Thursday 4 June 2020

A Banjar story: Mengadu nasib di negeri kiwi

Hi there,
Saya lagi nih, kali ini ingin bercerita tentang apa saja yang sudah saya dapatkan selama merantau di New Zealand.
Perlu diketahui, New Zealand ini negara mahal biaya hidupnya. Artinya, kalau kita nggak bisa hemat or cari tambahan penghasilan, alamat nggak survive. Here is rincian berapa sih biaya hidup di NZ:
- Akomodasi: ini yg paling mahal, sewa disini per minggu dan nggak murah. Untuk saya sewa apartemen saya meningkat dari 200$, 300$ hingga sekarang 399$ alias hampir 4 juta, per minggu. So, sebulan, sediakan saja 16 juta rupiah, hanya untuk apartemen saja. Harga ini kalau untuk saya sudah include dengan listrik, air dan unlimited internet. Itu pun saya masih harus langganan mobile internet lagi yg awalnya 20$ per month sekarang menjadi 55$ alias 550 ribu rupiah. Mahal!
- Makanan: kalau untuk saya sendiri dulu 20$ cukup hehehe tapii cuma beli roti ama telur wkwkwkw. Kalau sekarang sudah dengan suami biaya groceries kami seminggu sekitar 100$ alias 50$ per orang. Oh ya, biaya ini belum termasuk biaya makan di luar, kami biasa jadwalkan makan di restoran seminggu sekali.
- Fun and entertainment. Ini banyak pilihannya. Bisa liburan yg budget agak gede, or jalan jalan ke taman yg gratisan, or nonton di bioskop yg bisa memakan biaya 50$ sekali jalan. So kami jarang sekali nonton film di bioskop ini, paling sering ya nonton netflix aja di rumah or sewa DVD. Intinya ya nggak bisa selalu jajan di luar, kalau nggak bolong kantong hehehe.

Dengan biaya semahal itu, apa yang saya dapat di New Zealand:
1. SUAMI. Ya, ini tidak disangka, tapi terjadi. Wong saya gak ngincar laki laki kok kesini. Tujuan saya jelas, study, balik lagi ke pekerjaan saya di dalam negeri. Tapi yah itulah jodoh, toh akhirnya ketemu juga disini.

2. PEKERJAAN. Ya ini juga tidak disangka. Awalnya karena saya harus nyari uang buat SPP karena saya pindah PhD, sehingga SPP tahun ketiga harus tanggung sendiri plus tak ada beasiswa lagi. Eh saya malah kecebur di job field di NZ. Dimulai dari notulen rapat dekan, lalu jadi timetabler, sempat nyambi juga jadi receptionist di fakultas plus di student centre dan akhir thn 2019 kemarin, saya diangkat jadi pegawai tetap University of Auckland! Yah walalupun kerjaan nya cuma jadi admin, but it is fun, dan gajinya cukup buat hidup bahkan buat menanggung suami juga yg saat ini kena kanker. Alhamdulillah.

3. HAJI. Iya, ini juga tak disangka. Saya Diberangkatkan Allah haji dari luar negeri. Tanpa antri, biayanya 11500 NZD alias 115 juta rupiah. Luar biasa, uang dari mana itu yak, pusing juga saya hehehe. Wong saya awal ke NZ ini cuma modal nekat 100$ kok hehe. Tapi alhamdulillah, Allah Beri rejeki. Haji dari NZ ini bagus sekali menurut saya. Meski ada kelemahannya yaitu mazhab yg dianut Hambali yg berbeda dg saya yg Syafii. Akhirnya saat bayar dam karena kami melaksanakan haji tamattu' saya bayar dam lewat grup haji Malaysia, agar ada akad dan agar lebih sreg hati ini. Alhamdulillah, akomodasi kita sangat dekat dengan Ka'bah. Kami menginap di Clock Tower Makkah. Subhanallah. Ini bener cerita perempuan Indonesia yang mengadu nasib bawa uang 100$ ke New Zealand hehehe. Allah Rubah hidup saya meski dengan modal nekat saja.

4. RUMAH Iya ini juga tidak saya sangka bisa saya beli dengan pergi ke luar negeri. Rumahnya kecil aja sih, bukan disini lagi hahaha mana tahan beli rumah cash disini. Wong deposit ke bank nya aja 2 M wkwkwkw. So, saya itu pergi dari Samarinda mantan anak kos. Pas pergi jual laptop, jual motor semua dijual biar cukup bekal nih ke negeri ini. Itu pun baru datang uang langsung habis buat bayar sewa hik hik, ya itu yg tertinggal hanya 100$ itu di kantong saya buat makan. Dengan uang itu, menghemat pakai banget, makan roti ama telur aja supaya cukup. Yah, saya kerja serabutan 1 thn dari 2016 sampai 2017 alhamdulillah Allah Mampukan beli rumah di Samarinda. Cuma tipe 36, tapi sudah alhmadulillah banget, mengingat saya dulu anak kos dg kamar seluas 3 langkah saja wkwkwkw. Jika banyak orang ke NZ pakai acara jual rumah di Indonesia, eh alhamdulillah saya malah Diberi Allah rumah di Samarinda. Luar biasa bukan matematika Allah ini adanya.

5. RESIDENSI. Yang ini pun tidak saya sangka. Saya melamar ini karena suami yang kena penyakit kanker dan masih perlu waku lama untuk recovery nya. Suami saya kena kanker rectal stadium 3. Kanker nya sudah diangkat, tapi harus pakai kolostomi bag seumur hidupnya. Kolostomi bag itu kalau disini sih gratis saja. Tapi kalau dibawa ke Indonesia, satu kantung itu 35 ribu harganya. Gimana nggak menangis kalau sehari suami pakai kantung 3? Dokter masih terus me monitor kesehatan suami saat ini. Perlu waktu 5 thn bagi beliau untuk dinyatakan bebas kanker. Karena itu saya sebagai istri terpecah fokus saat ini. Ingin men support suami atau berbakti pada negeri. Akhirnya saya putuskan melamar residensi, agar jika saya masih harus bertahan di NZ sini untuk suami, tak perlu bayar visa lagi. Selain itu jika saya dipecat atau sakit tak lagi harus mikir asuransi, bisa dapat work loss benefit dari negara ini. Tapi ya ngeri ngeri sedap gitu bayar fee nya. Bayangin, 15 juta cuma buat fee visa saja. Alhamdulillah tanggal 29 Mei kemarin approve, dan saya bisa melanjutkan hidup saya kembali disini.

I started my life di NZ hanya dengan 100$ di kantong saya. Kalau pakai matematika manusia nih, gak akan mungkin survive disini. Wong 100$ sekarang cuma cukup makan seminggu disini hehe apalagi buat hidup bertahun tahun tanpa beasiswa lagi. Alhamdulillah, ada matematika Allah yg Mencukupi.

Collectors await 'bright' new $20, $50 and $100 notes on Monday ...

Auckland, 5 Juni 2020,
A week after the residency,

-Nurul Kasyfita-

No comments:

Post a Comment