Thursday 26 December 2013

Segitiga maslow and how to safe a life...

Hey!

Untuk Anda yg msh berkenan membaca blog saya, saya ucapkan banyak terima kasih. Blog ini sebenarnya hanya tuangan ide (kadang kadang), tempat berbagi rasa (ini yg paling sering) ataupun menyatakan pendapat atau posisi saya terhadap sesuatu.

Pagi ini saya ingin menulis tentang segitiga Maslow. Dulu, duluuu sekali saya pernah belajar hal ini di mata kuliah Perkembangan Peserta Didik. Saat itu, yang saya tahu ada sebuah tokoh humanis yang menyatakan teori psikologi kebutuhan manusia dan meletakkannya dalam sebuah segitiga. Segitiga tersebut ia bagi dalam lima fase. Fase pertama ia sebut physical needs, di fase ini manusia memerlukan seluruh kebutuhan dasarnya terpenuhi, ya makan, sandang, papan. Itu harus terpenuhi, agar ia bisa naik ke level dua yaitu safety needs. Di level safety needs, manusia membutuhkan rasa aman. Anda bisa bayangkan kan, meskipun dalam keadaan perang, manusia tetap butuh makan, pakaian dan tempat berteduh, nah kebutuhan kedua ya rasa aman tersebut.

Fase ketiga adalah love and belonging needs. Nah, di fase ini saat manusia sdh merasa aman, sdh kenyang, sdh punya pakaian dn tempat tinggal, disini manusia mulai ingin dicintai, diterima, ingin memiliki seseorang, ataupun barang luxury yang tidak sekedar baju ataupun makanan. Yg sdh punya rumah, ingin rumah yg lebih besar. Yg sdh punya motor, ingin punya mobil. Begitulah, fase ketiga baru akan terasa kebutuhannya saat afse kedua dan pertama telah tercukupi. Fase keempat adalah self esteem needs. Ini kebutuhan akan dihargai. Tiba tiba setelah memiliki banyak hal, seperti rumah mewah, mobil, keluarga yg utuh, manusia ingin dihargai. Mereka tidak lagi bisa diremehkan. Anda tentu bisa membedakan bagaimana memperlakukan tukang sampah lusuh dengan seorang pengusaha kaya, iya kaannn? Walaupun kita tidak boleh membedakan manusia karena derajatnya, tetap tuh tidak sama perlakuan kita antara tukang sampah dan pengusaha kaya. Dan mereka pun menerima perlakuan kita dengan cara berbeda pula. Kalau tukang sampah ya pasrah biar dihina atau tidak dihiraukan, tapi pengusaha tidak akan tinggal diam kalau Anda tidak memperlakukan beliau dengan sepantasnya. Itu adalah self esteem, harga diri.

Yang terakhir adalah self actualisation needs. Saat ini manusia ingin diakui, ingin dilihat sebagai seseorang yg bermanfaat. Intinya ingin eksis lah. Harga dirinya sdh terealisasi dalam karya dan dengan karya itu ia ingin dilihat sebagai manusia.

Well, dulu saya hanya jago menghafal dengan teori ini. Sya tidak pernah berpikir untuk mengaplikasikannya. Namun sejak saya sendiri, saya lebih banyak berpikir tentang teori ini. Tadi malam seorang teman yg masih belum juga menikah, curhat tentang kesendiriannya dan betapa ia ingin segera dilamar. Lalu, isenglah saya bertanya keadaan karier dan keuangannya. Dan benarlah dugaan saya, ia sukses secara karir, sangat melimpah dari segi finncial, dan ia aman karena ia memiliki hampir semuanya.

Setelah perbincangan itu, seorg teman bertanya pada saya, apa msh berminat mencoba lagi dalam percintaan. Haha, saya hanya tertawa. Saya cuma bilang di segitiga maslow, saya masih di level satu. Saya masih sibuuk mengurusi supaya uang yg saya terima cukup untuk hidup. Saya pun belum merasa aman dengan pekerjaan ataupun hidup saya ke depan, so bagaimana mungkin saya bisa berpikir loncat ke level tiga, kalau level satu dan dua saja belum terpenuhi?

Ya, mungkin Anda berpikir toh saya PNS. Apa yg ditakutkan dari seorg PNS? Setelah akta cerai saya terbit, gaji saya akan resmi dipotong, itu karena saya menanggung mantan suami dan anak dulunya, maka gaji itu akan dipotong. Sertifikasi tentu sudah lama saya tidak dapatkan, dan saya kurang paham bagaimana mengaktifkan sertifikasi itu kembali karena selama dua tahun ini saya tidak aktif mengajar. So, jadilah hanya gaji pokok pegawai golongan tiga C yg saya bisa andalkan setiap bulannya.

Saya adalah perancang strategi, maka bahkan masih enam bulan sebelum saya selesai di india, saya sudah bersiap siap untuk proses bertahan hidup di Indonesia. Saya tahu, kebutuhan saya hanya tiga, makan, bayar sewa kos yg katanya telah mencapai sejuta per bulan, dan bensin untuk memudahkan saya beraktifitas. Saya bukan tipe wanita mewah yg perlu ke salon untuk facial, ataupun ke karaoke melepas lelah. Jika pun saya benar benar perlu hiburan, saya akan memilih ke bioskop ataupun bisa dihemat lagi dg membeli dvd bajakannya dan nonton sendiri di kamar. Dan saya bukan tipe yg suka merepotkan orang lain dengan kesulitan saya. Jika pun dengan tulisan ini Anda merasa saya repotkan karena Anda harus membaca tulisan yg negatif seperti ini, saya mohon maaf, hanya ini yg bisa saya lakukan untuk sedikit mengurangi beban saya. Untuk makan pun, saya hanya makan sekali sehari, hanya makan siang biasanya, dan dua kali seminggu saya memilih puasa. So intinya hidup saya tidak mahal. Namun tetap saja, mengandalkan gaji pokok golongan tiga di Samarinda itu tidak mudah.

Di India saya bertahan hidup dengan uang beasiswa. Sebulan 1.800.000 rupiah. Itu cukup untuk bensin, makan dan sewa rumah. Tapi di India hidup sangat murah. Dengan 600.000 rupiah saya bisa mengontrak rumah dengan dapur dan toilet attached. Listrik saya sebulan hanya 16.000 rupiah. Air sebulan juga 16.000. Untuk bensin yg agak mahal, karena di India bensin 15.000 rupiah per liter. Itu sebabnya saya jarang keluar rumah, yah berhemat agar beasiswa itu cukup. Dengan uang sejumlah itu saya masih bisa sebulan sekali makan di restoran semisal KFC.  Tapi selebihnya saya harus memasak. Dan itu bukan beban untuk saya karena saya pun hobi memasak. Untuk biaya buku yg biasanya saya siasati. Drpada membeli buku saya mengandalkan fotokopi. Atau sering saya ngendon di perpustakaan agar bisa menulis bahan kuliah yg saya perlukan. Internet pun di India hanya perlu 30.000 sdh bisa dapat data 1Gb per bulan. Bisa dilihat kan, betapa murahnya hidup saya di India. Uang sejumlah itu tentu tidak cukup di Indonesia karena untuk kamar kos saja telah mencapai sejuta sebulan.

Saya pun sadar, saya telah menghilang selama dua tahun. Saya harus menunjukkan pada berbagai pihak bahwa saya telah kembali dan siap bekerja keras untuk diri saya sendiri. Saya tidak perlu diberi uang sedekah, saya perlu hal yg bisa saya kerjakan dan bisa memberi saya penghasilan tambahan. Selain untuk mengisi waktu luang saya daripada saya sedih memikirkan hidup, itu juga bermanfaat untuk bertahan hidup.

Saya telah mengirimkan email kepada beberapa teman, bahwa saya perlu pekerjaan selain pekerjaan utama saya di fakultas tempat saya bekerja. Saya mengabarkan pada mereka saya akan segera lulus dan siap bekerja apapun, selama itu halal dan bisa menambah untuk biaya hidup saya. Saya hanya ingin diterima kembali, memohon agar saya dinilai berdasarkan kinerja saya dan bukan karena apa yg telah terjadi dlam hidup saya. Anda tahu pasti maksud saya. Bisa bayangkan kan, bagaimana sistem di. Indonesia memandang seorang wanita yg sendiri?

Intinya saya sibuk di level satu segitiga maslow. Bahkan level dua pun msh berusaha saya penuhi karena ada banyak pihak yg dengan ringan melontarkan hujatan atau hinaan pada wanita seperti saya, menghakimi tanpa tahu masalah yg sebenarnya terjadi. Saya belum merasa aman. Itu juga level yg belum terpenuhi.

Tentu saya punya keluarga. Dan mereka tentu tidak akan membiarkn saya kelaparan. Tapi saya bukan tipe orang yg biasa menadahkan tangan. Orang tua saya telah cukup terbebani dengan perpisahan saya, sehingga sedapat mungkin ke depan saya harus berusaha menopang hidup saya sendiri.

