Saturday 17 May 2014

I can and I will...

Dear readers.

Saat ini nati saya sedang mellow plus down. Kemarin adalah hari ulang tahun anak saya, Najwa, namun saya tidak punya media apapun untuk sekedar mengucapkan selamat ulang tahun padanya. Mungkin ada diantara Anda yg berkomentar, telpon saja. Yah, seandainya Anda tahu betapa kompleks kondisi yg saya hadapi. Sehingga sgt tdk memungkinkan utk menelpon anak saya utk mengucapkam selamat ulang thn. So, jadilah saya duduk sendirian di KFC, restoran yg disukainya. Membayangkan ia duduk di hadapan saya, sambil mengucapkan selamat ulang thn pada bayangannya.

Ah, hampir dua tahun saya bersembunyi di India. Melarikan diri dari kenyataan hidup yg pahit di Samarinda. Selama dua tahun ini, saya berusaha utk tdk kehilangan apa apa. Dan saya benar benar berusaha keras untuk itu. Ketakutan untuk hidup sendiri dan tdk punya siapa siapa menghantui saya. Sehingga saya "menggenggam" apapun dan siapapun utk bisa tetap terapung, serapuh apapun pegangan saya itu.

Hari ini saya memutuskan saya menyerah. Saya melepaskan apapun yg pernah saya genggam dan berusaha tetap terapung, tetap hidup. Sangat tidak mudah melepaskan satu satunya hal yg masih saya genggam dalam hidup saya, namun itu yg saya lakukan. Saya melepaskan kayu terakhir yg saya genggam di samudera ini. Saya memutuskan untuk sendiri, benar benar sendiri. Saya merasa saya tidak punya cukup ruang untuk suara dalam diri saya dan itu membuat saya lemah dan seakan akan saya tidak mampu hidup tanpa siapa siapa. Saya menjadikan kehilangan saya akan Najwa sebagai alasan utk menjadi lemah dan memerlukan siapapun ada di samping saya. Namun, sejak hari ulang tahunnya kemarin, saya tiba tiba berpikir bahwa saya tidak selemah itu. True, saya memang telah kehilangan anak dan pernikahan saya. Tapi itu bukan alasan utk menjadi lemah dan menggenggam siapapun yg ada disekitar saya. Saya harus mau dan mampu untuk berdiri tegar, sendiri. Saya bisa saja menjadikan kepedihan hidup saya utk terus berperan sebagai "korban takdir", tapi hari ini saya memutuskan kejadian yg terjadi di masala lalu saya bukan alasan untuk menghalangi saya menuju terang di hari esok. Dan terang itu tidak akan datang, jika belum benar benar gelap menyelimuti saya. So, meski saya hanya punya satu nyala lilin saat ini, saya meniupnya dengan seluruh kekuatan saya dan menjadikan diri saya benar benar dalam gelap saat ini. Saya melepaskan satu satunya orang yg msh saya genggam hingga saat ini dan membiarkannya pergi dari hidup saya.

Jujur, saya tidak tahu apa perasaan saya saat ini. Saya hanya merasa kosong. Saya tidak ingin makan, saya bahkan tidak tahu apa yg harus saya lakukan. Selama ini, ia telah begitu menemani saya, dan hari ini saya merelakannya pergi dan ia pergi. Saya yg  begitu takut berada dalam gelap, saya sendiri yg meniup lilin penerang itu dan menjadikan saya completely in the dark. Saya yang begitu takut untuk sendiri, hari ini saya memlih itu untuk hidup saya ke depan. Yg saya tahu, saya benar benar berada dalam gelap saat ini. Saya tidak bisa merasakan apapun.

Masih beberapa bulan lagi sebelum saya kembali ke tanah air. Saya masih berusaha memaafkan diri saya sendiri atas kesahalan hidup yg pernah saya buat. Yes, i made mistake, life doesnt come with instruction, does it? Yg jelas, saya tidak berencana berpasangan lagi, saya terlalu lelah utk semua rencana cinderella itu. Saya hanya ingin fokus dengan sekolah saya, pendidikan, dan karier saya. Saat ini benar benar gelap, saya bahkan tidak bisa melihat diri saya sendiri, semua terasa hitam. Pekat.

Tapi Anda tahu kan, saat kita benar benar berada dalam gelap, pada saatnya mata kita akan beradapatasi dan somehow kita bisa melihat segala sesuatu yg ada di sekeliling kita. Dan saya belum tahu kapan saya bisa melihat itu, namun saya yakin saat itu akan datang. Saya terlalu lama berkhayal saya masih memiliki seseorang padahal harfiahnya saya adalah sendiri. Dan hari ini hanyalah sebuah penegasan akan hal itu. Saya memang sendiri, dan akan selalu sendiri.

Readers, mohon doakan saya. Saat ini saya masih mengikuti seleksi training nuklir selama enam bulan di US. Hanya dua kandidat wanita Indonesia yg akan dipanggil utk mengikuti training ini. Saya memohon keringanan hati pembaca sekalian untuk mendoakan agar saya satu diantara dua kandidat tersebut. Semoga Allah mengijabah doa saya. Hingga saya bisa melanjutkan penegmbaraan saya kembali. Saya bisa berduaan dengan diri saya sendiri, karena diri saya adalah teman terbaik yg saya punya.

Tidak akan ada lagi dering telpon itu, saya telah membiarkannya pergi. Saya telah meniup satu satunya terang yg masih saya punya. Bodoh? Mungkin. Gila? Bisa jadi, tapi itulah saya. Saya hanya tahu saya tidak akan mampu melakukannya dan akhirnya saya menyerah. Yg jelas saya sudah cukup berusaha. Dan usaha saya selesai hari ini.

Meskipun dingin dan gelap itu nyata menyelimuti saya saat ini, saya tahu, saya akan baik baik saja...i can..and i will...
Mysore, 18 Mei 2014

Nurul Kasyfita

No comments:

Post a Comment