Friday 2 October 2015

My PhD Journey, Auckland Day 2

Hello readers.

It is me again with my silly writings. Saya tahu di Indonesia saat ini baru jam setengah enam, mungkin Anda baru ada yang selesai shalat subuh, dan baring baring lagi ya. Saat ini kami di Auckland sudah jam 10.45 pagi hampir jam 11 dan saya makan toast bread lagi. Entah sudah berapa hari saya tidak makan nasi, toast bread ini saya pikir cukup nyaman untuk perut saya yang lumayan "sensitif".

Postingan kali ini masih tentang my Auckland journey. Saya akan bercerita tentang serunya hari kedua saya di Auckland. Sebagai seseorang yg tidak biasa dengan budaya western, terus terang saya kaget dengan perbedaan budaya ini. Well, India is still asia sehingga tidak begitu sulit bagi saya untuk beradaptasi. Minimal, wc ada airnya hehe. Disini juga semua eror akan ada penalty. Jika buang sampah sembarangan, jika lupa kunci kamar, bahkan jika kunci kamar tertinggal di dalam kamar. Ini benar-benar menjadikan saya pribadi yang harus TELITI jika tidak mau tekor selalu bayar denda. Saya harap saya bisa menyesuaikan diri dengan cepat, karena saya ingin fokus mengejar pencapaian akademik, once saya sudah cukup beradaptasi. Semoga, insya Allah.  Metode yang saya terapkan adalah SYUKURI HAL SEKECIL APAPUN.

Hari kedua ini, saya bangun kesiangan. Saya bangun jam 11 30 pagi karena kelelahan menangis semalaman. Saya ingat bahwa saya harus menemui manajer hostel untuk menyelesaikan pembayaran hostel tiga bulan ke depan. Bergegas saya mandi, buat sarapan (yg cuma toast bread) dan berjalan ke kantor manajer. Ada dua orang Indonesia yang sudah saya kenal di building ini, satu mbak Sari, dosen yg berangkat dengan biaya DIKTI dan satu lagi awardee LPDP. Saya bertemu salah satu dari mereka dan well, ternyata mereka semua sangat sibuk dengan pekerjaan masing-masing sehingga tidak ada yang bisa mengantar saya ke city. Jika saya menunggu lagi, tentu itu akan membuat proses daftar ulang saya telat, dan itu juga mengakibatkan pembayaran uang beasiswa menjadi telat. Saya pun berpikir, saya harus BERGERAK sendiri.

Saya shalat zuhur dulu di kamar sebelum berangkat. Awalnya, saya menemui manajer hostel dan membayar kamar untuk 12 minggu ke depan. Saya memilih long stay agar saya bisa dapat internet. Saat ini saya sudah dapat net dengan kuota 2 Gb per week, lumayan, saya bisa mengakses net dengan laptop saya. Selain itu saya mendapat kitchen locker tempat saya bisa menaruh bahan makanan plus alat masak yang saya punya. Alhamdulillah.

Here are some experiences for the smooth second day:
1. Bus Stop (number 277 and 247)

Tempat tinggal saya agak jauh dari bus stop dan saya harus berjalan memanjat sekitar setengah mil. Namanya mount eden village dan memang ada gunung yg indaaah banget di belakang perumahan saya. Saya diberitahu nomer bus dan segera bergegas karena jam telah menunjukkan pukul 2 siang. Saya sebenarnya janjian dengan WNI lain yang tinggal di city, namun karena ia ada kuliah jam 2 30 siang, saya pun tawakkal melangkah sendiri. Supir bis yang pertama agak grumpy. Ia nampak tidak senang saya banyak bertanya. Ah, sudahlah, saya biarkan ia dengan ke grumpy an nya. Ternyata tempat tinggal saya tidak jauh, jika ditempuh bis hanya lima belas menit.

2. The Enrollment (Daftar ulang)
Saya pun turun di clock tower, dan ternganga melihat semua bangunan yang saya lihat di website, sekarang benar-benar ada di hadapan saya. Saya menuju Graduate centre dan daftar ulang. Smooth sekali prosesnya. saya diberi tahu bahwa tahun pertama ini saya masih PhD student dan akan dievaluasi tahun depan untuk menyelesaikan goal goal saya. Ada tiga hal yang harus saya selesaikan ASAP.
a. Doctoral Induction Program: ini seperti program orientasi penerimaan mahasiswa doktoral yang wajib diikuti, ada pilihan sessionnya dan saya diminta booking online. Alhamdulillah, saya sudah punya internet sehingga tidak pelu repot repot mengaksesnya.
b. DELNA assesment, ini seperti English for academic, sama seperti halnya induction day, saya juga harus booking online.
c. ACAD module integrity, ini adalah modul tes akademik yang juga harus saya selesaikan dalam waktu dekat namun baru bisa available by next week.
Smoothly, saya pun terdaftar ulang.

3. International Centre
Saya pun ke gedung belakang graduate centre. Disini saya disambut petugas yang ramah sekali. Saya diberikan enrollment sheet yang bisa digunakan untuk apply living allowance. Bahkan si perempuan memberikan saya city map dan mengajari saya toko hardaware dimana saya bisa mendapat berbagai barang untuk "memulai hidup". Saya sangat berterima kasih dengannya hingga saya memberikan salah satu souvenir yang saya bawa.