Nah, jika saya masih sibuk di level satu segitiga maslow, masih sibuk memikirkan bagaimana bisa tetap bertahan hidup, maka masih sempatkah saya untuk berpikir saya butuh dicintai? Hehe, tentu tidak bisa. Saya msih sibuk berusaha menemui anak saya. Saya msih sibuk berusaha bekerja dan mendapatkn sedikit uang extra. Bukan untuk bermewah mewah, bukan, hanya sedikit uang agar saya tetap bertahan hidup. Dengan kesibukan seperti itu, maka Anda tentu paham kenapa saya akhirnya memutuskan untuk tetap sendiri...

Ah, sudahlah. Allah Maha Kaya. Ia akan Menolong saya melewati ini. Dan saya yakin saya bukan yg terpuruk dalam hidup. Masih banyak mereka yg jauh lebih sulit hidupnya daripda saya. Yg harus saya syukuri saat ini adalah saya lebih sehat dari sebelumnya. Saya tidak lagi sakit perut atau diare berkepanjangan yg mengakibatkan saya tidak bisa beraktivitas. Saya jauh lebih sehat dibnding sebelum brgkt ke India. Itu adalah anugerah. Yang jelas, selain berdoa memohon pertolongan Allah, saya juga harus bergerak menolong diri saya sendiri. Dan saya siap bekerja keras untuk itu, berusaha menemui anak saya di sekolahnya setiap hari, dan bertahan hidup! Itu harus! Dan saya siap menghadapi proses bertahan hidup. Ya semoga level satu dan dua segitiga maslow hidup saya ini segera terpenuhi. Aminnn. This is about how to safe a life! My life!

Mysore, 27 Desember 2013.

Monday 23 December 2013

Tomorrow is the war, reward is doom!

Hey!

Thank u yaa msh sudi mampir. Saya selalu perlu mengendorkan urat saraf dengan menulis nih, dan berterima kasih sekali Anda masih sudi membaca tulisan tulisan saya.

Ok, kali ini tentang war and doom! Serem? Nggaaak, tenaaangg, ini bukan cerita tentang hari kiamat atau perang akhir zaman kok!

Ini tentang jadwal ujian akhir saya. Bagi Anda yang pernah membaca postingan saya di fb tentang sistem evaluasi di india mungkin sdh bisa membayangkan. Namun untuk kepentingan repost ini, saya akan mencoba menerangkannya kembali.

Di India, kami memiliki tiga kali tes. Dua kali tes dari penguji internal, alias si dosen sendiri, yg terakhir ujian dari pemerintah atau pengujinya dari eksternal. Dua tes terdahulu dinamakan C one and C two, berbobot masing masing 25, dan yg terakhir dinamakan final exam berbobot 50. So totalnya seratus. Dan itu berlaku untuk tiap mata kuliah. Tidak ada satu pun mata kuliah yg tes diganti dengan tugas rumah misalnya. Tugas ya tugas, tes ya tes, semua tetap ada tracknya. Anda bisa bayangkan betapa lelahnya dalam satu semester dipapar dengan evaluasi sebanyak tiga kali. Itu pun untuk tes internal, masing masing dosen memberikan tes so total evaluasi yg harus saya lewati untuk satu mata kuliah adalah 3 kali C one, 3 kali C two, karena masing masing mata kuliah diampu tiga org dosen, dan satu kali ujian akhir. Total, tujuh kali, saudara saudara! Fiuuhhh....

Itulah sebabnya selalu terasa ketegangan otak menjelang ujian ini. Umur sudah 32 msh dijejali dengan hafalan baik itu materi maupun struktur ataupun mekanisme reaksi. Naah untuk melonggarkan ketegangan itulah saya menulis. Biasanya sekitar menjelang ashar saya perlu rehat sejenak. Setiap hari saya membagi jadwal saya menjadi tiga fase. Pagi belajar dari jam 8-10 diselingi mandi, lalu jam 10-12.30 berhenti sejenak untuk shalat dan makan siang, 2-4.30 sore untuk sesi sore, rehat untuk ashar dan maghrib, lalu lanjut jam 7-11 untuk sesi malam. Setiap hari! Everyday! Tdk pernah berhenti! Karena saya disini tidak punya tv, tidak ada teman juga, so jadilah cuma buku teman saya. Ow, plus tablet hehehe, kekasih hati saya...

Anda bisa bayangkan betapa tegangnya urat syaraf dipakai belajar sedemikian panjang dalam sehari. Tapi prinsip saya adalah ya saya harus kerja keras, lalu me reward diri sendiri setelahnya. So, saat ini adalah saat loading peluru, istilah saya. Besok itu perang dimulai! Saat ini sibuk menghafal materi, lalu besok saatnya menembak lawan dengan tembakan paling akurat yaitu soal hehehe. Ini adalah perang antara saya dengan soal ujian untuk meraih nilai akhir yg bagus! Amin!

Semester ini saya mengambil enam mata kuliah. Organik spectroscopy, analytical instrument, organometallic chemistry, dan environmental pollution dan praktek analytical dan inorganic. Sebelum perang biasanya saya melihat peta musuh dulu. Saat ini saya sudah mengantongi nilai 46 out of 50 untuk analitik, 50 out of 50 untuk organometallic hehe ini kebangaan saya nih, 41 out of 50 untuk organic spectroscopy. Untuk environment saya belum melihat nilai saya untuk C two, so far saya baru mengantongi 20 out of 25. Selain itu, praktek juga dinilai dan sejauh ini saya sdh mengantongi 44 out of 50 untuk masing masing praktikum. So, terlihat saya harus bekrja extra keras untuk organik agar bisa meraih nilai 7. Nilai akhir kami di india bukan A B C tapi berupa angka dari 1-10. Untuk mendapat angka 7, minimal nilai akhir saya harus 61 karena di India diterapkan nilai pembulatan ke atas. So, dalam perang saya harus mengantongi nilai minimal 20 untuk organik. Yah, itulah yg sedang saya usahakan hehehe.

Saya adalah tipe pekerja keras, perancang strategi ulung lalu juga pemberi self reward yang sangat ahli. Saya selalu berhasil menciptakan kebahagiaan saya sendiri meskipun tidak punya siapa siapa disini. Jangankan sesuatu sebesar ujian seperti ini, bahkan di setiap akhir pekan ada saja strategi saya untuk me reward diri sendiri. Entah itu beli kripik, makan coklat, mendengarkan musik, mandi agak malam dengan air panas, minum soda, atau sekedar duduk santai dengan tetangga itu adalah reward saya terhadap diri saya sendiri. Dan saya BAHAGIA! Truly! Reward terhadap diri sendiri itu perlu, pembaca. Karena Anda harus tetap hidup dan tetap waras plus tetap bahagia. Orang yg jarang me reward dirinya sendiri biasanya akan susah merasa bahagia karena selalu merasa kurang. Dengan me reward diri sendiri, kita akan lebih bahagia tanpa perlu orang lain. Itulah akhirnya kita akan merasa cukup. Saya merasa percaya diri dengan kesendirian saya ya karena self reward ini. Jika Anda membaca kadang saya remuk karena rindu dengan anak saya, itu wajar karena saya tetaplah seorang ibu yg tdk akan bisa pitus dengan anak yg saya kandung. Toh, remuk itu tidak terjadi setiap hari. Hanya sekali dalam sebulan, ataupun sekali dlm beberapa bulan.

Lalu apa hubungannya dengan DOOM? Doom three adalah film bollywood yg didesain mirip James Bond. Saat ini yg main Amir Kahn, Abishek Bachan suami Aishwarya Ray dan Katrina Kaif, yg diisukan pacaran dengan Ranbeer Kapoor. Ini film ber budget besar dan selalu jadi kebangaan India. Film ini rilis bioskop sejak 20 Desember lalu di seluruh India dan tiketnya selalu sold out. Saya sih bukan penggemar bollywood saudara saudara, namun kapan lagi nonton film hindi langsung di India? Saya tidak pernah tahu Doom one atau Doom two, tapi nekat akan nonton Doom Three. Doom, saya jadikan reward saya setelah bekerja keras untuk menang di perang. So, setelah ujian berakhir nanti, hal pertama yg akan saya lakukan adalah duduk di sebuah warung menikmati es krim atau di taman, lalu nonton Doom three semoga jadwal shownya tidak malam karena saya menghindari sekali keluar malam. Doom adalah awal perayaan sebelum saya terbang ke Malaysia dan terus ke Indonesia. Perayaan selanjutnya adalah mengunjungi Indonesia dan makan makanan yg saya rindukan bersama keluarga dan sahabat saya. Yay! Sdh terbayang tuh, sate, tahu tek tek, mie ayam, martabak, wuihhh, ngiler saya ni. Dan tentunya, perayaan terbesar adalah memeluk Najwa, semoga Allah mengijabah amiin. So, the war starts tomorrow and it ends with doom!

