Thursday 5 June 2014

Seseorang yg salah di waktu yg salah

Hello readers.

Kali ini saya menulis dlm bhs indonesia saja sepertinya. Kangen euyy dg bahasa sendiri hehehe. Besides, saya kan menulis ttg seorang sahabat yg saya tdk ingin tahu bahwa ia sedang dibicarakan :-). Sssttt...be silent ya readers..

Hmmm...tulisan ini tentang kasih sayang. Bahwa kita bisa perduli dengan org lain, meskipun tidak memakai embel embel "pasangan". Kita bisa perduli dengan teman, sahabat, keluarga, bahkan musuh. Dan bagi saya, hati saya selalu mudah memaafkan. Hati saya mudah tersentuh dengan kebaikan. Dan seberapa pun saya disakiti, ditipu, dibohongi, dimanfaatkan, saya tidak pernah menyerah untuk percaya bahwa selalu ada orang baik di luar sana, meskipun persentasenya kecil sekali.

Bagi Anda yg menyimak kisah hidup saya, tentu sangat sulit sekali bagi saya utk mempercayai orang baru, siapapun itu. Namun bagi saya, ketakutan saya berkomitmen bukan karena saya tidak percaya dg org lain, tapi krn saya tdk percaya dg diri saya sendiri. Saya tidak percaya bahwa saya tdk akan berbuat kesalahan yg sama lagi. Deep down, saya merasa perceraian itu adalah krn saya. Mungkin saya membosankan, atau terlalu menuntut, hingga mahligai itu hancur, dan sehingga itu yg membuat saya menjauh dari ranah itu. Saya mengakui, itu bukan bidang saya dan tempat terbaik, saya adalah sekolah. Jadi saya tetap percaya ada org baik di luar sana, namun saya yg tdk oercays diri bahwa saya CUKUP BAIK untuk mereka.

Meskipun begitu, jika Anda menyimak curahan hati saya, terlihat jelas bahwa my love life tidaklah silent. Ada saja mereka yg entah iseng, entah real, yg mencoba mendekati saya yg sdh expired ini. Yah, saya menamakan diri saya expire krn jujur saya tdk punya kekuatan lgi untuk bertarung di dunia percintaan. Come on, saya sudah 30+, sdh punya anak satu, dengan latar belakamg hidup yg porak poranda, what to hope? Realistis saja, msh banyak perawan tingting yg eligible untuk dipinang, isnt it? So drpada take a risk ikut berlaga di ajang yg sudah jelas saya akan kalah, so saya lebih baik minggir saja. And thats exactly what i do. Saya minggir, memilih menyepi dengan buku dan akademik saya. Besides, saya tdk bisa menggantikan Najwa dg siapapun bayi berikutnya yg dituntut dari sebuah mahligai pernikahan yg baru. Ah, saya memang tdk siap utk itu.

Well, mari saya bercerita ttg sahabat saya. Jika Anda melihat timeline facebook saya, Anda akan melihat ada seorang anak muda yg rajin komen di status saya. Dia adalah orang yg salah, bernama salah dan datang di saat yg salah. Begitu saya menyebutnya. Dia bertemu saya saat saya baru saja dikibuli habis habisan oleh teman se negaranya. Jadilah salah, semakin salah. Ia selalu saya salahkan, seperti namanya. Meskipun begitu, ia, hingga hari ini, msh bertahan. Ia memang tidak berjanji apa apa pada saya bahkan tidak menyebut saya dengan embel embel pasangan. Ia menyebut dirinya saudara laki laki yg perduli. Ia paham saya tdk bisa percaya lgi dg segala ucapan yg keluar dri mulut laki laki, setelah teman senegaranya mengibuli saya habis habisan. Ia paham betapa jalan hidup saya di masa lalu tidak mudah untuk membuat saya percaya siapapun. Dan sebelum ia datang di hidup saya, saya justru bertemu teman senegaranya yg saya percaya, lalu mengibuli saya. A cheater. Jadilah salah, tumpuan kesalahan lelaki yg datang sebelumnya. Saya marah, saya salahkan, meski begitu salah tetap salah, bertahan, hingga hari ini.

Jujur saya tdk pernah memperhatikannya. Yes, saya tahu ia selalu komen di setiap postingan saya, tapi saya pikir, iseng. Ia baru mengontak saya secara pribadi saat saya menulis tentang benjolan 7 cm yg kini ada di dada saya dan di diagnosa dokter sebagai sel hidup yg numpang makan di tubuh saya. Ia menawarkan bantuan saat itu, tpi saya menanggapinya dingin. Saya hanya minta tolong utk membantu menjualkan motor saya. Dan ia benar benar memperhatikan itu. Ia tdk omong kosong, spt halnya org lain yg saya kenal. Hingga ia memperkenalkan saya pada seorg penjual motor di Mysore yg siap menerima motor saya. Saat itu, dengan sopan anak muda ini menawari saya minum kopi. Dan saya pun menerima itu. Toh hanya kopi. Itu pikiran saya.

