Tuesday 10 December 2013

My home. My nest. My kingdom.

Here I am.

Setelah stuck menulis notes di fb due to some reasons, akhirnya saya menemukan cara untuk menulis lagi. Through a blog! Yeah, kenapaa coba nggak dari dulu memaksimalkan tablet ini? Hehehe.

Ok, saat ini saya ingin berbagi tentang rumah saya, sarang saya dan kerajaan saya.

Well, rumah itu essentially a building. Tapi untuk saya, rumah juga a condition. Tempat dimana saya merasa aman, dicintai dan diterima. Saat ini rumah saya adalah di India. Di negara ini saya hidup hampir satu setengah tahun hingga saat ini. Indonesia belum rumah untuk saat ini, karena saya msh berdomisili di India. Saat ini saya ingin membagi keadaan hidup saya di India. Awal saya tiba disini keadaan sungguh susah. Saya tidur di lantai, di tengah suhu winter yg dingin, jalan kaki ke kampus yang berjarak hampir 4 km dari tempat tinggal saya, masih berjuang dengan bahasa inggris dan bahasa lokal.

Lalu, rumah saya temukan bersama dua orang vietnamese. Saya tinggal di sebuah kamar sementara mereka berbagi kamar. Tujuh bulan keadaan baik baik saja, saya mulai settle down dengan memiliki some things seperti motor, yang memudahkan saya beraktivitas. Memasuki bulan ke delapan, saya mulai kurang nyaman. Kondisi kesehatan saya yg naik turun menyebabkan saya merasa merepotkan teman serumah saya. Ditambah dengan budaya yang berbeda menyebabkan bangunan itu tidak lagi terasa rumah bagi saya.

Akhirnya, saya pindah. Saya memutuskan tinggal sendiri. Agar tidak merepotkan siapa pun jika saya sakit. Tetangga indian saya yg mencarikan rumah ini. Rumah yang seolah olah menunggu untuk saya tempati. Saya tinggal di lantai dua. Thus, angin dan cahaya sangat cukup penetrasinya. Rumah ini terdiri dari dua ruangan. Satu ruangan untuk saya tidur dan belajar, ruangan lain terdiri dari dapur dan toilet dan sedikit space untuk lemari. Rumah ini sdh dibangun empat bulan yg lalu, namun belum ada penyewa untuk lantai dua. Lantai ketiga open space untuk jemuran, dan berbeda dengan bangunan lain yg berpintu pintu menyamping, rumah saya bangunan tunggal sehingga tetangga hanya ada di lantai satu, sangat nyaman dan terjaga privasi saya. Bahkan saya punya sedikit balcony di depan pintu tempat saya sering duduk sore atau malam menikmati bintang.
Ruang kedua adalah dapur dan toilet. Ini yang saya senangi dari rumah ini. Bangunan yg tidak besar tapi memiliki semua yang saya perlukan. Kebanyakan kamar di india disewakan tanpa dapur, atau dapur harus bergabung dengan pemilik rumah. Selain itu, bangunan disini dirancang dengan toilet terpisah dari bangunan rumah, mungkin berdasar filsafat hindu, itu yg juga membuat saya berpikir saat hendak menyewa. Toilet yg tdk perlu keluar rumah itu perlu untuk saya karena saya tidak ingin setiap ke toilet memakai jilbab hehe gimana kalau kebelet. Dapur dan toilet, itu important untuk saya. Dan keduanya harus attach. Itu yg saya sampaikan pada tetangga saya. Dan alhamdulillah, Allah menunjukkan rumah ini untuk saya. Plus, bonus point, rumah ini hanya sekitar dua meter dari masjid, jadilah, ini RUMAH untuk saya. Mendengar adzan, mengetahui waktu shalat tiba langsung dari masjid, berkumpul dengan banyak komunitas muslim diantara tetangga hindu, itu adalah RUMAH untuk saya. Dan, saya bukan datang ke rumah ini saat saya pindah, tapi saya pulang.