Ok lah readers, sebenarnya yang saya bicarakan adalah sistem evaluasi di Mysore university dan film bollywood yang tidak ada hubungannya sama sekali hehehe. Tapi percayalah, segala sesuatu bisa saya ceritakan dengan semenarik mungkin dan tiba tiba saja ada hubungannya. Saya besok adalah laskar pelangi yg merantau ke India, berperang melawan musuh lalu mengakhirinya dengan Doom, sebuah film hindi yg saya tonton langsung di negara pembuatnya. Jadi tiba tiba ada hubungannya bukan? :-)

Semester ini target saya adalah mendapat nilai akhir rata rata delapan. Gemes saya melihat nilai akhir saya selalu hanya 7.9 meskipun sudah mati matian ni belajarnya. Maklum sudah uzur sih hehehe. So, mohon doakan saya bisa menembak musuh dengan akurat, menang dalam perang dan berhasil meraih nilai akhir delapan, pembaca sekalian, amiin! Lalu sukses mengakhir perjuangan dengan merayakannya dengan nontom bioskop, makan es krim, terbang dengan selamat ke Indonesia dan makan makanan kesukaan saya. Yay! Karena hidup itu anugerah dan setiap hari sesungguhnya adalah celebration! Celebration of life!

Mysore, 23 Desember 2013.

***yah, di tengah saya menulis ini, tiba tiba ada pesan nih dari teman jadwal ujian besok ditunda karena ada penyair india yg meninggal dunia! Ini yg saya sebal, huh, semoga saja penundaan tidak melewati batas saya terbang. Amin. Yah berarti perang sedikit tertunda. Namun tetap saya akan menghadapi perang dan merayakan itu dengan doom! Thank u yaa sdh membaca hingga bagian ini.... :-)

Saturday 21 December 2013

Karena esok hari ibu...

Hey!

Terima kasih msh bersedia membaca tulisan saya. Kali ini tulisan saya tentang perasaan saya sebagai ibu yg terpisah jauh sekali dari anak saya akibat perpisahan. Karena seperti judul saya, esok hari ibu, dan saya juga seorang ibu.

Hari ini sesungguhnya Najwa bagi raport. Sejak tengah malam saya sudah mendoakannya agar ia dapat nilai baik. Saya tahu, jika pun ia dapat nilai baik, itu akan dipandang sbg keberhasilan bapaknya, dan jika ia dapat nilai buruk, itu akan dipandang sebagai kesalahan saya. Saya akan selalu berada di pihak yg disalahkan. Ah, sudahlah.

Namun Allah tidak mentakdirkan kabar raport Najwa ke telinga saya hari ini. Ibu saya sakit sehingga beliau tidak mampu mengunjungi Najwa. Sejak perpisahan itu, bahkan ibu saya sekalipun hanya bisa bertemu Najwa di sela sela jam istirahat di sekolah. Komunikasi kami sangat minim. Sms tak berbalas, telpon pun tak dijawab. Sesungguhnya perih sekali hati saya hari ini. Pasti banyak ibu ibu yg bangga dengan raport anaknya. Sementara saya tidak bisa berbuat apa apa.

Jika anda seorang ibu, anda pasti paham apa yg saya tulis. Saya bisa menahan lapar jika saya tahu itu makanan kesukaan Najwa. Apa yg hampir saya telan, itu bisa saya keluarkan untuk saya berikan padanya. Begitu besar dan dalamnya kasih sayang saya padanya. Namun, ya hidup tidak selalu ramah. Saya ditakdirkan menikmati anak hanya hingga ia enam tahun. Sejak itu kami terpisah. Bahkan hanya sekedar melihat foto terbarunya saya tidak bisa lagi. Saya hanya bisa menemuinya di sekolah, di sela sela istirahat lima belas menit. Lima belas menit yg begitu berharga untuk saya. Alhamdulillah.

Jika hari ini anak Anda menerima raport, mhn jangan dimarahi jika nilainya jelek. Ingatlah bahwa anak memiliki bakat masing masing. Bahkan Einstein tidak lulus sekolah namun dapat penghargaan nobel. Bayangkan, ada ibu seperti saya yg harus memanfaatkan lima belas menit untuk memeluk anak. Harus menahan sakit, rindu, ingin mendengar suaranya. Anda masih memiliki nikmat memiliki anak, sementara nikmat itu telah dicabut dari saya. Percayalah, itu seperti direnggut separuh nyawa. Tidak ada lagi gairah hidup, apalagi berpikir untuk memulai rumah tangga lagi. Intinya saya sesungguhnya telah mati. Anak yg saya kandung sembilan bulan itu hilang dari pelukan saya. Meskipun saya berusaha ikhlas dg takdir Allah ini, saya tidak pernah sama lagi. Saya sudah mati separo. Saya tidak lebih hanya raga berjalan.

Ah, Najwa. Apa kabar, Nak? Kaya apa raportnya? Baik aja kah? Baik baik belajar ya. Cuma itu yg ingin saya ucapkan, tpi tetap hanya angin kosong yg menyambut saya. Akhirnya saya hanya bisa terisak, menangis atau pun berdoa pada Allah yg Maha Baik semoga ada lagi rejeki saya berkumpul bersamanya. Jika pun tidak di dunia, semoga lah di akhirat itu tercapai.

Saya masih ingat perjuangan saya melahirkannya. Sejak ia tiga bulan di kandungan saya, saya selalu berkomunikasi dlm bhs inggris dgn nya. Kami melamar CPNS bersama, tes kesehatan bersama hingga saya hampir terserempet truk saat itu naik motor dengan dia dalam kandungan saya. Kami jatuh bersama di plafon saat saya hendak mengambil buku untuk mengajar, kami terpeleset bersama di wc rumah sakit saat saya tes narkoba untuk CPNS. Najwa yg menemani saya tes dosen. Saya menulis jawaban di atas perut saya yg sdh membuncit saat itu. Ia yg selalu bersama saya.

Saat ia lahir Allah mentakdirkan saya salah jahit. Saya tidak bisa makan normal hingga dua thn lamanya. Saya kehilangan 15 kg bobot badan setelah melahirkan. Tapi tetap saya mensyukuri memilikinya. Setelah itu saya tak mampu sekolah jauh. Bahkan mengajar saja saya memakai pampers, akibat salah jahit tersebut. Tetap saya bahagia bersamanya. Bahkan saat gaji saya tidak cukup untuk membeli obat pencernaan yg diresepkan dokter, ia yg saya peluk, meskipun ia tidak mengerti mengapa saya menangis. Najwa sesungguhnya adalah kekuatan saya.

Yah, mungkin saya kurang amanah, saya msh ingat kami tidur berdua, nonton spongebob berdua, menikmati harry potter berdua. Saya mengerti Najwa karena saya menempatkannya bukan sebagai anak, ia adalah sahabat saya. Ia adalah orang dewasa dalam versi anak anak. Betapa rindunya saya denganmu, Najwa.

Tahun pertama saya kehilanganmu saya seperti orang gila. Kadang saya terbangun dan mengigau mencarimu. Karena kita selalu tidur berdua, kita selalu berpelukan hingga pagi tiba. Jika saya bangun tahajjud, ia selalu ikut disamping saya, lalu merebahkan kepalanya di paha saya selesai shalat. Ah, rindu sekali saya padanya. Sudah setahun lebih saya tidak lagi tidur bersamanya. Terakhir kami tidur bersama saat saya pulang enam hari di indonesia, saya diizinkan tidur semalam bersamanya. Mungkin saya menyakiti lelaki itu dengan minta berpisah, namun dengan merenggut anak dari saya, sesungguhnya ia telah mematikan separuh dari jiwa saya.

Hingga saat ini pun kadang saya mendengar suaramu di wc lalu jika saya antara tidur dan bangun saya akan lari ke wc karena Najwa selalu minta cucikan buang air. Setiap malam saya mengoogle namamu anakku, hanya untuk bisa melihat siapa tahu ada malaikat yg memposting kabarmu di internet. Tapi bahkan Google yg katanya serba tahu hanya mampu memberikan saya satu tautan. Daftar nama siswa SD Muhamadiyah. Itu pun tidak ada nama saya disana. Yang tertulis hanya namamu dan bapak yang kini merawatmu. Itu pun nama di layar tablet ini selalu saya usap. Berharap kau merasakan usapan saya dari jauh. Ohh betapa rindunya saya. Betapa perihnya kehilangan ini. Saya benar benar remuk malam ini, sata ingin berteriak, lalu terbang ke indonesia dan memeluknya. Itu anak sata juga.

Namun Allah Maha Baik, tidak ada satu kejadian pun yg terjadi di luar pengetahuan Nya. Sesungguhnya Najwa adalah titipan. Jika Ia hendak mengambil, itu sangat mudah. Saya tetap berkeyakinan, ada hikmah di balik semua ini. Mungkin saya kurang syukur. Pasti saya kurang amanah. Hingga kenikmatan memiliki anak itu terenggut. Dan sejak awal tahun ini saya bisa melihat sedikit hikmah, saat ini saya mudah sekali capek. Belakangan gangguan liver menyerang saya. Ah, pasti Allah tahu saya tidak kuat mengurus anak lagi. Saya tidak cukup sehat untuk itu. Karena itu Najwa harus berada di tangan yg sehat dan kuat dan itu adalah bapaknya. Alhamdulillah ya Allah, setidaknya ia dengan orang tuanya, bukan di jalanan, atau pun dengan orang asing. Hanya satu harapan saya, Najwa berkenan sedikit menangis, jika saya tutup usia nanti. Semoga ia masih ingat dengan saya, dengan kenangan kami duduk bersama di tepi sungai mahakam, dengan memori kami bekejar kejaran, dengan memori kami bercanda bersama. Rindu ingin menepuk pantatnya saat tidur. Ah, Najwa.

