Tuesday 11 October 2016

A sweet revenge...

Hi everyone.
Masih pagi di Auckland dan saya lagi ingin menulis. Hmm kali ini tulisan tentang sweet revenge. Balas dendam yg manis. Yup, balas dendam yg manis hehe.

Saat ini saya sedang santai. Proposal tesis saya sudah submit 30 menit yang lalu ke supervisor. Meski PhD saya di sains tidak berjalan baik beberapa waktu lalu, namun kali ini saya sudah back on feet. Senang sekali sekarang saya sudah bisa mengimbangi workload dengan have a life. Ah, saya jadi ingat saat saya terkena depresi, sendiri di Auckland. Berat sekali hari-hari yang saya lalui saat itu. Saya terbaring, sendirian di kamar, bahkan tidak mampu membuka tirai kamar untuk sekedar melihat matahari. Namun saat ini saya sudah berhasil memindahkan PhD saya ke education, sudah berhasil menemukan riset topik yang membuat saya sangat sangat bersemangat dan sedang bersemangat dengan kisah asmara saya dengan seorang kiwi New Zealand yang super manis hehe.

Tiba-tiba saya teringat dengan suatu hari di tahun 2012. Saya duduk di hadapan pimpinan tempat saya bekerja, terisak menangis pasca porak porandanya rumah tangga saya. Beliau tidak mampu menolong saat itu, kecuali mendoakan saya saat saya pamit hendak berangkat sekolah ke India. Beliau hanya berulangkali menyebut “berlian tidak akan kehilangan sinarnya hanya karena dilempari lumpur, suatu saat ia akan berkilau kembali”.

Beliau bahkan mungkin tidak tahu bahwa kalimat beliau itu begitu menguatkan saya. Ada seseorang yang masih percaya bahwa saya orang baik yang ditakdirkan memiliki hidup agak rumit, dan saat ia dihujat dan disalahkan banyak orang, itu penting sekali. Dan berangkatlah saya mengembara, sendiri, ke India. Jauh dari banyak pihak, membawa kepedihan saya, kehilangan hampir segalanya dalam hidup. Harta, anak, nama baik, semua hancur, luluh lantak di tahun itu. 2012, tahun kiamat sugra buat saya. Saat itu juga beliau menguatkan saya dengan berkata “bersabarlah, saat ini pesawatmu sedang mengalami turbulensi, banyak goncangan hebat yang akan terjadi, tapi apapun yang terjadi, jangan biarkan peswatamu jatuh, mendaratlah meski dengan hentakan super keras, tapi jangan jatuh. Bersabarlah. Masa transisi ini akan terlewati”.
Dan memang benar. Masa transisi dari seorang yang menikah hingga akhirnya menjadi janda mandiri itu tidak mudah. Ada banyak hentakan, goncangan, dentuman hidup yang pesawat saya lalui. Meski begitu, saya selalu ingat, pesawat saya tidak boleh jatuh. Saya harus mampu mendaratkan pesawat ini dengan selamat. Harus.
2013, 2014, saya lalui dengan keheningan, sendirian di India. Saya belajar, paling sesekali posting tentang kuliah atau apa yang saya pelajari di India. Lalu saya posting saya lulus. Setidaknya satu hal kembali pada saya, kepercayaan bahwa saya masih bisa sekolah dengan baik. Bahwameski saya tidak cukup baik untuk berumah tangga, saya masih punya kompetensi lain yang masih bisa diusahakan. Education, sekolah.
Pulanglah saya ke Indonesia Juli 2014. Saya berusaha beradaptasi lagi dengan semua hal yang pernah saya tinggalkan. Di kampus, bertemu lagi dengan sistem yang dulu akrab dengan saya. meski kocar kacir dengan pemotongan gaji, akhirnya saya berhasil menemukan penghasilan tambahan dengan menjadi guru Bahasa Inggris di sebuah kursus besar di Samarinda. Saya cukup mendapat tempat di sana, karena Bahasa Inggris saya dan pengalaman mengajar yang mumpuni. Pendapatan saya mulai membaik dan saya pun bertemu orang-orang menarik. Hingga akhirnya saya mendengar tentang LPDP. Agak kecut hati saya mengingat status diri saya yang tidak se normal orang lain. Apakah mau mereka membiayai saya ke luar negeri? Perempuan, sendirian, tidak punya apa apa kecuali dirinya dan Allah SWT, dengan status yang tidak sebaik orang-orang lain. Dan alhamdulillah, ada seorang profesor di Auckland sini yang menerima saya. Berkat kuasa Allah dan tangan beliau, akhirnya saya dapat surat tanda diterima di University of Auckland, universitas rangking 82 seluruh dunia. Berbekal surat itu, akhirnya saya lulus beasiswa. Dan berangkatlah saya. kembali mengembara dengan kesendirian saya.

