Friday 28 April 2017

Who am I to post?: A Facebook story

Hey there.

Saya lagi nih dengan tulisan iseng ala saya. Ammm...kali ini temanya agak berbeda, pun sharing system tulisan kali ini berbeda. Jika biasanya tema saya tentang semangat yang berapi-api, menyemangati siapapun yg sedang galau entah yang sedang putus cinta, yang sedang berhajat melamar beasiswa, yang sedang ambruk luar biasa dalam hidupnya, selalu saya berusaha tularkan A POSITIVE VIBE ala saya. Tapi kali ini berbeda, mungkin tidak mellow, tapi hanya sekedar tulisan refleksi ala saya. Tidak ada semangat yang menggebu-gebu seperti biasanya, tidak ada positivisme yang biasa saya tularkan, hanya saya dan sebuah refleksi.

Sistem sharing tulisan ini pun kali ini berbeda. Saya hanya akan upload tulisan ini di blog saya, dan tidak men sharenya di media lain contoh nih di facebook hehe. But if you found this writing to be interesting and would like to share it in your facebook wall, monggo, I have no objection lho ya.

Here we go. Saya mulai ya tulisannya.

Saya itu sebenarnya penggila facebook and instagram. Di dua media inilah biasanya saya menghabiskan hari-hari saya. Apapun saya posting, tentang masakan, tentang jalan-jalan, tentang rasa syukur saya akan hidup, tentang kebaikan hati lelaki yang menemani saya saat ini, intinya EVERYTHING that I think worth sharing. Hal ini karena saya suka bercerita sehingga kisah tisyu di dapur saja bisa jadi kisah menarik luar biasa dengan kelincahan jari-jari di keyboard saya. Saya tidak suka share hal-hal berikut:
POLITIK, NO NO I HATE POLITICS
HOAX, apalagi hehe
SHARE RESEP MASAKAN, buat apa juga kalau gak pernah dicoba, cuma share doang
SHARE STATUS ORANG LAIN, menurut saya itu tidak original, ngapain nge share kalimat orang lain untuk kondisi kita, belum tentu relevan.
SHARE MEME kocak, saya pikir itu buang buang waktu meskipun lucu sih.
JUALAN, nope, saya gak minat jadi pedagang.
NYINYIR, terus terang saya happy dg hidup saya dan tak suka juga kepoin akun orang lain so ngapain nyindir?

Intinya, saya lebih suka nulis tentang SAYA di akun SAYA dan dengan gaya SAYA. Narsis? Iyaaa, saya pikir lebih baik narsis dibanding sinis ma hidup orang lain ya nggak? Peace!

Oya, saya juga NO COMMENT dengan postingan orang lain. Dulu, duluuuu banget, saya suka komen di status status mahasiswa yg dekat dengan saya. Yah, biar rame aja FB nya begitu menurut saya. Namun I found ada juga orang-orang yg dengan kejamnya menyalahgunakan komen saya untuk menyerang saya balik. Saya pernah dimusuhin orang sekantor hanya karena saya ikutan komen di status jujur seorang mahasiswa. Saya pikir komennya jujur dan patut dihargai meski medianya di media sosial yg mungkin kurang tepat. Dan yak, karena saya komen akhirnya saya kena bully juga hehe. Since then, HARAM hukumnya saya komen di status orang lain. Akhirnya saya lebih banyak melenggang di media sosial di akun saya. Ada yg komen saya sahutin, ada yg nge tag saya like, ada yang nge inbox saya balas, intinya saya main di kandang sendiri hehe. Amaaannn menurut saya.

Tentu gaya saya ini juga banyak haternya. Ada beberapa yang menganggap postingan realita ala saya ini sebagai ajang SHOW OFF suka pamer meski intinya saya hanya ingin menunjukkan betapa kita bisa bangkit dari keterpurukan dan tetap bahagia dengan pilihan hidup kita plus selalu bersyukur akan apapun yg diberikan Allah ke kita. Tapi yah itulah manusia, tak pernah ada benarnya, selalu komentar.

Anyway, barusan saya insyaf dari facebook. Bukan karena apa apa sih, tapi tiba-tiba saja ada some voice tapped on my shoulder and said "WHO AM I TO POST?". Yah, emang siapa sih saya ini sehingga saya pantas untuk nge post di facebook?

Saya bukan:
PRESIDEN
ORANG SUKSES
IBU TELADAN
PEKERJA TELADAN

Saya hanya:
A BIG FAILED PERSON baik sebagai ibu, wanita, istri, anak, saudara perempuan, bahkan sebagai kawan pun saya tak cukup baik. Sejak perpisahan yg menjungkir balikkan hidup saya di tahun 2012 itu, saya lebih memilih SENDIRI. Saya tak suka dihakimi dan hidup saya sudah terlalu berat tanpa penghakiman-penghakiman itu. So, here I am, memilih sendiri.