Saya sdh patah terhadap rumah tangga. Saya tidak ingin disakiti lagi. Dan itu sangat mungkin terjadi. Saya sadar posisi saya sebagai perempuan yg katanya sangat dilindungi hukum sesungguhnya sangat lemah. Sangat mudah bagi laki laki untuk merenggut semuanya dari seorang wanita. Selain itu saya tdk ingin doa saya terbagi jika saya punya anak lagi. Saya hanya ingin doa saya, sujud saya, selalu tertuju untuk Najwa dan kebersamaan kami suatu saat nanti. Saya tahu saya tidak akan sembuh. Sakit pasca terpisah dg anak ini akan selalu menghantui saya. Saya tetap sakit. Luka itu tetap ada, cuma ditutupi dengan sekolah, setidaknya saya mengalihkan kesakitan ini dengan hal yg positif. Saya cukup dengan laki laki. Saya tidak memiliki daya lagi untuk memulai lagi. Jika pun saya mengadopsi anak, itu bukan darah saya. Jika saya menikah lagi, maka akan ada kemunginan anak akan direnggut dari saya ketika tidak lagi sepaham dengan saya.

Ah, sudahlah.

Esok hari ibu. Saya tetap seorang ibu. Sehina apapun saya, Najwa pernah di rahim saya, saya menyusuinya berbulan bulan. Saya tidur bersamanya. Berbahagialah para ibu ibu. Jika Anda msh bisa tidur dg anak, msh bisa memeluk mereka.

Selamat hari ibu. Berbahagialah, bersyukurlah atas nikmat memiliki anak. Jgn sia siakan, karena kita tak pernah tahu kapan anak akan terenggut dari kita...semoga ibu ibu diberikan barokah atas kasih sayang yg tiada putus terhadap anak. Semoga anak kita selalu dipeliharakan dimana saja. Jika Anda membaca ini, dan Anda memiliki anak, mohon peluklah anak Anda untuk saya. Mohon sedikit keringanan hati mendoakan saya bisa berkumpul kembali dengan Najwa sebelum saya habis usia. Mohon keringanan hati untuk meniatkan pelukan anda ke anak akan menyampaikan pelukan sata ke Najwa. Amin.

Dan untuk Najwa, mama tdk berharap Awa ingat hari ulang tahun mama, atau besok hari ibu, atau hal lain. Tolong ingat satu saja nak, ingatlah bahwa Awa dilahirkan dari seorang rahim, dan jika si pemilik rahim itu meninggal dunia, tolong teteskan satu air mata saja untuknya, karena hanya Allah yg tahu betapa saya sangat menyayangimu, Najwa.

Mysore, 21 Desember 2013

Friday 20 December 2013

Balada wanita asing versus laki laki iseng!

Hey again!

Terima kasih yaa msh berkenan mampir membaca tulisan tulisan saya dari negeri Gandhi ini. Bersyukur pada Allah SWT ug menciptakan manusia yg cukup cerdas menghasilkan tablet hingga saya bisa tetap terhubung dengan Anda sekalian.

Well, hari ini saya melempar sebuah percakapan saya dengan seorang pria di supermarket menjadi status saya di fb. Selain itu memamg nyata terjadi, saya juga sengaja melrmpar status tersebut utk melihat apakah topik ini worth talking. Hehe istilah saya tu pre marketing. Promosi sebelum melempar produk ke pasar, atau trailler kalau istilah film mah. Maka saya mengundang semua teman fb yg nge like status saya tersebut utk berkunjung ke blog ini, membaca lebih dalam apa pemikiran saya ttg percakapan tersebut. Jika Anda berkunjung ke sini, sekali lagi terima kasih dan mari bicara. Lets talk about it!

Anda mungkin sdh bisa melihat ciri tulisan saya. Kebanyakan tulisan saya berjrnis gender, mungkin bisa dikatakan feminis. Saya senang membandingkan atau membicarakan laki laki versus wanita. Lha daripada ngomongin wanita lha saya masih normal kok! Tentu objek yg menarik saya bicarakan adalah laki laki dan dimana sikap saya sebagai seorg wanita terhadap hal itu. :-)

Saat ini saya adalah seorang wanita asing berdomisili di luar negeri. Sebagai wanita asing jelas laaah kadang dilihat berkali kali oleh para lelaki disini karena gaya, penampilan, warna kulit dan wajah yg berbeda. Disini saya bisa merasakan bgmana american woman yg kdg disuit suit oleh lelaki di negara kita. Yah kurang lebih begitu lah.

Sebagai wanita asing, percayalah, kami tidak dilihat lelaki dari kualitas, tapi lebih kepada kelemahan kami membuat kami menjadi mangsa yg berkualitas. Saya akan menulis lebih lanjut ttg bagaimana menghindari para lelaki iseng saat Anda tidak berada di daerah Anda sendiri, di tulisan berikutnya. Saat ini saya hanya ingin mengungkap apa saja kelrmahan wanita asing yg jadi membuat kami berkualitas untuk dimangsa! Here are some of my thoughts:

One, ALONE. Sebagai wanita asing yg berdomisili di luar negeri pasti kami hidup sendiri. Atau jika pun kami hidup berkumpul dengan sesama house mate pasti ada saatnya kami sendiri. Yg jelas, kami sebatang kara disini. Tidak ada orang tua, kakak laki laki yg akan melabrak seorang lelaki iseng jika ia berbuat macam macam. Intinya kami mudah dimangsa. Seperti anak ayam tanpa induk yg diintai elang dari angkasa.
Terus terang saya belum punya tips untuk mengatasi ini karena memang fisiknya saya sendiri. Biasanya saya akan mendekatkan diri pada tetangga lokal yg berkeluarga. Saat ini saya sgt dekat dengan seorang wanita indian bernama Arthi yg memiliki dua anak. Selama ini ia yg memagari saya dari laki laki iseng yg memanfaatkan kesendirian saya. Saya pantang mendekatkan diri dengan laki laki krn biasanya meskipun sdh dipercaya bisa saja ia juga serigala berbulu domba, maka yg saya dekati dan anggap keluarga adalah wanita yg memiliki keluarga.
Saat saya hendak menyewa rumah ini, atau saat motor saya diangkut polisi, atau saat saya di rumah sakit, Arthi lah yg membantu saya beseta suaminya. Mereka adalah keluarga.

Two, LONELINESS. Akibat dari kesendirian pasti lah kesepian. Itu adalah hukum sebab akibat. Maka biasanya laki laki iseng memanfaatkan kelemahan ini sebagai kualitas mangsa. Banyak yg menawarkan perhatian, pertemanan, agar bisa mendekati kami. Padahal intinya yah hanya menjadikan kami komoditi time pass, hanya sekedar melewatkan waktu, daripada gak ada, itulah istilahnya. So, kami harus tunjukkan bahwa kami bukan time pass. Tunjukkan bahwa ok, kami memang sendiri dan kesepian, tapi kami tetap bahagia dan cukup!
Entahlah sudah berapa kali teori cukup menyelamatkan saya dari kemudharatan. Saya baca dari buku Gandhi, bagwa tidak akan ada seorang pun yg bisa mengalahkan org yg cukup. So, meski saya kesepian, saya harus tunjukkan bahwa saya cukup. Sehingga diiming imingi apapun, saya tdk tertarik tuh, wong saya cukup dg diri saya sendiri.
Kadang ada teman yg menyarankan saya utk berkumpul dengan sesama org asing agar saya tdk kesepian, namun saya pun tdk tertarik utk itu. Terkait dengan status pernikahan saya saat ini dan kesibukan saya, saya lebih memilih tinggal di rumah atau memikirkan reaksi di lab or library. Berkumpul dg mhswa asing malah tambah ancur kadang kadang. Ada yg atheis, ada yg penghina agama, ada yg penjual narkoba, hah males!
So, saya hidup dengan dunia saya. Sebelum Maghrib sdh di rumah, belajar, fokus mendoakan anak saya Najwa, atau memadu kasih dengan tablet saya seperti saat ini hehehe :-). Jauh lebih aman kan?