Tempat favorit saya di rumah ini adalah meja belajar dan dapur. Di meja ini semua strategi, buku, rencana, menulis tugas, bahkan sarapan dilakukan disini. Dari jendela saya bisa melihat anjing tetangga yang kadang juga menatap saya dari seberang rumah. Kadang saya menatapnya lamaaa sambil berkomunikasi dalam hati. Saat sepi, rindu tanah air, rindu keluarga menyerang saya. Meja ini kenikmatan besar untuk saya.

Dapur juga tempat favorit saya. Dengan kompor gas satu tungku saya memasak untuk dibawa ke kampus atau saat saya libur. Dapur mungil yg benar benar pas untuk saya yang sendiri. Kadang saat saya kesepian, saya duduk di depan kompor ini.

Seperti judul tulisan ini, my home, my nest. Disini daerah kekuasaan saya. Meskipun rata rata tetangga beragama hindu, saya telah meminta izin bahwa ke musliman saya akan tetap terlihat disini. Saya tidak mengizinkan anjing mendekat ke depan pintu, dan setiap subuh dan maghrib jika tidak saya yang mengaji melantunkan ayat suci Quran, maka murottal yang saya pasang. Setiap malam jumat, suara Aa. Gym memenuhi ruangan, melalui radio itune saya menemani saya berbuka puasa. Tetangga depan rumah juga tahu saya puasa senin kamis karena setiap dua hari itu saya menitip es batu di kulkas beliau untuk berbuka puasa. Jam empat subuh saya juga sudah bangun  dan mengawali hari saya. Tidak perlu menari atau menyanyikan lagu kebangsaan, tetangga disini sdh mengetahui dan kagum dengan budaya yang saya tunjukkan. Beberapa dari mereka datang langsung pada saya, tidak menyangka ada orang asing dengan budaya yang baik. Dulu mereka berpikir orang asing pasti pesta, sex bebas, alkohol, keluar malam. Bahkan saat saya menyewa rumah ini, sang pemilik memberi masa percobaan tiga bulan, khawatir saya seperti orang asing lainnya yang doyan pesta, mabok, keluar malam dan sex bebas.

Sekarang mereka menerima saya. Saya seorang muslim, yg tdk akan mengganggu mereka dengan kepercayaannya, tapi saya akan tetap dengan apa yang saya percayai benar. Bahkan beberapa ibu ibu disini sering mencontohkan saya untuk anak gadisnya. Bangun pagi, belajar, membersihkan rumah, menjaga diri dari laki laki iseng. Well, i am financially enough, mentally well, inteligently fine, so sendiri bukan hal yang susah.

My kingdom berarti ini kerajaan saya. Di rumah ini saya mengatur semuanya. Saya tidak mengizinkan siapa pun menghina agama saya di rumah ini. Pernah ada seorang Iran yang menghina muslim, saat itu juga saya usir ia keluar. Terserah anda suka atau tidak, ini adalah my policy. Saya mungkin terlihat seperti muslim yang coboy, hijab yang tidak selebar daun kelor, tapi anda tidak akan menyangka saya rela mati untuk agama ini. Toh kita semua pasti mati, hanya metode kematian kita yang berbeda, so apa yang lebih baik dibanding mati membela apa yang kita yakini benar?

So, ini adalah rumah. Dan saya sangat bahagia rumah ini saya sewa dengan 3.000 rupee atau setara 600.000 rupiah. Jauh sekali lebih murah jika dibandingkan kamar kost saya dulu tanpa dapur.

Tapi well, someday kita harus pulang. Ini rumah hingga 2014. Setelah itu, rumah saya akan didefinisikan berbeda. Dan rumah yang sesungguhnya adalah alam akhirat. Tempat dimana kita semua akan pulang. Membawa pencapaian kita saat melancong di dunia. May we will go home safely, peacefully and happily. Amin...

No comments:

Post a Comment