Thursday 26 December 2013

Segitiga maslow and how to safe a life...

Hey!

Untuk Anda yg msh berkenan membaca blog saya, saya ucapkan banyak terima kasih. Blog ini sebenarnya hanya tuangan ide (kadang kadang), tempat berbagi rasa (ini yg paling sering) ataupun menyatakan pendapat atau posisi saya terhadap sesuatu.

Pagi ini saya ingin menulis tentang segitiga Maslow. Dulu, duluuu sekali saya pernah belajar hal ini di mata kuliah Perkembangan Peserta Didik. Saat itu, yang saya tahu ada sebuah tokoh humanis yang menyatakan teori psikologi kebutuhan manusia dan meletakkannya dalam sebuah segitiga. Segitiga tersebut ia bagi dalam lima fase. Fase pertama ia sebut physical needs, di fase ini manusia memerlukan seluruh kebutuhan dasarnya terpenuhi, ya makan, sandang, papan. Itu harus terpenuhi, agar ia bisa naik ke level dua yaitu safety needs. Di level safety needs, manusia membutuhkan rasa aman. Anda bisa bayangkan kan, meskipun dalam keadaan perang, manusia tetap butuh makan, pakaian dan tempat berteduh, nah kebutuhan kedua ya rasa aman tersebut.

Fase ketiga adalah love and belonging needs. Nah, di fase ini saat manusia sdh merasa aman, sdh kenyang, sdh punya pakaian dn tempat tinggal, disini manusia mulai ingin dicintai, diterima, ingin memiliki seseorang, ataupun barang luxury yang tidak sekedar baju ataupun makanan. Yg sdh punya rumah, ingin rumah yg lebih besar. Yg sdh punya motor, ingin punya mobil. Begitulah, fase ketiga baru akan terasa kebutuhannya saat afse kedua dan pertama telah tercukupi. Fase keempat adalah self esteem needs. Ini kebutuhan akan dihargai. Tiba tiba setelah memiliki banyak hal, seperti rumah mewah, mobil, keluarga yg utuh, manusia ingin dihargai. Mereka tidak lagi bisa diremehkan. Anda tentu bisa membedakan bagaimana memperlakukan tukang sampah lusuh dengan seorang pengusaha kaya, iya kaannn? Walaupun kita tidak boleh membedakan manusia karena derajatnya, tetap tuh tidak sama perlakuan kita antara tukang sampah dan pengusaha kaya. Dan mereka pun menerima perlakuan kita dengan cara berbeda pula. Kalau tukang sampah ya pasrah biar dihina atau tidak dihiraukan, tapi pengusaha tidak akan tinggal diam kalau Anda tidak memperlakukan beliau dengan sepantasnya. Itu adalah self esteem, harga diri.

Yang terakhir adalah self actualisation needs. Saat ini manusia ingin diakui, ingin dilihat sebagai seseorang yg bermanfaat. Intinya ingin eksis lah. Harga dirinya sdh terealisasi dalam karya dan dengan karya itu ia ingin dilihat sebagai manusia.

Well, dulu saya hanya jago menghafal dengan teori ini. Sya tidak pernah berpikir untuk mengaplikasikannya. Namun sejak saya sendiri, saya lebih banyak berpikir tentang teori ini. Tadi malam seorang teman yg masih belum juga menikah, curhat tentang kesendiriannya dan betapa ia ingin segera dilamar. Lalu, isenglah saya bertanya keadaan karier dan keuangannya. Dan benarlah dugaan saya, ia sukses secara karir, sangat melimpah dari segi finncial, dan ia aman karena ia memiliki hampir semuanya.

Setelah perbincangan itu, seorg teman bertanya pada saya, apa msh berminat mencoba lagi dalam percintaan. Haha, saya hanya tertawa. Saya cuma bilang di segitiga maslow, saya masih di level satu. Saya masih sibuuk mengurusi supaya uang yg saya terima cukup untuk hidup. Saya pun belum merasa aman dengan pekerjaan ataupun hidup saya ke depan, so bagaimana mungkin saya bisa berpikir loncat ke level tiga, kalau level satu dan dua saja belum terpenuhi?

Ya, mungkin Anda berpikir toh saya PNS. Apa yg ditakutkan dari seorg PNS? Setelah akta cerai saya terbit, gaji saya akan resmi dipotong, itu karena saya menanggung mantan suami dan anak dulunya, maka gaji itu akan dipotong. Sertifikasi tentu sudah lama saya tidak dapatkan, dan saya kurang paham bagaimana mengaktifkan sertifikasi itu kembali karena selama dua tahun ini saya tidak aktif mengajar. So, jadilah hanya gaji pokok pegawai golongan tiga C yg saya bisa andalkan setiap bulannya.

Saya adalah perancang strategi, maka bahkan masih enam bulan sebelum saya selesai di india, saya sudah bersiap siap untuk proses bertahan hidup di Indonesia. Saya tahu, kebutuhan saya hanya tiga, makan, bayar sewa kos yg katanya telah mencapai sejuta per bulan, dan bensin untuk memudahkan saya beraktifitas. Saya bukan tipe wanita mewah yg perlu ke salon untuk facial, ataupun ke karaoke melepas lelah. Jika pun saya benar benar perlu hiburan, saya akan memilih ke bioskop ataupun bisa dihemat lagi dg membeli dvd bajakannya dan nonton sendiri di kamar. Dan saya bukan tipe yg suka merepotkan orang lain dengan kesulitan saya. Jika pun dengan tulisan ini Anda merasa saya repotkan karena Anda harus membaca tulisan yg negatif seperti ini, saya mohon maaf, hanya ini yg bisa saya lakukan untuk sedikit mengurangi beban saya. Untuk makan pun, saya hanya makan sekali sehari, hanya makan siang biasanya, dan dua kali seminggu saya memilih puasa. So intinya hidup saya tidak mahal. Namun tetap saja, mengandalkan gaji pokok golongan tiga di Samarinda itu tidak mudah.