Three, MONEY. Sebagai wanita, para lelaki mesti tahu kami mudah disenangkan dengan barang. Yaa materi laah istilahnya. Seperti kata professor saya, "woman will use man for his money and man will use woman for her body, and that is how prostitution will always be there". Hehe, nyeleneh emang tu prof. Tapi ok lah saya sedikit membenarkan ucapannya. Memang itu mata rantai antara laki laki dan wanita sepertinya.
Sebagai wanita asing, apalagi yg mhswa spt saya, yaa dianggap perlu duit laah, jdi mudah silau dg ajakan makan, nonton, belanja, atau jalan jalan.
Sekali lagi, teori cukup berlaku disini. Sebagai wanita asing, saya cukup dengan keuangan saya. Memang, uang beasiswa tidak cukup untuk hidup mewah disini, tpi utk makan sederhana itu cukup. Teori cukup juga harus membuat kami menyederhanakan kehendak alias mengendalikan nafsu. Karena kehendak yg banyak biasanya perlu lebih banyak uang dan jika uang sendiri tidak cukup, maka tawaran lelaki iseng jadi menarik. Iya ya, kenapa nggak jalan aja dg ni cowok? Toh dia yg bayar, saya ditraktir, ada teman ngobrol, lumayan buat mengisi waktu.
Wah wah, wanita harus mampu menghargai dirinya sendiri. Jika laki laki iseng dg Anda, mereka tdk punya label sosial yg cukup banyak seperti halnya wanita. Keisengan laki laki biasanya termaafkan oleh society, beda jika wanita yg iseng.
Mengutip ucapan teman saya, "jalan keluar dengan lelaki yg berganti ganti tidak menunjukkan Anda wanita yg cantik tapi menunjukkan betapa murahnya Anda!".
Nggak mau kaan dicap seperti itu? So, Anda harus menghargai diri sendiri. Aplikasikan teori cukup, cukupkan kehendak, sehingga Anda akan financially enough dan tdk perlu menilik dompet para lelaki. Bahkan seperti percakapan saya hari ini tadi, laki laki itu sata tantang dengan akan membelikannya warung kopi sekalian! Agar ia tahu, uangnya tidak cukup untuk meruntuhkan pertahanan saya! Saya cukup dengan diri saya!

Four, NATION. Yup, jgn dikira kebangsaan hanya sekedar bendera. Kebangsaan juga menunjukkan karakter, sehingga menjadikan kami mangsa. Kita tahu kan dg istilah bangsa disiplin, bangsa pekerja keras, bangsa lelet, ya itu menunjukkan stereotype org orgnya. Nah, seperti warga negara tertentu, biasanya dipandang gampangan, mudah diajak jalan, de el el, cap negatif laah. Indonesia juga begitu. Sepanjang pandangan saya, para lelaki iseng yg bekerja di daerah arab sangat tahu dengan "kualitas" wanita indonesia. Yaa seperti pengalaman saya tadi siang! Huh! Asem! Dipikirnya kita apaaannn?
So, biasanya saya tunjukin I AM NOT ORDINARY INDONESIAN WOMAN! Karena yg mereka pikir tu mudah dirayu dg uang, ya saya tunjukin saya juga bukan fakir miskin hohoho! Atau yg mereka pikir wanita indonesia tu bego, ya saya tunjukin saya cukup pintar untuk bikin bom dan meledakkan hidung si hidung belang hehehe. Asem emang, berapa kali sata harus berkutat dengan hal ini, gara gara ulah si lelaki iseng. Huh!

Five, FOREIGNER! Orang asing. Itulah intinya. So pasti ada durasi domisilinya kan yaaa? Contohnya saya, setelah dua thn ya balik ke indonesia. Naaah ini juga kelemahan kami yg dimanfaatkan laki laki iseng, baik yg lokal atau pun sesama org asing. Yaa gituu deh. Time pass. Teman kencan for a limited time! Pada saat wanita asing harus balik ke negaranya yah dg santai lah lelaki iseng berkata "sayang, kita dipisahkan oleh passport. Tapi percayalah, kau akan selalu di hatiku, aku akan selalu merindukanmu". Plak! Asem. Betul tidak?
Apaan tuh? So, lebih baik sendiri. Fokys belajar, mendoakan Najwa, menghindari hal yg kurang manfaat, dan pulang tepat waktu membawa prestasi ke tanah air. Seperti saya bilang berkali kali, cukuplah saya dengan diri saya sendiri! Terserah mau dibilang terisolasi, tdk menikmati hidup, wanita aneh, up to uuuu! Saya mah gak peduli! Wong gak mibta makan kok! Sama sama nebeng di bumi Allah!

Woke lah, pembaca. Mungkin itu yg bisa saya sampaikan tentang balada wanita asing dan lelaki iseng. Rima yg bagus bukan? Yang jelas, jika Anda saat ini tidak di dekat keluarga, tunjukkanlah bahwa Anda adalah pribadi yg lembut tapi tidak lemah, kuat tapi tidak kasar, sopan tapi tdk bisa diremehkan, berani tapi tidak sok jagoan dan percaya diri tapi tidak arogan!

Happy weekend to u all. And.., terima kasih telah membaca hingga baris ini!

Mysore, 20 Desember 2013

Thursday 19 December 2013

Ya sudahlah...

Hey!

Terima kasih masih berkenan mampir di blog saya. Membaca tulisan iseng seorang wanita yg sdg terdampar di India hehe.

Hmm, kali ini sih tentang kepasrahan. Seperti judul tulisan yg mirip dg judul lagu Bondan feat. Fade two black, ya sudahlah sering saya ucapkan saat keadaan sdh tdk lgi terkontrol. Saat yg saya inginkan meski sesederhana apa pun itu, tpi tetap tdk tercapai. Biasanya sih ug saya ucapkan YA SUDAHLAH.

Sudah kodrat manusia kita selalu berharap terbaik. Kita tentu tdk ingin menderita. Pasti ingin cita cita tercapai. Namun kadang hidup menempatkan kita pada titik nadir saat dimana usaha telah maksimal, namun yg kita cita citakan, se sederhana apapun itu, tidak tercapai.

Ini sih sebenarnya edisi buka puasa dalam keadaan mati lampu. Sudah dari pagi Mysore mati lampu, tdk ada listrik. Saya hanya berdoa, semoga saat berbuka puasa saya bisa memasak air agar bisa minum kopi hangat saat berbuka. Cukup sederhana bukan? Saya tidak minta makanan mewah, tidak minta rejeki berlebih, hanya secangkir kopi hangat saat saya berbuka.

Tapi subhanallah, hingga adzan maghrib listrik tak juga kembali. Saat itu sih akhirnya kalimat sakti saya yg terucap "ya sdhlah". Jujur saya bukan tipe penyerah, saya tahu saya adalah tipe pejuang hingga akhir. Saya akan memaksimalkan usaha saya. Sangat sedikit keadaan yang mampu membuat saya berlutut dan remuk. Namun saya juga tipe realistis. Saat saya tahu usaha saya tdk mungkin lgi dimaksimalkan. Saya memang punya kompor gas namun panci saya cuna satu, itu pun penuh dg sup ayam yg saya buat sejak kemarin. Sehingga saya mengandalkan listrik untuk memasak air di kettle pemanas. So, karena saya lihat tdk ada satu pun yg bisa saya buat, well, saat itu saya pun menyerah hehe.

Akhirnya saya berbuka dengan kopi dingin. Sedikit krupuk dan alhamdulillah ada kue tart yg dibawakan teman yg sdg berulangtahun. Syukur masih saya panjatkan. Saya masih diberi umur, diberi rejeki, alhamdulillah ya Allah. Mungkin saya kurang bersyukur atas eksistensi listrik, jadi hari ini nikmat saya memiliki listrik dicabut.

Ah, betapa mudahnya kita berburuk sangka pada setiap kejadian dan takdir Allah. Padahal jika kita buruk sangka pun toh kejadian tidak berubah. Masih listrik padam dan tidak ada air panas. So, kenapa harus nge dumel? Bukankah lebih baik menghitung nikmat Nya yg masih ada?

Alhamdulillah, msh punya kopi. Alhamdulillah, masih ada kue tart nih dari teman yg sdg ulang tahun, alhamdulillah msh bisa dengar ceramah aa gym dari kecanggihan tablet. Alhamdulillah, msh ada rumah, tdk kehujanan, aman, bersih, tdk ada yg ganggu, ah, betapa banyak nikmat Allah bukan?

Sungguh perjuangan berbaik sangka pada setiap kejadian yang ditetapkan Allah. Saya bukan tipe yg suka bermimpi tinggi. Hanya ingin punya anak, suami, rumah sederhana, selesai. Tapi alhamdulillah, saya menikah diberi jodoh hingga tujuh tahun. Diberi rejeki punya anak hingga enam tahun. Setelah itu, karena saya yg kurang amanah, semua dijemput Allah dari saya. Kalau mau komplain dengan takdir Allah pasti saya bisa. Sangat mudah saya berkata "kenapa coba ya Allah, lha saya sdh banyak mengalah, melahirkan hingga salah jahit dan sakit bertahun tahun, membesarkan anak hingga banting tulang, kok cuma minta bisa memeluk anak saja berat?". Tapi apakah keadaan membaik dengan nge dumel? Tidak kan?

So, saat ini saya berusaha menghitung nikmat yg masih ada. Dan fabi ayyi ala irabbikuma tukadzzibaan. Dan nikmat yg mana lagi yg kamu dustakan? Tentu tidak cukup hitungan kita utk menghitung nikmat Nya. Maha banyak. Alhamdulillah, bersangka baik pada segala ketentuan Nya membantu saya tetap hidup, tetap waras, dan tetap tegar hingga saat ini.

