pada Allah. Berarti saya mengharap balasan Allah saat beribadah. Bukankah Rasul manusia termulia saja tidak meninggal dalam kekayaan? Jika level ibadah seseorang berbanding lurus dengan fasilitas hidupnya, maka Rasulullah harus menjadi sekaya firaun. Tapi bukankah tidak seperti itu?

Maka meskipun saya sudah melanglang buana ke negara mayoritas hindu, saya tetap melakukan apa yg mestinya saya lakukan sbg seorg muslim. Saya tetap shalat, puasa, menutup aurat dan hal hal lain yg biasa sata lakukan. Karena ibadah kita tidak tergantung dari kwnyamanan hidup yg diberikan Allah pada kita. Itu berarti kita tdk ikhlas beribadah. Kita harus istiqomah, bagaimana pun hidup ditakdirkan Allah utk kita.

Maka ikhlas itu menghasilkan kedamaian. Saya memang belum menemukan daratan untuk beristirahat, atau berniat bergabung dengan kapal yg baru agar bisa mengarungi samudera hidup ini. Saya masih berenang. Sendiri. Namun, keikhlasan membuahkan samudera yg tenang. Mungkin juga karena saya telah terbiasa berenang sendiri, segala kelelahan, kesunyian, ketakutan itu hilang dari saya. Yg saya rasakan saat ini hanyalah damai. Kedamaian yg terpancar dari senyum saya saat tidur. Kedamaian yg saya rasakan saat bangun kembali. Bersyukur, berdoa dan berusaha yg terbaik hari itu. Dan ikhlas, bagaimana pun takdir Allah utk saya.

Saya mengikhlaskan siapa pun yg terenggut dari saya. Saya mengikhlaskan sahabat yg memilih pergi dari saya dan mensyukuri siapa pun yg memutuskan utk tetap berkawan. Saya ikhlas jika ada yg me sms saya dg sangkaan, kecurigaan, bahkan kata kata yg menyakitkan. Ikhlas, maka apapun yg datang, hanya damai yg saya rasakan.

Dan akhirnya saya pun bisa bernafas lega. Saat ini keuangan sdh mulai membaik. Kerinduan saya pada Najwa selalu berbuah doa dan dzikir. Dan saya sedang bersemangat mempersiapkan study saya selanjutnya. Saya juga berdoa agar bisa berwakaf lebih untuk kematian saya. Bahkan jika pun saya harus meninggal dalam kesunyian di kamar saya, saya ikhlas. Itu pasti yg terbaim dari Nya. Dan apapun itu, saya tdk akan berubah. Karena bagi saya, yg wajib adalah kita beribadah, perkara balasan, itu Allah urusannya.

Dan terima lah, ikhlas lah, dan semoga Anda merasakan apa yg saya rasakan saat ini. Damai.

Ikhlaskan apa yg telah hilang, jalani apa yg ada saat ini, berdoalah yg terbaik untuk masa depan.

Let go of what it was, accept what it is, have faith in what it will be.

Samarinda, 29.12.2014

Nurul Kasyfita