Di India saya bertahan hidup dengan uang beasiswa. Sebulan 1.800.000 rupiah. Itu cukup untuk bensin, makan dan sewa rumah. Tapi di India hidup sangat murah. Dengan 600.000 rupiah saya bisa mengontrak rumah dengan dapur dan toilet attached. Listrik saya sebulan hanya 16.000 rupiah. Air sebulan juga 16.000. Untuk bensin yg agak mahal, karena di India bensin 15.000 rupiah per liter. Itu sebabnya saya jarang keluar rumah, yah berhemat agar beasiswa itu cukup. Dengan uang sejumlah itu saya masih bisa sebulan sekali makan di restoran semisal KFC.  Tapi selebihnya saya harus memasak. Dan itu bukan beban untuk saya karena saya pun hobi memasak. Untuk biaya buku yg biasanya saya siasati. Drpada membeli buku saya mengandalkan fotokopi. Atau sering saya ngendon di perpustakaan agar bisa menulis bahan kuliah yg saya perlukan. Internet pun di India hanya perlu 30.000 sdh bisa dapat data 1Gb per bulan. Bisa dilihat kan, betapa murahnya hidup saya di India. Uang sejumlah itu tentu tidak cukup di Indonesia karena untuk kamar kos saja telah mencapai sejuta sebulan.

Saya pun sadar, saya telah menghilang selama dua tahun. Saya harus menunjukkan pada berbagai pihak bahwa saya telah kembali dan siap bekerja keras untuk diri saya sendiri. Saya tidak perlu diberi uang sedekah, saya perlu hal yg bisa saya kerjakan dan bisa memberi saya penghasilan tambahan. Selain untuk mengisi waktu luang saya daripada saya sedih memikirkan hidup, itu juga bermanfaat untuk bertahan hidup.

Saya telah mengirimkan email kepada beberapa teman, bahwa saya perlu pekerjaan selain pekerjaan utama saya di fakultas tempat saya bekerja. Saya mengabarkan pada mereka saya akan segera lulus dan siap bekerja apapun, selama itu halal dan bisa menambah untuk biaya hidup saya. Saya hanya ingin diterima kembali, memohon agar saya dinilai berdasarkan kinerja saya dan bukan karena apa yg telah terjadi dlam hidup saya. Anda tahu pasti maksud saya. Bisa bayangkan kan, bagaimana sistem di. Indonesia memandang seorang wanita yg sendiri?

Intinya saya sibuk di level satu segitiga maslow. Bahkan level dua pun msh berusaha saya penuhi karena ada banyak pihak yg dengan ringan melontarkan hujatan atau hinaan pada wanita seperti saya, menghakimi tanpa tahu masalah yg sebenarnya terjadi. Saya belum merasa aman. Itu juga level yg belum terpenuhi.

Tentu saya punya keluarga. Dan mereka tentu tidak akan membiarkn saya kelaparan. Tapi saya bukan tipe orang yg biasa menadahkan tangan. Orang tua saya telah cukup terbebani dengan perpisahan saya, sehingga sedapat mungkin ke depan saya harus berusaha menopang hidup saya sendiri.

Nah, jika saya masih sibuk di level satu segitiga maslow, masih sibuk memikirkan bagaimana bisa tetap bertahan hidup, maka masih sempatkah saya untuk berpikir saya butuh dicintai? Hehe, tentu tidak bisa. Saya msih sibuk berusaha menemui anak saya. Saya msih sibuk berusaha bekerja dan mendapatkn sedikit uang extra. Bukan untuk bermewah mewah, bukan, hanya sedikit uang agar saya tetap bertahan hidup. Dengan kesibukan seperti itu, maka Anda tentu paham kenapa saya akhirnya memutuskan untuk tetap sendiri...

Ah, sudahlah. Allah Maha Kaya. Ia akan Menolong saya melewati ini. Dan saya yakin saya bukan yg terpuruk dalam hidup. Masih banyak mereka yg jauh lebih sulit hidupnya daripda saya. Yg harus saya syukuri saat ini adalah saya lebih sehat dari sebelumnya. Saya tidak lagi sakit perut atau diare berkepanjangan yg mengakibatkan saya tidak bisa beraktivitas. Saya jauh lebih sehat dibnding sebelum brgkt ke India. Itu adalah anugerah. Yang jelas, selain berdoa memohon pertolongan Allah, saya juga harus bergerak menolong diri saya sendiri. Dan saya siap bekerja keras untuk itu, berusaha menemui anak saya di sekolahnya setiap hari, dan bertahan hidup! Itu harus! Dan saya siap menghadapi proses bertahan hidup. Ya semoga level satu dan dua segitiga maslow hidup saya ini segera terpenuhi. Aminnn. This is about how to safe a life! My life!

Mysore, 27 Desember 2013.

No comments:

Post a Comment