Lalu, saya tidak online beberapa hari karena internet saya habis masa berlaku. Saya mendapat akses internet di kampus dan menemukan pesannya. Ia khawatir akan kesehatan saya. Ia bertanya apa saya baik baik saja. Saya pun mengirim pesan padanya mengabarkan saya akan online lagi pada awal juni krn saya tdk punya budget utk mengisi pulsa saat itu. Dan malamnya, tiba tiba ada seseorang mengirimkan pulsa internet di nomer saya yg saya gunakan untuk menelpon, bukan utk internet (saya menggunakan dua nomer berbeda di tab dan di handphone saya). Saya mengira yg mengirimkan adalah teman senegaranya yg jelas jelas a cheater. Lagi lagi salah tidak terlihat di mata saya. Ia lagi lagi salah. :-). Salah mengirimkan pulsa, salah karena saya tdk mengira itu dia. Baru seminggu setelah itu, saya sadar, itu adalah dia yg mengirimkan oulsa utk saya.

Anyway, saya menemui bahwa si cheater cuma bisa omong kosong. Si cheater yg berjanji will always be there ternyata tdk pernah ada when i need him the most. Yg datang ternyata si pemuda salah, yg tdk pernah sedikit pun terlintas di benak saya. Saat si cheater mengingkari janjinya, si pemuda salah menelpon saya dan mendapati saya menangis. Ia yg saat itu sdg makan, segera menemui saya dan berusaha membuat saya tersenyum. Ia yg selalu salah di mata saya, krn datang di saat yg salah dan bernama salah.

Hingga saat ini saya yakin pemuda ini hanya menganggap saya sahabatnya. Ia takut berkomitmen krn takut menyakiti, takut tdk mampu membahagiakan. Namun, ia dengan jelas berkata pada saya, tdk perlu berjanji muluk untuk menunjukkan kita peduli. Saat kita peduli dengan keadaan seseorang, meskipun kita bukan lah pasangan, kita bisa tetap selalu ada utk mereka. Dan hingga saat ini saya tdk pernah percaya janjinya. Termasuk janjinya bahwa ia akan mengantar saya ke airport di Bangalore krn si cheater lagi lagi mengingkari janjinya. Dan janjinya yg lain bahwa ia sedang meng cancel tiket ke negaranya dan berusaha terbang ke Malaysia. Yg membuat saya tersentuh adalah si pemuda salah ini selalu berusaha bertanggung jawab atas kesalahan yg dilakukan teman senegaranya. Ia saat ini juga sdg berusaha mem booking mobil untuk saya agar saya bisa mengunjungi sebuah tempat wisata di sekitar Mysore. Ini juga terjadi karena si cheater lagi lagi membatalkan janjinya. So si pemuda salah ini sedang berusaha membayar kesalahan yg dilakukan teman senegaranya. Meskipun tentu saja itu bukan salahnya.

Well, saya tetap belum bisa mempercayai kebaikannya. Namun, saya bersykur saya tdk sendiri saat ini. Minimum saya memiliki teman tempat saya berbagi. Dan ia paham betapa sulitnya saya untuk percaya lagi. Namun, ia selalu berkata ia tidak akan berkata jika itu tidak nyata. So, i will see. Apakah si pemuda salah akan benar benar menyertai saya. Apakah ia benar benar akan membuktikan janjinya. Toh, tidak ada rasa di antara kami. Ia hanya menunjukkan ia mampu peduli tanpa embel embel asmara. Baginya tdk perlu ucapan, ia akan buktikan ia real, ia nyata, ia bisa diandalkan kapan pun saya memerlukan bantuannya. Hingga saat ini, sudah beberapa kali ia menunjukkan bahwa ia menganggap saya penting dalam hidupnya. Berbeda dengan si cheater, yg hanya pintar menebar janji manis, pemuda ini terlalu takut utk berjanji dg saya. Ia cenderung membuktikan ucapannya. Ia cuma berkata jika kita menganggap seseorang itu penting, kita akan menyediakan waktu utk mereka. We will make time, dan tidak ada yg menghalangi seorg laki laki utk peduli dengan siapa pun. Meskipun kita bukan pasangannya. Ia menunjukan pada saya bahwa saya cukup penting baginya, seorang saudara perempuan yg hrs dilindungi, diperhatikan, dan dibahagiakan. Itu kata katanya.

Meskipun ia selalu saya salahkan. Meskipun ia bernama salah, datang di saat yg salah, i will see apakah ia juga orang yg salah untuk saya percayai. Hingga saat ini, pemuda ini masih bisa membuktikan ucapannya. Well, i will wait and see...

Mysore, 5 Juni 2014

Still in India.

Nurul Kasyfita

No comments:

Post a Comment