Saat ini saya seolah bisa bernafas lega. Jika saya melihat diri saya tahun lalu, tahun ini saya sudah jauh lebih baik. Tahun lalu saya masih berurai air mata. Tiba tiba tidur di kamar kost. Setelah beberapa saat ada telpon dari berbagai pihak yang kurang nyaman. Malam sering mengigau mencari Najwa karena ia selalu tidur di pelukan saya. Pada saat bersamaan saya kehilangan anak, sesuatu yg bernama rumah dan sesuatu yg bernama keluarga. Dalam sekejap tidak ada lagi yg bisa saya percaya. Saya seperti penumpang kapal yg tiba tiba karam dan saya ditinggalkan nakhoda sendirian. Tiba tiba nakhoda itu tidak lagi membawa saya. Saya tiba tiba tercebur dan menggapai apapun yg bisa saya raih. Saat itu, baik sangka pada Allah sedang diuji.

Alhamdulillah. Saya berpegang hanya pada sepotong kayu. Lamaran beasiswa saya ke India diterima. Inilah cara saya mengobati kesedihan. Saat Najwa tak lagi terjangkau, pertengkaran terus terjadi, perebutan anak terus tiada berujung, akhirnya saya berangkat. Saat itu India adalah sepotong kayu yg masih saya pegang erat erat agar saya tidak tenggelam, supaya tetap terapung.

Namun saat ini saya sdh cukup kuat. Alhamdulillah. Saya merasa sebentar lagi saya bisa melepaskan kayu ini dan berenang dengan kekuatan saya sendiri. Memang, samudera ini masih tiada tepi sejauh saya memandang. Ada kekhawatiran, mampukah saya menopang hidup saya sendiri? Bagaimana jika saya sakit? Dan terlebih lagi jika saya meninggal, adakah yg berkenan meneteskan air mata utk saya? Cukupkah gaji saya? Amankah pekerjaan saya?

Tinggal enam bulan lgi. Saya akan benar benar melepaskan kayu kecil yg membuat saya terapung hingga saat ini. Saya akan berenang. Kapal yang menampung saya selama tujuh tahun telah karam. Sudah tidak bersisa. Nakhoda beserta anak saya telah pergi dengan sekocinya. Saya tidak sendiri. Allah pasti bersama saya. Allah pasti menolong saya. Dan segala kejadian ini pasti baik karena Allah Maha Baik.

Alhamdulillah ya Allah. Saya masih hidup, masih bisa makan, masih bisa sekolah, masih bisa mendengar kabar Najwa. Semoga tidak perlu waktu lama saya berenang, saya bisa menemukan daratan. Bisa istirahat. Bisa membangun hidup. Insya Allah. Jika pun Kau takdirkan berenang hingga mati, ya sudahlah, itu pasti yang terbaik! Pasti!

Wednesday 18 December 2013

Karena being maried tidak se SIMPLE yang dibayangkan para SINGLE!

Hey there!

Ok, kali ini bicara tentang hal yang sangat dinanti nanti para single out there. A marriage. Banyak yang galau, sedih, deg degan, menunggu saat dilamar tiba. Jika saat ini Anda sedang in relationship, Anda galau memikirkan kapan diajak menikah. Apalagi Anda yg sedang truly single, mungkin galau mencari siapa yg bisa jadi pelabuhan hati, pangeran berbaju ksatria menunggang kuda putih dan datang menyelamatkan Anda dari menara kesepian, memboyong Anda ke istana impian bernama rumah, untuk dijadikan permaisuri. Iya kan? Ngakuuuu :-).

Well, saya tidak menyalahkan perasaan itu. Bahkan elektron perlu berpasangan dalam satu orbital agar ia stabil. True, Tuhan menciptakan kita semua berpasangan. Namun, seperti judul saya di atas, being married tidak se simple yang dibayangkan para single. Ada banyak hal yg harus dipikirkan, dikompromikan, bahkan dikorbankan. Saya adalah seseorang yg akhirnya memilih sendiri setelah pernah menikah. Tentu saya tidak men deskreditkan lembaga pernikahan hanya karena pengalaman pribadi, namun menikah and being in a marriage itu tidaklah mudah. Honestly speaking, setengah jiwa Anda harus mati atau dikubur hidup hidup dalam sebuah kompromi bernama pernikahan.

Saya tidak akan membagi kepedihan perceraian saya dan mengapa hingga kini saya memilih untuk tetap sendiri. No. Saya mengajak para single untuk berpikir bahagia, merasa bahagia dan melihat bahwa menikah hanyalah satu fase dalam hidup yg tidak perlu dipusingkan kapan datangnya. Maka berdasar pribadi yg pernah menikah, dan kembali single, ini yang ingin saya bagi. Jika saat ini Anda single, berbahagia lah!

Satu, penghasilan. Ok, tentu kita berpikir rejeki tu sdh ada yg atur. Correct! Tapi bukankah rejeki tidak datang jika kita tidak jemput? Ini harus dipikirkan mengingat dunia saat ini sarat dengan materialistic things. Siapa yg mencari nafkah? Akankah suami saya mampu? Ataukah karena kesulitan hidup akhirnya saya yg harus banting tulang dengan label MEMBANTU SUAMI, padahal tdk lebih hanya dijadikan sapi perahan? Kadang untuk diri kita sendiri, kita mampu menahan diri. Namun jika sdh ada anak, maka mau tidak mau kita bergerak karena ingin anak kita sejahtera. Mau beli baju untuk diri sendiri, mikir susu anak. Akhirnya tidak jadi. Itulah saya bilang, separuh jiwa akan mati atau terkubur hidup hidup setelah menikah. Ini yg tdk terpikirkan oleh para single. Saat ini akan ada yang harus anda pikirkan, kompromi dengan suami, dan korbankan. Mungkin jika si suami yg berkeras ia yg bekerja, meski dengan hasil pas pasan, maka Anda akan berpikir, dan berkorban. Jika ia mengizinkan Anda bekerja, maka Anda lagi lagi harus berkompromi dan berkorban waktu tenaga untuk bekerja dan untuk keluarga. Percaya lah, itu tidak mudah!

Dua, the in laws. Mertua menantu itu untung untungan. Seperti lotere menurut saya. Ada yg beruntung punya mertua baik hati dan ipar yg baik. Yg apes, yaaa gitu deh. Dikucilkan, tidak dihargai, tidak dianggap. Mungkin pikiran si single saat ini adalah, Ah, pasti pangeran ku mampu mempertahankan aku di hadapan keluarga nya. Karena ia kan cinta aku dan aku mencintainya, cinta kami akan mengalahkan segalanya. Haha, exactly! Itu yg dulu saya pikirkan. Tapi sekali lagi sakit sekali tidak dihargai itu. Bertambah sakit jika yg tdk menghargai Anda sebenarnya hanya orkes sakit hati yg tdk pernah menolong Anda namun suami Anda membela mereka mati matian. Tentu saja lah, lha itu keluarganya. Saat ia melamar. Anda, tentu janji manis yg terucap, saat pernikahan mulai terjal dan Anda berseberangan dengan keluarganya, itulah saat ia lebih memilih mereka daripada Anda. Saat itu bertahan dalam pernikahan seperti neraka sementara bercerai juga seperti samudera luas ganas tiada tepinya. So single, bagaimana sikap Anda jika itu terjadi dalam pernikahan yg Anda gadang gadang sebagai the best moment of your life?

Tiga, kebiasaan. Yup, ini penting. Anda akan hidup dengan pribadi lain yg dibesarkan dg cara yg berbeda dg Anda. Mungkin suami Anda tipe super bersih, maka Anda akan kelelahan mengikutinya. Atau jika ia si telat, Anda akan lelah menunggunya. Belum kebiasaan lain seperti NGOROK. Yup yup, ngorok, jangan Anda kira sebuah masalah sepele. Akankah Anda sanggup tidur bersebelahan dg nya yg terus membuat Anda terbangun? Ok, ok, again, Anda akan bilang, cinta mengalahkan segalanya. Tapi percayalah kebiasaan tidur yg berbeda akan membuat ranjang Anda terpisah, bahkan pisah kamar. Termasuk juga kebiasaan mematikan lampu saat tidur atau menggunakan kipas angin atau AC. Mungkin akhirnya kompromi adalah pisah ranjang, masing masing tidur nyenyak di kanar atau ranjang berbeda. Lantas, apakah itu yg pernah Anda pikirkan saat hendak menikah? Tentunya Anda ingin selalu tidur di damping ksatria Anda kan? Tapi mampukah telinga Anda menahan ngoroknya? Atau mampukah Anda berdingin atau berpanas ria disampingnya? Atau mampukah tidur dengan lampu menyala? Sekali lagi, dipikirkan, dikompromikan, lalu akan ada pihak yg berkorban. Dan sekali lagi, separuh jiwa Anda mati atau terkubur hidup hidup dalam kompromi itu.