Yeah, saya sekarang kuliah PhD di universitas top 100 dunia di jurusan top 20 pula. But again, WHO AM I TO POST? Jika orang lain bisa posting tentang:
1. Keberhasilan anak-anaknya, saya tak punya itu.
2. Keindahan rumah tempat tinggal atau kecanggihan mobilnya, saya tak punya itu.
3. Hubungan baiknya dengan rekan kerjanya, saya tak punya itu.
4. Keharmonisannya dengan suami atau keluarganya, do I have that? No.
5. Prestasinya menerbitkan tulisan di jurnal internasional, tulisan saya baru sebatas blog mau posting apa coba?
6. Kuliahnya yang sukses, kuliah saya biasa biasa saja tak ada yg luar biasa dari apa yg saya capai dalam hidup.

Yeah di usia hampir 37 ini, here I am, masih luntang lantung sebagai mahasiswa dengan beasiswa, tidak punya rumah kecuali pindah dari kost ke apartemen di Auckland sini, tak punya mobil, motor pun dijual saat saya pindah ke Auckland, tak punya akses ke anak, tak punya rumah tangga yg oke, atau prestasi kerja yg mumpuni, so kembali lagi WHO AM I TO POST?

Meskipun tulisan ini terkesan begitu negatif dan merendahkan diri saya sendiri (which is unhealthy for my mental), tapi tetap saya bersyukur, di negara jauh ini saya masih bisa makan, masih bisa tidur nyaman, masih bisa disayangi, diperhatikan, betapa Allah Maha Memelihara saya, meski saya sendiri. Dan seperti hari ini, Auckland hujan seharian, dan saya dengan nyaman tidur di sofa sambil nonton TV, berselimut sambil minum coklat hangat. Tidak terbayang betapa dinginnya di luar sana dan berapa banyak gelandangan yg tidur tanpa atap di Queen street sana. Jika bisanya saya menulis ini di facebook saya sebagai status, kali ini, saya cukup menikmati rasa syukur itu sendirian. Again, who am I to post? Saya bukan siapa siapa, tanpa pencapaian apa apa, di usia 37 ini pun saya masih belum mencapai apa apa :-(. Cuma minum coklat panas di sofa sambil nonton TV di kota besar seperti Auckland, masa sudah berani beraninya posting? Hehe,

So, finally saya mencapai titik dimana saya tak berani lagi psoting di facebook. I don't have any pride to show seperti orang-orang lain itu dengan berbagai pencapaiannya. Bukan, bukan saya iri dengan mereka. Saya hanya malu tak punya apa apa tapi sudah petantang petenteng dengan status facebook saya. Padahal seberapa sih saya ini? Setinggi rumput saja belum.

Dan inilah saya dengan diamnya saya di media sosial. Saya pikir mungkin baiknya saya minggir saja. Toh saya tak punya dagangan yg dipajang di laman facebook saya. Tak punya prestasi yg bisa dibanggakan, tak punya harta yg bisa di show off, tak punya akses ke anak hingga bisa posting kebersamaan saya dengan anak, so, apa sih saya ini? Who am I to post?

Am I sad? Yep, a bit. Karena hidup di negara orang lain ini, facebook itu adalah hiburan rakyat murah meriah plus masih bisa terhubung ke tanah air, so itu entertainment saya sebenranya. Tapi ya itu lagi, emang saya ini siapa jadi berani-beraninya posting? Sudah sehebat apa sih saya? Sudah punya apa sih dalam hidup? No, I am just NOTHING, NOBODY. So lebih baik saya silent.

Dengan silence nya saya ini, saya lebih banyak waktu merenung. Berpikir tentang hidup dan bagaimana bisa survive. Kadang saya mengaji dan mendoakan Najwa, anak saya nun jauh disana. Kadang pula saya membaca buku, menulis di blog seperti saat ini atau memikirkan proposal saya. Saya lebih banyak diam. Bahkan di kehidupan nyata.

Entah sampai kapan silence ini akan berlangsung karena intinya saya ini orang yg ceria dan suka bercerita. Entahlah. Tapi saya pikir silence ini akan berlangsung cukup lama. Setidaknya hingga saya bisa menghilangkan kalimat WHO AM I TO POST di pikiran saya.

Itu saja.

Auckland, 29 April 2017,

-NK-



No comments:

Post a Comment