4. The Professor.
Nah, ini dia. Waktu telah menunjukkan jam 3.45 saat saya naik ke lantai tujuh tempat dimana beliau berkantor. Saya tidak berharap bisa bertemu beliau karena memang saya berjanji akan menemui beliau minggu depan dan departemen akan tutup jam 4. Beliau juga menyarankan saya untuk istirahat dulu karena saya akan mengalami jet lag. Namun, entahlah, proses yang begitu smooth mengantarkan saya ke building beliau.
Setiap mahasiswa kimia punya akses card sehingga jika saya tidak sama sama dengan mereka yang sudah memiliki akses card, bisa dipastikan saya tidak bisa masuk. Namun, alhamdulillah, saya berbarengan dengan mahasiswa s satu dan saat dia menswipe kartunya, lewatlah saya hehehe.
Saya akhirnya menemukan ruangan beliau. Tapi tidak ada seorang pun disana. Saya bertanya dengan petugas di depan, mereka hanya mengangkat bahu. Saya pun memberanikan diri mendekati pintu dan melihat beliau disana. Sedang mengamati layar monitor. Beliau kaget, mengamati wajah saya, dan saya pun menyebutkan "Sir, it is me, Nurul". Beliau nampak kaget karena memang saya tidak ada janji, tapi segera berubah ramah dan menyebutkan "Ah, it is you, I did not expect to see you today, have a seat, how was the flight, how was the accommodation". Hehe, saya agak kikuk ditanya banyak hal oleh pembimbing.
Saya pun menjawab semua baik baik saja, dan memohon maaf saya belum membawa oleh-oleh untuk beliau karena saya tidak menyangka bisa bertemu beliau kemarin. Beliau menggelengkan kepala, lalu berkata "it doesn't matter". Satu kalimat pujian awal "your English is EXCELLENT". Saya pun hanya bisa berkata "thank you, Sir".

Beliau pun bertanya apa saya sudah punya PhD pack. Saya jawab belum. Beliau pun menyuruh saya duduk dan beliau mengambilkan PhD pack saya ke bawah. Saya hampir tidak percaya bahwa saya menemui orang yang selama setahun ini berkomunikasi dengan saya via email. Beloau ternyata seramah emailnya dan well. nyantai banget sebagai supervisor. Saya beberapa kali merinding. Untuk seoarng yang tidak se jenius yang lain, pengalaman PhD ini adalah luar biasa untuk saya.
Beliau kembali, lalu menunjukkan beberapa hal dalam PhD pack. Dan langsung menawari posisi teaching assistant, sesuatu yang sudah dijanjikan beliau di email. Saya tidak menyangka semua ini akan secepat itu karena saya pikir beliau pasti ingin men tes saya dulu, untuk melihat skill saya. Tapi ternyata tidak, beliau memeprtimbangkan posisi saya sebagai dosen di Indonesia dan menyatakan bahwa pekerjaan teaching aasistant ini sangat well paid dan sangat baik untuk CV saya. Tentu saya setuju. Beliau pun mengisi formulir itu untuk saya. Aneh ya.

Saya pun mengatakan pada beliau saya perlu shalat Ashar. Beliau bertanya apakah saya harus melakukan itu sekarang. Saya jawab mungkin jam 4 30. Dan seperti di email belaiu, beliau memang sangat support dengan apa yang saya percayai. Beliau mengatakan diskusi dengan beliau akan selesai sebelum jam 4.30 untuk memastikan waktu shalat saya tidak terganggu. Setelah itu beliau menunjukkan tempat shalat dari kantor beliau. Beliau membuka jendela lalu menunjuk ke satu arah. Beliau memanggil saya untuk berdiri di samping beliau dan berusaha menunjukkan tempat itu dari jendela kantornya.

Masih bingung, namun saya berusaha berkata"I will try myself. Sir". Namun beliau berkata "no, let me put you to that place. I need some fresh air anyway". Beliau membuka lift, mengetuk tombol G dan membawa saya ke lantai dasar. Setengah berlari, beliau menunjukkan tempat itu. "Muslim prayer room". Beliau berusaha membuka pintu musholla itu untuk saya, namun terkunci, akhirnya saya meminta izin pergi saja karena sepertinya tidak ada orang di dalam. Beliau berkata "you can do your pray in my office". Saya terbelalak, lalu berkata dengan sopan "no. thank you. Sir". Akhirnya beliau memberi ide untuk mengetuk pintu itu dan yes, pintu pun terbuka hehe.

Saya membungkukkan badan berkali-kali pada beliau. Luar biasa rasa terima kasih saya pada orang asing ini. Beliau berkenan menerima saya, menawari posisi teaching assistant, bahkan mengantarkan saya hingga ke musholla. Semua kekhawatiran saya bahwa beliau akan berbeda dengan email-emailnya hilang. Beliau benar-benar seperti bunyi email=emailnya. Bahkan sebelum pergi, beliau masih berkata"It is nice to meet you, and email me over the weekend, let me know your condition".

Saya pun masuk, shalat Ashar dan bertemu banyak muslim lainnya. Saya ikut shalat ashar berjamaah dan sejuk rasanya mendengarkan adzan di Auckland. Di tempat yang begitu jauh dari rumah, Allah masih hadir untuk saya.

5. The Warehouse
Ini adalah seperti Ace hardware. Saya membeli keperluan awal hidup seperti piring gelas, dan penggorengan. Disini lah saya membeli gembok kunci yang super muahaaahhlll, hehehe. 20 dollar untuk sebuah gembok itu luar biasaaa. Saya pun selesai berbelanja, sudah punya roti sendiri dan membawa belanjaan saya pulang.

Supir bis yang kedua ini agak ramah. Dan saya benar-benar berterima kasih pada beliau. Saya pun berjalan kaki dari bus stop, menikmati pemandangan mount Eden dan bersyukur akan hal- hal yang telah saya capai di hari kedua. Alhamdulillah ya Allah, for the smooth second day in Auckland!

Auckland, 3.10.2015


Nurul Kasyfita

No comments:

Post a Comment