Tiba di Auckland, di hostel sederhana dengan sewa 200$ per minggu. Saya masih kocar kacir lagi dengan suhu yang dingin, suasana PhD yang jauh berbeda dengan master saya di India. Lalu saya bertemu dengannya, Russell Church yang tergila gila dengan saya. Ia mengejar saya tanpa henti, berjuang untuk saya meski ia tahu status saya dan betapa rumitnya latar belakang hidup saya. Saat saya depresi pun, ia yang merawat saya di rumah sakit hingga saya begitu tersentuh dengan kebaikan dan kemanisannya. Ia begitu rendah hati, gentle man an memperlakukan saya bak seorang putri, meski saya bukan perawan lagi. Ia yang muslim, dan karena kemuslimannya, saya menerimanya. Kami pun merencanakan pernikahan.

Dan hari ini saya berdiri di depan cermin. Saya ingat mereka yang meninggalkan saya. Ada ia, laki-laki yang selalu berusaha mempersulit hidup saya, ada kawan kawan yang akhirnya meninggalkan saya hanya karena status hidup saya tidak senormal yang lain. Namun hari ini say a berdiri di depan cermin, di kamar saya yang nyaman di unilodge, melihat betapa Allah telah begitu Mengangkat derajat saya, alhamdulillah. Dari wanita yang di tahun 2012 menangis, pingsan, hampir tak kuat melanjutkan hidup, hingga kini saya, mahasiswa PhD dengan project yg akan happening banget di Kalimantan nantinya. Penampilan saya sudah jauh berubah. Saya juga sudah menguasai beberapa teknik kickboxing yang bisa melindungi saya jika diperlukan. Saya diantar jemput naik mobil oleh seorang kiwi yang siap sedia menemani saya.
Dan tiba-tiba, saya teringat kata-kata pimpinan saya  4 tahun yang lalu itu. Beliau yang kini sudah tak lagi menjabat pimpinan, tapi akan selalu saya ingat jasanya. Beliau yang bertemu saya di akhir tahun 2015 dan kaget mendengar saya akan berangkat lagi ke New Zealand untuk doktoral. Beliau saat itu bertemu saya kembali di tahun 2015, dan beliau takjub melihat perubahan saya. Beliau bahkan mengantarkan saya hingga ke pintu ruangan dan berkata “kilau berlian itu telah kembali. Mau bagaimanapun lumpur dilemparkan, kilau berlian tak akan tertukar”.

Kadang dalam hidup Anda bisa saja bertemu dengan orang-orang jahat yang meninggalkan Anda atau menjerumuskan Anda dan kenaifan Anda sebagai manusia. Tapi percayalah, akan ada saatnya dimana kesuksesan Anda kembali bangkit setelah dihancurkan oleh mereka akan menjadi balas dendam yang  sangat manis. atau bahkan Anda tak perlu balas dendam. Suatu saat Allah akan Menunjukkan Kuasa Nya. Percayalah.

And you, masa lalu. Ingat saat itu keluargamu mengucilkan saya, mereka yang berkata bahwa mereka tak sudi lagi melihat wajah saya. ingat saat itu kau berkata saya tidak akan berhasil dimanapun. Ingat saat kau berkata saya tidak akan mampu meraih gelar master. Ingat saat itu saya bersimpuh di kakimu memohon agar bisa bertemu Najwa. Saat ini, jika pun kita bertemu lagi, saya mungkin akan berterima kasih atas kekejaman mu waktu itu. Terima kasih karena berkat penolakanmu, saat ini saya menemukan diri saya. Saya menemukan laki-laki yang bisa menghargai saya. Saya sekolah di universitas besar dan ditempa untuk menjadi tangguh. Tapi mungkin kau tak kan lagi mengenali saya. Saya sudah jauh berbeda. Saya tidak cengeng lagi, saya tidak penakut lagi, saya bukan saya yang dulu lagi. Saya telah berubah. Saya bangkit. Bukan patah. Terima kasih masa lalu, mungkin kau tak kan lagi mengenali saya yang dulu begitu kau dan keluargamu hina. Saya telah berubah. Mungkin jika kita bertemu kembali, saya hanya akan menjabat tanganmu dengan manis lalu berkata “excuse me, who are you?”. Sekali lagi, terima kasih. Kau, telah menjadikan saya siapa saya hari ini

Auckland, 12 Oktober 2016.
Perempuan yang berbahagia dengan dirinya


-NK-


No comments:

Post a Comment