Empat, sakit. Jika Anda pribadi yg sering sakit seperti saya, hmm menikah mungkin terlihat seperti solusi. Anda akan punya dia yg selalu berada disamping Anda. Romantisme akan terasa karena ia akan merawat Anda, ow, really? Pikir lagi laaahh, bisakah ia selalu disisi Anda? Bukankah ia perlu bekerja? Lalu sedih sekali bukan, jika pada statusnya Anda bersuami namun Anda lebih sering terkapar sendiri di pembaringan? Mending tidak punya kan ya? Dan mungkin setahun dua tahun ia rela merawat Anda, tapi percayalah seiring waktu, kebosanan itu akan muncul di wajahnya dan saat itulah Anda merasa merepotkan nya dengan kehadiran Anda. Cinta tak lagi terasa, yg ada hanya tinggal pedih.

Lima, dream sweet dream. Jika Anda berpikir menikah berarti ada yg menemani tiap malam, tidak lagi kesepian, hmm, sepertinya tidak selalu. Kadang suami anda punya pekerjaan yg harus meninggalkan Anda berbulan bulan. Atau Anda satu atap, namun menikah hanya menjadi rutinitas dua org yg hidup bersama. Duduk satu meja, tapi masing masing sibuk dg gadgetnya. Atau pekerjaan yg membuat ia dan Anda tak lagi berkomunikasi. Sekali lagi, menikah itu tidak se simple yg didambakan para single.

Enam, anak. Ini juga bukan masalah ringan. Kdg suami Anda menginginkan anak banyak, sementara Anda tidak mampu merawat anak sejumlah tersebut. Atau Anda memiliki trauma melahirkan. Mungkin si ksatria bisa kompromi, namun bisa juga tidak. Nah, jika saat itu ia tdk bisa berkompromi, apa yg Anda lakukan? Tentu. Anda yg berkorban, karena Anda tidak mau kehilangan mahligai pernikahan. Lalu jiwa Anda akan terkubur di tengah kesibukan menjadi mesin bayi. Anda tidak lagi punya ME time. Hidup Anda 24 jam habis untuk merawat anak dan suami hingga diri Anda pun tidak terurus. Selain karena biaya, karena tdk semua istri bisa memiliki PRT. Lantas, Anda akan bergumam, yah, inilah pengorbanan. True, tapi jika Anda yg terus menerus berkorban, layakkah kebersamaan itu disebut sebagai kebahagiaan?

Tujuh, perpisahan. Jika akhirnya Anda memilih berpisah seperti saya, hal yg mungkin tdk terpikirkan para single adalah konsekuensi hukum dari sebuah buku nikah. Believe me, saya tidak pernah menyangka untuk bercerai saya harus pontang panting berjuang agar setidaknya saya tetap hidup. Saya seperti seorang pribadi yg lolos dari lubang jarum peperangan. Dan sangat mudah bagi seorang laki laki untuk menyakiti wanita yg dianggapnya telah melukai harga dirinya dengan minta cerai. Meskipun perceraian itu pun terjadi karena salah satu kontribusinya. Tercabik cabik jiwa saya saat akhirnya saya keluar dari rumah itu dan tetap hidup hingga hari ini. Ia bisa merenggut semua nya bahkan hingga anak. Bukankah ini tidak terpikirkan saat Anda menggebu gebu hendak menikah?

Ok, lah, para single. Anda patut ber bahagia. Anda masih bisa tidur nyenyak tanpa beban mengurus suami dan anak, Anda bisa menggapai cita cita kemana pun, meraih mimpi tanpa harus berkompromi, Anda bisa tetap menghargai diri sendiri, tanpa harus dipusingkan dg tetek bengek rumah tangga. Bersyukurlah, berbahagia lah.

Dan saya bersyukur, setelah badai perceraian itu saya masih hidup. Bahkan lebih ringan saat ini, setelah saya berhasil ikhlas akan semua kehilangan itu. Bahkan dengan kehilangan ini, saya justru menemukan diri saya kembali, saya menggali separuh jiwa saya yg mati dalam pernikahan. Dan lebih penting saya kembali menemukan Tuhan. Banyak yg hilang dri saya saat ini, namun di saat yg sama saya kembali menemukan banyak hal, terutama diri saya beserta potensinya yg telah lama saya remehkan. Hidup saat ini sepi, true, but truly, it is not that bad at all!

Mysore, 18 Desember 2013

Tuesday 17 December 2013

Penampakan, infra red, uv vis, dan Woodward Fiesser Rule

Hey!

Terima kasih telah berkunjung ke blog saya. I hope this piece of mine can entertain u!

Well, menandai lahirnya blog saya, hari ini ingin sedikit berbagi kisah tentang penampakan. Hiiihhh, hantu? Maybe. Serem? It could be. Tapi seperti yang anda ketahui, saya adalah seorang kimiawan yg mengedukasi. Saya tidak akan mendiskusikan sesuatu jika itu tidak either chemically interesting or educationally worth talking. Rugi lah jauh jauh belajar kimia ke India sampai termimpi makan tahu tempe tiap malam saking kangen nya tapi pulang tidak membawa apa apa. Dan seperti saya bilang di atas, saya bukan hanya seorang kimiawan, meskipun gelar yg saya pursue disini M.Sc Chemistry, tapi karena saya juga punya gelar Master Pendidikan, so kimia yang saya bicarakan akan mengedukasi, I can talk chemistry in the most basic way, so u can comprehently understand. Gitu lah bahasa Banjar nya
:-).

Ok, penampakan. Pernah lihat acara TV yang mengandalkan penampakan? Biasanya kacamata yang dipakai tu kaca mata infra red atau bahasa indonesianya infra merah. Lha, kenapa toh? Kenapa gak pakai kacamata ray band aja? Hehehe.

Ok, jika Anda meng google WOODWARD FIESSER RULE, Anda akan bertemu dengan aturan yg memprediksi serapan senyawa organik di wilayah UV Vis. UV Vis terletak di range panjang gelombang 200-400 nm dan 400-800 nm. Jika suatu senyawa terletak di range panjang gelombang tersebut, maka ia akan memiliki warna, ya mejikuhibiniu itu. Sesuatu akan jadi colorless jika ia tidak memiliki panjang gelombang dalam range tersebut dn biasanya tidak ter detect dengan spectro UV Vis dan juga oleh mata kita. Ingat, putih ity juga warna, bukan colorless. Air itu colorless karena panjang gelombang nya lebih pendek. Something must possess wavelength within that range in order to be colored. Itulah istilahnya.

Dan ternyata, suatu senyawa organik yg memiliki double bond akan meningkat panjang gelombangnya. Jika Anda iseng membaca aturan Woodward Fiesser, Anda akan melihat bahwa conjugated double bond memberi tambahan +30 nm pada setiap senyawa. Jadi semakin banyak conjugated double bond dalam senyawa, semakin panjang gelombangnya, semakin terlihat lah warnanya. Tapi ini harus conjugated lho. Conjugated artinya double bond selang seling dengan single bond. Hehehe, mulai lah Anda terpapar dengan ke kimia an yang saya suguhkan.

Sementara ada satu zona lagi yang namanya infra red atau IR. Nah IR ini memiliki panjang gelombang yg lebih pendek dri UV Vis dan biasanya senyawa yang ter detect di IR adalah mereka yang tidak berwarna dan tidak ter detect di UV Vis. Jadi jika suatu senyawa memiliki panjang gelombang kurang dari 200 nm, maka kita perlu IR untuk mendeteksi nya. Dalam praktek kimia saya semester ini, kami mempelajari seluruh instrumen untuk mendeteksi senyawa, yang namanya SPECTROSCOPY. Ya mass, IR, UV Vis, carbon nmr, hingga proton NMR. Setiap alat punya zona nya masing masing dan saling melengkapi. Nah, disini saya tahu ooohh, kalau senyawa tu pendek panjang gelombangnya maka ia jatuh di zona IR dan tidak terdeteksi di UV Vis, dimana Vis artinya visible. Aww, India, thank u!

Hehe. Ok, sekarang kita bicara energi. Segala sesuatu di dunia ini butuh energi. Nah energi itu berbanding terbalik dengan panjang gelombang. Artinya jika panjang gelombang pendek, energi besar, vice versa. Si UV Vis tidak perlu energi tinggi karena panjang gelombangnya tinggi. Namun, IR punya energi tinggi karena panjang gelombang yang rendah.

So, penampakan makhluk makhluk yg invisible itu, perlu kacamata infra red, karena kita ingin melihat sesuatu yang tidak hanya invisible, tapi juga beda dimensi. Kalau yang pernah saya baca sih, hantu, jin, syetan, nyawa, itu memiliki energi spin elektron yang lebih tinggi dri manusia. Mereka juga terletak di dimensi ke empat. Tidak hanya tiga dimensi seperti kita. Tentunya mereka memiliki energi tinggi dan juga panjang gelombang pendek dan mungkin jika kita diizinkan meneliti kandungan senyawanya dapat dipastikan mereka miskin conjugated double bond. Aww, itu murni asumsi saya lho. Panjang gelombang para makhluk halus itu pastinya tidak di range UV vis. Selain itu mereka adalah jenis yang ber energi tinggi. So pasti panjang gelombangnya pendek. Hehehe.

