Saturday 15 August 2015

My PhD journey: IT HAPPENS FOR A REASON, part 7: THE RESULT AND THE SUPERVISOR

Hey hey, ini adalah seri terakhir untuk sementara ini. Di episode ini saya akan menuliskan suasana saat saya mengetahui hasil dari perjuangan beasiswa saya dan sedikit contribute to the supervisor. Saya pikir saya harus menuliskan bagian ini karena sungguh, saya baru memperhatikan siapa supervisor saya benar benar setelah saya dinyatakan lulus interview.

Up to 10 Juni 2015. Saya benar benar berada dalam kesedihan hari hari ini. Saya tahu, ini bukan akhir dunia dan saya mesti siap dengan segala hasil yg akan saya dapatkan. Namun, saya yg merasa bodoh karena meneteskan air mata saat interview merasa belum melakukan hal yg maksimal sehingga saya tidak bisa berhenti mengutuki diri sendiri. Dan itu membuat saya bertambah sedih. Ini memang bukan satu satunya beasiswa yg saya ikuti dan come on, namanya juga kompetisi, masa nggak siap kalah, begitu pikir saya. Hari hari saya lalui dengan mimpi buruk dan terus saya memikirkan hasil interview yg perlu 10 hari untuk mengetahuinya. Auckland yg terpampang di hadapan mata, supervisor yg menjanjikan banyak kemudahan membuat saya tidak bisa menerima jika saya dinyatakan tidak lulus. Dan juga, ini seperti denyut nadi saya. Berbeda dengan orang lain, sekolah lah pain killer terbaik saya.

10 Juni 2015. Saya mengajar di kampus dan EF seperti biasa. Kami para peserta LGD sudah membuat whtsapp grup dan saya terlalu takut untuk membuka internet hari itu. Sejak subuh, teman teman yg mengikuti perjuangan saya mengirimkan pesan melakui fb, memantau jika ada kabar baik. Saya mengajar kelas jam tiga sore. Saat sedang menggunting kartu bersama siswa, tab saya berbunyi, pesan whtsapp. Seperti biasa saya mengecek pesan whtsapp saat siswa sdg mengerjakan latihan. Ternyata salah seorang peserta LGD yg menyebutkan sudah ada pengumuman. Dan beliau menyebut ada tiga nama yg lolos dan nama saya tersebut di text itu. Allahu akbar, Anda tahu, saat itu saya merinding. Air mata berlompatan keluar dari mata saya. Siswa saya bingung dan bertanya. Saya berlari ke bawah ke front office EF, orang orang yg menjadi saksi hidup perjuangan saya. Dan tidak ada yg bisa saya peluk saat itu, seperti biasa saya menerima kabar sendirian. Beruntung manajer EF memeluk saya dan berkata U DID IT, U DID IT. Seusai kelas, saya shalat ashar, dan bersimpuh dalam sujud syukur.
SAYA LULUS LPDP. Dengan interview yg begitu mencekam, membuat saya termehek mehek, saya lulus. Saya akan kuliah PhD. S tiga. Sesuatu yg dulu begitu jauh dari angan saya. Ini gelar akademik tertinggi dengan supervisor yg punya reputasi excellent, di universitas dengan ranking 100 besar dunia. Saya, the simple Nurul Kasyfita, lulus. Allahu akbar, Engkau lah Maha Besar.

Setelah itu ucapan selamat berdatangan. Ada yg men tag saya di fb, ada yg menulis di messenger, dan seperti biasa, saya bagikan kabar ini melalui status fb saya. Perlu diketahui saya menggunakan akun fb saya untuk ber posting kabar, bukan untuk kepo dengan hidup org lain, apalagi mem bully. Melalui kabar, biasanya saya minta doa, dan ini adalah jawaban doa org org yg mendoakan saya. Maka wajar jika saya posting hasilnya. Bukan untuk show off, semata mata berbagi kabar bahagia.

Malam, penat sekali badan saya. Sebelum tidur, saya meng email beliau,
I GOT THE SCHOLARSHIP, SIR. Singkat, padat, tapi cukup membuat beliau tahu hasil perjuangan saya.

Dan esok paginya saya sudah melihat balasan beliau,
CONGRATULATIONS, THIS IS GREAT NEWS. START YOUR VISA PROCESS SOON AS IT WILL TAKE TIME
I THINK THE INTERVIEW WENT BETTER THAN YOU THOUGHT.

Seperti biasa, diakhiri dengan best, Jon. Meskipun saya selalu menyebut beliau dengan professpr Jonathan, beliau selalu membalas dengan singkat, JON. What a humble man. Disitulah baru saya menyadari satu hal, saya belum tahu yg mana wajah si prof ini. Seperti Anda tahu, saya mengirim banyak email pada banyak professor. Bahkan di Auckland saja saya mengirim ke tujuh professor sebelum akhirnya meng email beliau. Saya tidak ingat siapa dengan wajah yg mana karena saya murni hanya menyimpan alamat email mereka. Dan karena beasiswa sudah hampir di tangan, saya pun meng google nama beliau.

DR. JONATHAN SPERRY, AUCKLAND.

Dan muncullah foto beliau beserta akun email auckland beliau. Dan saat ini saya baru tahu wajah orang yg selalu membalas email saya di ujung sana. Ternyata beliau bukan si prof tua yg berkacamata, beliau hanya SATU TAHUN LEBIH TUA DARI SAYA. Beliau lulus B.Sc dengan gelar kehormatan sehingga langsung lompat PhD tanpa menempuh master. Beliau berasal dari UK dan diangkat menjadi senior lecturer di University of Auckland. Tahun lalu beliau memenangkan Rutherford fellowship dari pemerintah dan beliau berambisi mengaktifkan ikatan karbon agar bisa menjadi channel port syaraf untuk obat. Reputasinya di kimia medisinal sudah banyak. Mahasiswa bimbingan beliau sudah banyak yg menyebar di Harvard.

Ya Allah, saya baru tahu ini supervisor saya. Selama ini kami hanya berdiskusi tentang riset, tentang beasiswa, proses pendaftaran sbg mhswa, tanpa pernah saling tahu wajah. Terutama saya, mhswa beliau. Dan bodohnya, selama ini saya berasumsi beliau adalah si prof tua berkacamata yg pernah saya lihat di website auckland. Jadi ini orang yg membalas email email saya selama ini. Ini orang yg me mentori saya selama interview, ini orang yb membalas email saya secepat kilat, memberikan solusi, menawarkan posisi sebagai asisten, menawarkan program magang untuk mahasiswa saya, yg menuliskan surat dukungan sebanyak dua halaman untuk membantu saya, yg menyetujui perubahan tanggal riset saya, yg membuat saya yakin kemusliman saya akan normal saja di Auckland. Sungguh, pribadi yg sangat humble.

Sejak saat itu, saya bertambah hormat dengan beliau. Terutama saat pengurusan visa saat ini, beliau telah meminta saya berkonsultasi dengan international office, namun tetap meminta update progressnya. Saya hanya berharap satu hal, semoga saya tidak mengecewakan beliau karena telah memilih saya. Dan saya bertekat untuk menyelesaikan proses ini secepatnya, agar bisa bertemu beliau dan mengucapkan THANK YOU SIR secara langsung.

Beliau adalah pembimbing saya, bahkan sejak pendaftaran menjadi mhswa.

No comments:

Post a Comment