Mari kita teruskan. So, sesungguhnya proses mewarnai itu hanya proses penambahan substituent atau conjugated double bond. Jika Anda baca lebih seksama tentang Woodward Fischer Rule, Anda akan lihat sumbangsih methyl di masing masing posisinya. Ada yang +10, +12, +18 nm. Mewarnai itu adalah proses penambahan substituent atau conjugated double bond agar panjang gelombang suatu senyawa bertambah dan jatuh di area UV Vis. Tidak lagi di area IR. Hehe, mulai kelihatan kan kimia nya?

Ok lah, sebenarnya yang saya bicarakan intinya adalah WOODWARD FIESSER RULE di UV Vis spectroscopy. Tapi bukan kimiawan yang mengajar jika hanya bisa bicara bla bla secara saintifik, namun tidak mampu menterjemahkan bahasa sains tersebut ke dalam aplikasi hidup sehari hari agar bisa dipahami orang awam. Bukankah kita tidk hidup sehari hari dengan spectroscopy? Tapi kita hidup dengan pewarna makanan, pewarna tekstil, penampakan di TV dan aplikasinya dengan kacamata IR? Untuk itulah saya bicara. Meng KIMIA kan hidup dan meng HIDUPKAN kimia.

Mengutip kalimat saudara angkat saya, Ian Guch, if u can explain science to your grandma and she can understand, u are an excellent science teacher!

Dan bagi Anda yang telah berkenan meluangkan waktu membaca hingga baris ini, u deserve my thank u. Terima kasih bagi Anda yang telah meluangkan waktu berkunjung ke blog saya dan membaca tulisan saya hingga baris ini...

Mysore, 18 Desember 2013

Tuesday 10 December 2013

My home. My nest. My kingdom.

Here I am.

Setelah stuck menulis notes di fb due to some reasons, akhirnya saya menemukan cara untuk menulis lagi. Through a blog! Yeah, kenapaa coba nggak dari dulu memaksimalkan tablet ini? Hehehe.

Ok, saat ini saya ingin berbagi tentang rumah saya, sarang saya dan kerajaan saya.

Well, rumah itu essentially a building. Tapi untuk saya, rumah juga a condition. Tempat dimana saya merasa aman, dicintai dan diterima. Saat ini rumah saya adalah di India. Di negara ini saya hidup hampir satu setengah tahun hingga saat ini. Indonesia belum rumah untuk saat ini, karena saya msh berdomisili di India. Saat ini saya ingin membagi keadaan hidup saya di India. Awal saya tiba disini keadaan sungguh susah. Saya tidur di lantai, di tengah suhu winter yg dingin, jalan kaki ke kampus yang berjarak hampir 4 km dari tempat tinggal saya, masih berjuang dengan bahasa inggris dan bahasa lokal.

Lalu, rumah saya temukan bersama dua orang vietnamese. Saya tinggal di sebuah kamar sementara mereka berbagi kamar. Tujuh bulan keadaan baik baik saja, saya mulai settle down dengan memiliki some things seperti motor, yang memudahkan saya beraktivitas. Memasuki bulan ke delapan, saya mulai kurang nyaman. Kondisi kesehatan saya yg naik turun menyebabkan saya merasa merepotkan teman serumah saya. Ditambah dengan budaya yang berbeda menyebabkan bangunan itu tidak lagi terasa rumah bagi saya.

Akhirnya, saya pindah. Saya memutuskan tinggal sendiri. Agar tidak merepotkan siapa pun jika saya sakit. Tetangga indian saya yg mencarikan rumah ini. Rumah yang seolah olah menunggu untuk saya tempati. Saya tinggal di lantai dua. Thus, angin dan cahaya sangat cukup penetrasinya. Rumah ini terdiri dari dua ruangan. Satu ruangan untuk saya tidur dan belajar, ruangan lain terdiri dari dapur dan toilet dan sedikit space untuk lemari. Rumah ini sdh dibangun empat bulan yg lalu, namun belum ada penyewa untuk lantai dua. Lantai ketiga open space untuk jemuran, dan berbeda dengan bangunan lain yg berpintu pintu menyamping, rumah saya bangunan tunggal sehingga tetangga hanya ada di lantai satu, sangat nyaman dan terjaga privasi saya. Bahkan saya punya sedikit balcony di depan pintu tempat saya sering duduk sore atau malam menikmati bintang.
Ruang kedua adalah dapur dan toilet. Ini yang saya senangi dari rumah ini. Bangunan yg tidak besar tapi memiliki semua yang saya perlukan. Kebanyakan kamar di india disewakan tanpa dapur, atau dapur harus bergabung dengan pemilik rumah. Selain itu, bangunan disini dirancang dengan toilet terpisah dari bangunan rumah, mungkin berdasar filsafat hindu, itu yg juga membuat saya berpikir saat hendak menyewa. Toilet yg tdk perlu keluar rumah itu perlu untuk saya karena saya tidak ingin setiap ke toilet memakai jilbab hehe gimana kalau kebelet. Dapur dan toilet, itu important untuk saya. Dan keduanya harus attach. Itu yg saya sampaikan pada tetangga saya. Dan alhamdulillah, Allah menunjukkan rumah ini untuk saya. Plus, bonus point, rumah ini hanya sekitar dua meter dari masjid, jadilah, ini RUMAH untuk saya. Mendengar adzan, mengetahui waktu shalat tiba langsung dari masjid, berkumpul dengan banyak komunitas muslim diantara tetangga hindu, itu adalah RUMAH untuk saya. Dan, saya bukan datang ke rumah ini saat saya pindah, tapi saya pulang.

Tempat favorit saya di rumah ini adalah meja belajar dan dapur. Di meja ini semua strategi, buku, rencana, menulis tugas, bahkan sarapan dilakukan disini. Dari jendela saya bisa melihat anjing tetangga yang kadang juga menatap saya dari seberang rumah. Kadang saya menatapnya lamaaa sambil berkomunikasi dalam hati. Saat sepi, rindu tanah air, rindu keluarga menyerang saya. Meja ini kenikmatan besar untuk saya.

Dapur juga tempat favorit saya. Dengan kompor gas satu tungku saya memasak untuk dibawa ke kampus atau saat saya libur. Dapur mungil yg benar benar pas untuk saya yang sendiri. Kadang saat saya kesepian, saya duduk di depan kompor ini.

Seperti judul tulisan ini, my home, my nest. Disini daerah kekuasaan saya. Meskipun rata rata tetangga beragama hindu, saya telah meminta izin bahwa ke musliman saya akan tetap terlihat disini. Saya tidak mengizinkan anjing mendekat ke depan pintu, dan setiap subuh dan maghrib jika tidak saya yang mengaji melantunkan ayat suci Quran, maka murottal yang saya pasang. Setiap malam jumat, suara Aa. Gym memenuhi ruangan, melalui radio itune saya menemani saya berbuka puasa. Tetangga depan rumah juga tahu saya puasa senin kamis karena setiap dua hari itu saya menitip es batu di kulkas beliau untuk berbuka puasa. Jam empat subuh saya juga sudah bangun  dan mengawali hari saya. Tidak perlu menari atau menyanyikan lagu kebangsaan, tetangga disini sdh mengetahui dan kagum dengan budaya yang saya tunjukkan. Beberapa dari mereka datang langsung pada saya, tidak menyangka ada orang asing dengan budaya yang baik. Dulu mereka berpikir orang asing pasti pesta, sex bebas, alkohol, keluar malam. Bahkan saat saya menyewa rumah ini, sang pemilik memberi masa percobaan tiga bulan, khawatir saya seperti orang asing lainnya yang doyan pesta, mabok, keluar malam dan sex bebas.

Sekarang mereka menerima saya. Saya seorang muslim, yg tdk akan mengganggu mereka dengan kepercayaannya, tapi saya akan tetap dengan apa yang saya percayai benar. Bahkan beberapa ibu ibu disini sering mencontohkan saya untuk anak gadisnya. Bangun pagi, belajar, membersihkan rumah, menjaga diri dari laki laki iseng. Well, i am financially enough, mentally well, inteligently fine, so sendiri bukan hal yang susah.

My kingdom berarti ini kerajaan saya. Di rumah ini saya mengatur semuanya. Saya tidak mengizinkan siapa pun menghina agama saya di rumah ini. Pernah ada seorang Iran yang menghina muslim, saat itu juga saya usir ia keluar. Terserah anda suka atau tidak, ini adalah my policy. Saya mungkin terlihat seperti muslim yang coboy, hijab yang tidak selebar daun kelor, tapi anda tidak akan menyangka saya rela mati untuk agama ini. Toh kita semua pasti mati, hanya metode kematian kita yang berbeda, so apa yang lebih baik dibanding mati membela apa yang kita yakini benar?

So, ini adalah rumah. Dan saya sangat bahagia rumah ini saya sewa dengan 3.000 rupee atau setara 600.000 rupiah. Jauh sekali lebih murah jika dibandingkan kamar kost saya dulu tanpa dapur.

Tapi well, someday kita harus pulang. Ini rumah hingga 2014. Setelah itu, rumah saya akan didefinisikan berbeda. Dan rumah yang sesungguhnya adalah alam akhirat. Tempat dimana kita semua akan pulang. Membawa pencapaian kita saat melancong di dunia. May we will go home safely, peacefully and happily. Amin...